Pembantaian Maliana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PeragaSetia (bicara | kontrib)
Menambahkan gambar dan beberapa keterangan.
PeragaSetia (bicara | kontrib)
Menambah keterangan
Baris 14:
| timezone = UTC+9
| type = [[Pembantaian]]
| fatalities = 47{{sfn|Rimmer|2010|p=182}}<ref name=":0" />
| injuries =
| perps = {{interlanguage link|Dadarus Merah Putih|de}}, [[Halilintar (milisi)| Halilintar]], [[ABRI]] (khususnya [[TNI Angkatan Darat|Angkatan Darat]] dan [[Kepolisian Negara Republik Indonesia|Polri]])
| numparts = 100 anggota milisi
}}
{{Sejarah Timor Leste}}'''Pembantaian Maliana''' adalah yang tragedi [[pembunuhan massal]] yang terjadi di Kantor Kepolisian Resor (Polres) [[Kepolisian Resor Maliana|Maliana]], [[Kabupaten Bobonaro]], pada tanggal 8 September 1999. Dengan bersenjatakan [[parang]] dan membawa daftar nama, sekitar 100 anggota milisi {{interlanguage link|Dadarus Merah Putih|de}} (DMP) dan [[Halilintar (milisi)|Halilintar]], dibantu oleh pasukan [[Korps Brigade Mobil|Brimob]] dan [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] yang mengepung lokasi, memasuki kantor Polres Maliana pada pukul lima sore. Mereka kemudian membunuh para pengungsi yang namanya tertera dalam daftar. Sebuah pembantaian susulan juga dilakukan sehari berikutnya dengan sasaran para pengungsi yang kabur dari kantor polisi.<ref>{{Cite web|last=Sahude|first=Syaldi|date=1 Juli 2007|title=Maliana|url=http://syaldi.web.id/mot/event4.htm|website=Masters of Terror|access-date=20 Mei 2024}}</ref>{{sfn|Fichtelberg|2015|p=149}}
 
== Latar belakang ==
Menjelang pelaksanaan [[Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999|jajak pendapat]] yang diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus 1999, para pimpinan [[Milisi pro-Indonesia di Timor Leste|milisi pro-Indonesia]] mulai merasa gelisah akan kemungkinan kekalahan kelompok pro-otonomi di kotak suara. Oleh karenanya, pada tanggal 10 Agustus 1999, beberapa tokoh pro-otonomi seperti [[Guilherme dos Santos]] dan [[João da Costa Tavares]], mengadakan rapat di kantor [[Daftar Bupati Bobonaro|Bupati Bobonaro]].<ref name=":0">{{Cite web|last=Sahude|first=Syaldi|date=1 Juli 2007|title=LtCol (Cav) Burhanuddin Siagian|url=http://syaldi.web.id/mot/cons92z%20-%20Burhannudin%20Siagian.htm|website=Masters of Terror|access-date=24 Mei 2024}}</ref>
 
