Suku Ogan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan asal-usul mengikuti buku, jurnal, catatan sejarah desa-marga dan penelitian resmi dari Balar Nasional. |
Penambahan tari Ngigal |
||
Baris 52:
== Asal-usul ==
Berdasarkan buku ''De Palembangsche Marga'' oleh Van Royen (1927), ''Eenige Bijzonderheden Omtrent Palembang'' oleh C.F.G. Praetorius (1843), ''Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië'' vol. 20 oleh Achtste Jaargang (1846) serta Bermukim di Tepian Sungai Ogan : Etnografi Masyarakat dan Budaya Ogan di Pengandonan oleh Zainal Arifin dkk. (2019). Gelombang masyarakat suku Ogan pertama dan tertua berasal dari wilayah Gunung Seminung-Pesagi pada abad ke-14 dengan pemukiman pertama berada di Ulu Tenggayak yang kini berada di wilayah administrasi Desa Mendingin, Kecamatan Ulu Ogan, Kabupaten Ogan Komering Ulu. Dari wilayah ini masyarakat Ogan pertama melakukan pembukaan rimba untuk pemukiman (''nyusuk''). Dari keturunan ini melahirkan orang-orang Ogan klasik/pertama yang meliputi kemargaan Temenggungan (Ulu Ogan), Samikerian (Pengandonan), dan Aji (Semidang Aji). Dari keturunan inilah juga mereka mempelopori keadatan Ogan dan masih memelihara kesenian asal mereka yaitu kesenian Nyambai, Ngigal, dan Kulintangan. Di masa ini terjadi perubahan kultural yang sangat signifikan terutama dalam bahasa dan budaya generik, yaitu masyarakat Ogan menganut bahasa Melayu Tengah sehubungan dengan permasalahan wilayah mereka dengan orang-orang Besemah.<ref>{{Cite book|date=1846|url=https://play.google.com/books/reader?id=2GoTAAAAQAAJ&pg=GBS.PP6&hl=id&q=ogan|title=Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië|publisher=Lands-drukk.|language=nl}}</ref><ref>{{Cite book|last=FAJRI|first=ZAINAL ARIFIN|last2=SYAFNIL|first2=RAHMAN|date=2019|url=https://play.google.com/books/reader?id=LcbODwAAQBAJ&pg=GBS.PP2&hl=id|title=BERMUKIM DI TEPIAN SUNGAIETNOGRAFI MASYARAKAT DAN BUDAYA KOMUNITAS OGAN DI PENGANDONAN|publisher=IRDH|isbn=978-623-7343-44-8|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|date=1843|url=https://play.google.com/books/reader?id=0elAAAAAcAAJ&pg=GBS.PA418&hl=id|title=De indische Bij, tijdschrift ter bevordering van der Kennis der nederlandsche volkplantingen en derzelver belangen, uitgegeven door C. L. Blume: Eerste Deel. Met Platen (2 Bl. IV, 664 S.|publisher=Hazenberg|language=nl}}</ref>
[[Berkas:UBLOHS Or 27 005 30 album 1 051 (Tubohan Ogan Oeloe).png|jmpl|Kesenian Ngigal Ogan yang ditarikan pejabat marga di Desa Tubohan Marga Semidang Alun II Suku III pada tahun 1906 . Tarian ini sarat dengan warisan Seminung-Pesagi dengan mengelilingi ''pencang'' (tiang pinang) dan gerakan merentang tangan.]]
Gelombang selanjutnya datang dari rombongan orang-orang Bangkahulu/Sungai Serut/Bengkulu yang melalui wilayah Ulu Tenggayak dan berakhir bermukim di wilayah Ogan Tengah yang menjadi marga Semidang Alun II Suku III, kini menjadi wilayah Semidang Aji. Berdasarkan silsilah dan hikayat marga ini, mereka adalah keturunan dari Raden Cili Mangkusa atau R. Kasegeni, anak penguasa Bangkahulu yaitu Ratu Agung. Marga ini tersebar dari desa Ulak Pandan sampai ke Pandan Dulang.
|