Batulappa, Pinrang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Sebagai Daerah Swapraja: Bot: Merapikan artikel, removed stub tag
Bung Gerald (bicara | kontrib)
perubahan dan penambahan
 
Baris 14:
 
== Sejarah Batulappa ==
Kecamatan Batulappa tidak lepas dari sejarah Akkarungngeng Riri Batulappa ([[Kerajaan Batulappa]]) 1665-1960, ketika Arung Batulappa KesembilanIX naik tahta pada tahun 1665 yakni La Baso Puang Buttu Kanan generasi kesepuluh dari Tomanurung Palipada masa itu Belanda telah meletakkan upaya penguasaannya di kerajaan-kerajaan di wilayah Sulawesi Selatan sekarang, yang diawali dengan penandatangan Perjanjian Bongaya 18 November 1667 di Makassar antara Belanda yang diwakili Cornelis Spelman dengan Sultan Hasanuddin Raja Gowa ke 16XVI. Penandatanganan Perjanjian Bongaya (Bongaais Verdrag) 1667 tersebut, kelihatannya Belanda belum dapat menata Pemerintahannya sebagai wilayah jajahannya yang lain, karena munculnya perlawanan kerajaan-kerajaan lokal seperti perlawanan Batara Gowa I Sangkilang. Oleh karena itu, pengaruh langsung Belanda kepada Kerajaan-Kerajaan lokal Sulawesi Selatan termasuk Kerajaan Batulappa. ini berarti '''Kerajaan Batulappa sebuah kerajaan yang berdaulat,''' dalam mengurus pemerintahannya sendiri beliau memimpin Kerajaan Batulappa hingga 1700 hinga Arung memimpin di Batulappa sampai generasi ketujuhbelas di tahun 1960. Baginda La Baso Puang Buttu Kanan, sebagai Raja Kerajaan Batulappa, kawin dengan seorang perempuan keturunan Batulappa bernama Besse Pinrang, yang kemudian melahirkan seorang anak laki-laki bernama Wellangrungi yang kelak menjadi Raja Kerajaan Batulappa yang kesepuluh. Pada masa pemerintahan beliau, pusat kerajaan Batulappa yang sebelumnya terletak di gunung Tirasa di pindahkan ke Watang Batulappa (sekarang menjadi Desa Batulappa). Pada akhir abad ke XIX, kerajaan Batulappa dipimpin oleh Arung La Baso Puang Moseng. Baginda adalah cucu Arung Batulappa ke 12 La Sompa dari perkawinannya dengan Fatima Enrekang, ibunya adalah Buku anak kandung Sompa yang kawin dengan Datu Lanrisang dari Jampue. Ia memerintah di kerajaan Batulappa sebagai raja ke 14 yang berpusat di Bungi. Beliau dalam masa pemerintahannya berhasil memindahkan pusat kerajaan Batulappa ke Bungi. Oleh karna itu, baginda biasa dikenal dengan istilah Babae ri Batulappa dan Bulurompenna Bungi Pinrang. Bungi menjadi ibukota Kerajaan dari tahun 1840-1960, kantor Arung Batulappa beserta Saoraja dibangun di Bungi pada masa pemerintahan Padoeka Toean Jm Andi Tanri Karaeng Lolo Petta ArungE 1941-1946. Di Bungi terdapat peninggalan Kerajaan Batulappa yakni dua bangunan Saoraja, yakni Saoraja Arung Andi Tanri atau Saoraja Bola Camming dan Saoraja Petta Mangga Arung Batulappa ketujuhbelas, dimasa pemerintahan Baginda Arung Petta Tanri terdapat satu bangunan peninggalan dari nenek baginda (Puatta I Tjoma Arung Batulappa XV) berupa Saoraja, itu berarti di Bungi pernah memiliki tiga Saoraja dari Akkarungeng Ri Batulappa. Bungi juga menjadi ibukota bagi Daerah Swapraja Batulappa hingga 1960.
 