Dalam rapat tersebut, disepakati bahwa milisi (terutama DMP dan [[Halilintar (milisi)|Halilintar]] dan TNI akan bekerja sama untuk terus mengintimidasi pemilih. Setelah jajak pendapat selesai, mereka akan memancing [[Angkatan Bersenjata Pembebasan Nasional Timor Timur|Falintil]] untuk bereaksi dengan memprovokasi dan mengintimidasi para pendukung kemerdekaan. Kemudian, setelah Falintil terpancing, mereka akan membunuh warga yang pro-kemerdekaan. Untuk memfasilitasi ini, Dos Santos dan Tavares akanmengusulkan membuat sebuahpembuatan daftar nama yang berisi orang-orang pendukung kemerdekaan, sedang Letnan Kolonel (Kav) [[Burhanuddin Siagian]] selaku [[Komando Distrik Militer|Dandim]] [[Kabupaten Bobonaro|Bobonaro]] berperan memasok senjata.<ref name=":0" /><ref name=":03">{{Cite web|last=Sahude|first=Syaldi|date=1 Juli 2007|title=Guilherme dos Santos|url=http://syaldi.web.id/mot/cons92z%20-%20Guilherme%20dos%20Santos.htm#_ftnref1|website=Masters of Terror|archive-url=https://web.archive.org/web/20220520073004/https://www.syaldi.web.id/mot/cons92z%20-%20Guilherme%20dos%20Santos.htm#_ftnref1|archive-date=2022-05-20|dead-url=no|access-date=1 September 2018}}</ref><ref>{{Cite web|last=Sahude|first=Syaldi|date=1 Juli 2007|title=Natalino Monteiro|url=http://syaldi.web.id/mot/Natalino%20Monteiro.htm|website=Masters of Terror|access-date=24 Mei 2024}}</ref>
[[Berkas:0250 Militia Commander Joao Tavares at Balibo Integration (1).jpg|jmpl|[[Guilherme dos Santos|Dos Santos]] (kiri) dan [[João da Costa Tavares|Tavares]] (kanan) saat acara kampanye pro-otonomi di [[Balibo]], 17 Juli 1999. Keduanya terlibat dalam perencanaan pembantaian.]]
Pada tanggal 18 Agustus 1999, pihak milisi memaksa petugas [[Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Timur|UNAMET]] untuk kembali ke markas mereka dan membunuh seorang pelajar. Akibatnya, Ketua Perwakilan UNAMET, {{interlanguage link|Ian Martin|en}}, melayangkan protes tertulis kepada Ketua Satgas P3TT (Pelaksanaan Penentuan Pendapat Timor-Timur), [[Agus Tarmidzi]]. Martin meminta agar para perwira TNI yang terlibat dalam pembinaan milisi segera diganti, termasuk Letkol (Kav) Siagian selaku Dandim 1636 Bobonaro.{{sfn|Martin|2010|p=76-77}} Akhirnya, pada tanggal 25 Agustus 1999, Siagian digantikan oleh Letkol (Inf) [[Bambang Supriyanto (AD)|Bambang Supriyanto]].<ref name=":0" />
Baris 31:
 
Sehari berikutnya, milisi memaksa warga yang pro-kemerdekaan untuk mengungsi ke Kantor [[Kepolisian Resor Maliana|Polres Maliana]] dan membakar rumah mereka. Sebab kantor polisi menjadi penuh sesak, maka kelebihan pengungsi dipindahkan ke RSUD Maliana dan gelanggang olahraga setempat. Sebelumnya, pada tanggal 31 Agustus, [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia|ABRI]] dan milisi telah mengimbau melalui pengeras suara agar warga yang pro-otonomi untuk mengungsi ke markas Kodim dan warga pro-kemerdekaan pindah ke kantor polisi. Akan tetapi, sebagian besar warga tidak menghiraukannya.<ref name=":0" />
 
Setelah warga pro-kemerdekaan berhasil dipaksa untuk mengungsi di kantor Polres, polisi dan para tokoh setempat bekerja sama membuat daftar nama mereka yang diungsikan. Alasan yang dikemukakan adalah untuk mempermudah pengiriman bantuan makanan kepada para pengungsi. Bantuan tersebut, tentunya, tidak pernah dikirimkan.<ref>{{Cite journal|last=Special Panels for Serious Crimes|last2=District Court of Dili|date=15 Juli 2004|title=The Prosecutor v. Lt Col Burhanuddin Siagian and others|url=https://www.legal-tools.org/doc/b59204/pdf/|journal=}}</ref>
 