Oleh karena itu, pengaruh langsung Belanda kepada Kerajaan-Kerajaan lokal Sulawesi Selatan termasuk Kerajaan Batulappa, ini berarti '''Kerajaan Batulappa sebuah kerajaan yang berdaulat,''' dalam mengurus pemerintahannya sendiri, beliau memimpin Kerajaan Batulappa hingga 1700, dan kerajaan bertahan hinga Arung memimpin di Batulappa sampai generasi ke-XVII di tahun 1960.
Kemudian setelah proklamasi Republik Indonesia bersama dengan kerajaan kerajaan di Sulawesi Selatan Kerajaan Batulappa menyatakan bergabung kedalam Indonesia, dan daerah-daerah di indonesia yang masih berbentuk monarki menjadi dan diteruskan status sebagai daerah swapraja atau pemerintahan sendiri dari tahun 1945-1960.Pada masa republik indonesia wilayah daerah swapraja batulappa atau Kerajaan Batulappa menjadi negara bagian di dalam Negara Indonesia Timur yang merupakan Negara Bagian RIS, sedangkan Arung dan Penguasa terakhir swapraja Batulappa adalah Andi Mangga Tanri Petta Matinroe Ri Bungi Arung Batulappa Ke-17 masa 1945-2002. Yang menggantikan sang ayah yakni Andi Tanri Karaeng Lolo Petta Matinroe Ri Bungi Arung Batulappa ke-16 periode 1941-1945. Pada masa kerajaan, Batulappa membawahi beberapa Distrik dan Lili' serta daerah-daerah di utara Distrik Bungi (ibukota swapraja) pada 23 November 1890-1945 Kerajaan Batulappa berbatasan dengan Sawitto (dipisahkan oleh Sungai Sadang) diselatan, Enrekang di timur, Selat Makassar dan Binuang dibarat. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di Kabupaten Pinrang.
 
Baso Puang Buttu Kanan, sebagai Arung Batulappa, kawin dengan seorang perempuan keturunan Batulappa bernama Besse Pinrang, yang kemudian melahirkan seorang anak laki-laki bernama Wellangrungi yang kelak menjadi Arung Batulappa yang kesepuluh. Pada masa pemerintahan beliau, pusat kerajaan Batulappa yang sebelumnya terletak di gunung Tirasa di pindahkan ke Watang Batulappa (sekarang menjadi Desa Batulappa).
 
Pada akhir abad ke XIX, kerajaan Batulappa dipimpin oleh Arung Baso Puang Moseng. Puang Moseng adalah cucu Arung Batulappa ke-XII Arung Sompa dari perkawinannya dengan Fatima Enrekang, ibunya adalah Buku' anak kandung Arung Sompa yang kawin dengan Datu Lanrisang dari Jampue. Ia memerintah di kerajaan Batulappa sebagai Raja XIV yang berpusat di Bungi.
 
Arung Baso Puang Moseng (Baso II) dalam masa pemerintahannya berhasil memindahkan pusat kerajaan Batulappa ke Bungi. Oleh karna itu, baginda biasa dikenal dengan istilah ''Babae ri Batulappa dan Bulurompenna Bungi Pinrang.'' Bungi menjadi ibukota Kerajaan dari tahun 1840-1960, kantor Arung Batulappa beserta Saoraja dibangun di Bungi pada masa pemerintahan ''Padoeka Toean Jm Andi Tanri Karaeng Lolo Petta Arungnge'' Arung Batulappa XVI.
 
Di Bungi terdapat peninggalan Kerajaan Batulappa yakni dua bangunan Saoraja, yakni ''Saoraja Arung Andi Tanri ('''Petta Tanri''') Arung Batulappa XVI, lazimnya dikenal Saoraja Bola Camming/Saoraja Bungi.''
 
Juga terdapat milik putra beliau ''Saoraja Andi Mangga '''(Petta Mangga''') Arung Batulappa XVII'', dimasa pemerintahan Petta Tanri terdapat satu bangunan peninggalan dari nenek beliau ''I Tjoma Arung Batulappa'' ''XV'' berupa Saoraja, itu berarti di Bungi pernah memiliki tiga Saoraja dari Akkarungeng ri Batulappa. Bungi juga menjadi ibukota bagi Daerah Swapraja Batulappa hingga 1960.
 