== Pembantaian ==
Pada tanggal 6 September, Siagian menggelar rapat di kantor Polres Maliana yang juga dihadiri beberapa tokoh seperti Kapolres Maliana Letkol (Pol) [[Budi Susilo (polisi)|Budi Susilo]] (Kepala Polisi Resort Maliana), Bupati [[Guilherme dos Santos]], dan ketua DMP [[Natalino Monteiro]] serta wakilnya [[Marcos Tato Mali]]. Letkol Budi Susilo meminta agar para pengungsi dipindahkan ke bagian belakang kompleks kantor untuk memberi ruang bagi para personel polisi dan keluarganya yang ditarik mundur dari [[Kepolisian Sektor|Polsek]] di sekitar [[Maliana]] sebagai bagian dari proses penarikan mundur pasukan Indonesia setelah kekalahan Indonesia dalam [[Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999|jajak pendapat]]. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah personel polisi di kompleks Polres menjadi 435 orang. Dari jumlah ini, hanya 8 orang yang memegang senjata pada hari kejadian.<ref name=":0" /><ref name=":1">{{Cite web|last=Sahude|first=Syahli|date=1 Juli 2007|title=LtCol (Pol) Budi [Munikh] Susilo|url=http://syaldi.web.id/mot/Budi%20Susilo.htm|website=Masters of Terror|access-date=24 Mei 2024}}</ref>
 
Dua hari berikutnya, [[Natalino Monteiro]] dan wakilnya [[Marcos Tato Mali]] memberikan pengarahan kepada anggota milisi {{interlanguage link|Dadarus Merah Putih|de}} di kediaman Monteiro di {{interlanguage link|Ritabou|de}}. Dalam pengarahan tersebut juga hadir personel dari TNI, termasuk seorang perwira Satuan Gabungan Intelijen (SGI) dari [[Komando Pasukan Khusus|Kopassus]] bernama Rizal. Rizal memberi daftar nama-nama pendukung kemerdekaan yang akan dibunuh di kantor Polres. Beberapa nama di antaranya adalah [[Kecamatan Maliana|Camat Maliana]], Julio Barros, dan Kepala Desa Ritabou, Domingos Pereira. Sebelum pergi ke kantor Polres, para milisi DMP akan diberangkatkan dengan dua kendaraan ke markas Koramil 1636-01 di [[Maliana]] untuk bergabung dengan anggota milisi lain (dari [[Halilintar (milisi)|Halilintar]]) yang sudah menunggu di sana. Mereka diperintahkan untuk menggunakan cat samaran pada wajah mereka. Sebagian juga memakai ikat kepala berwarna merah putih.<ref name=":3">{{Cite journal|date=2006|title=Bab 7.3: Pemindahan Paksa dan Kelaparan|url=https://www.etan.org/etanpdf/2006/CAVR/bh/07.3-Pemindahan-Paksa-dan-Kelaparan.pdf|journal=Chega! Laporan Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi (CAVR)}}</ref> Lettu (Inf) Sutrisno menjadi komandan lapangan operasi ini.<ref name=":0" />
 
Sebelum serangan dimulai, seorang saksi melihat Siagian dan [[Natalino Monteiro|Monteiro]] melewati kantor Polres dan berhenti di sebuah pos penjagaan TNI yang berjarak sekitar 100 meter dari lokasi kejadian untuk berbicara dengan tentara.<ref name=":0" /> Pada pukul lima atau enam sore, para milisi yang dipersenjatai dengan parang, pedang, dan pisau memasuki kompleks Kantor Polres dari segala sisi dan secara sistematis mencari dan membunuh para tahanan yang namanya tertera dalam daftar. Mereka dipisahkan dari tahanan lain sebelum kemudian dibunuh. Sebagian dibunuh di hadapan keluarga mereka sendiri. Di belakang barisan mereka terdapat tentara dan polisi (termasuk anggota [[Korps Brigade Mobil|Brimob]]).{{sfn|Fichtelberg|2015|p=149}}<ref name=":3" /><ref name=":2">{{Cite news|last=Jolliffe|first=Jill|date=27 November 1999|title=A Traumatised Town Craving UN Justice|url=https://etan.org/et99c/november/21-30/27atraum.htm|work=Sydney Morning Herald|access-date=24 Mei 2024}}</ref>