Kemudian setelah proklamasi Republik Indonesia bersama dengan kerajaan kerajaan di Sulawesi Selatan Kerajaan Batulappa menyatakan bergabung kedalam Indonesia, dan daerah-daerah di indonesia yang masih berbentuk monarki menjadi dan diteruskan status sebagai daerah swapraja atau pemerintahan sendiri dari tahun 1945-1960.
 
Pada masa republik indonesia wilayah daerah swapraja batulappa atau Kerajaan Batulappa menjadi negara bagian di dalam Negara Indonesia Timur yang merupakan Negara Bagian RIS, sedangkan Arung dan Kepala Swapraja Batulappa adalah ''Andi Mangga Petta Matinroe ri Bungi Arung Batulappa Ke-XVII hingga 1960.'' Yang menggantikan ayahandanya ''Andi Tanri Karaeng Lolo Petta Matinroe Ri Bungi Arung Batulappa ke-XVI 1941-1945''.
 
Pada masa kerajaan, Batulappa membawahi beberapa Distrik dan Lili' serta daerah-daerah di utara Distrik Bungi (ibukota swapraja) pada 23 November 1890-1945 Kerajaan Batulappa berbatasan dengan Sawitto (dipisahkan oleh Sungai Sadang) diselatan, Enrekang di timur, Selat Makassar dan Mandar dibarat. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di Kabupaten Pinrang.
 
== Bekas wilayah bersejarah ==
Baris 29 ⟶ 45:
 
= Sebagai Daerah Swapraja =
Batulappa yang sebelumnya meliputi wilayah di sebelah utara Kabupaten Pinrang sekarang, menjadi sebuah Daerah Swapraja dengan ibukota berada di Distrik Bungi (masa Swapraja 1945-1960) didalam lingkup Daerah Parepare, Negara Indonesia Timur. Swapraja yang berarti daerah yang memiliki status ini dapat dan berhak mengurus pemerintahan sendiri dan sistemnya yang dapat dikelola dan diatur pemerintahannya sesuai dengan sistem yang ada pada daerah bersangkutan. Sistem swapraja juga dapat dikatakan pemerintahan monarki itu artinya Kepala Daerah Swapraja merupakan seorang Raja dari dinasti yang memerintah secara turun temurun di daerah tersebut, dikarenakan pada 1905 Kerajaan Batulappa merupakan proktetorat/bagian HindaBelanda sebagai Zelfbestuur (Swapraja). Setelah kemerdekaan maka Batulappa kemudian menjadi dan diteruskan statusnya menjadi Daerah Swapraja Batulappa. Pusat pemerintahan swapraja berada di Bungi sejak masa pemerintahan kerajaan di era Baso Puang Moseng Arung Batulappa XIV
 
Sistem swapraja juga dapat dikatakan pemerintahan monarki itu artinya Kepala Daerah Swapraja merupakan seorang Raja dari dinasti yang memerintah secara turun temurun di daerah tersebut, dikarenakan pada 1905 Kerajaan Batulappa merupakan proktetorat/bagian HindaBelanda sebagai Zelfbestuur (Swapraja). Setelah kemerdekaan maka Batulappa kemudian menjadi dan diteruskan statusnya menjadi Daerah Swapraja Batulappa. Pusat pemerintahan swapraja berada di Bungi sejak masa pemerintahan kerajaan di era ''Arung Baso Puang Moseng Arung Batulappa XIV.''
Tercatat dalam sejarah Batulappa bahwa ada tiga penguasa dari [[Kerajaan Batulappa|Swapraja Batulappa]] terhitung sejak Batulappa menjadi Zelfbestuur dari HindiaBelanda dan sekaligus Arung Batulappa yakni:
 
Tercatat dalam sejarah Batulappa bahwa ada tigaKepala penguasaSwapraja atau ''Zelfbestuurder'' dari [[Kerajaan Batulappa|Swapraja Batulappa]] terhitung sejak Batulappa menjadi Zelfbestuur dari HindiaBelanda dan sekaligus Arung Batulappa yakni:
# I Tjoma Arung Batulappa 1875-1941 Petta Matinroe ri Bungi, Petta Cuma menandatangani Verklaring (Kontrak perjanjian dengan Belanda pada tahun 1891 dan menerima Verklaring dari Gubernur Jenderal Hindiabelanda [[Joannes Benedictus van Heutsz]] pada 19 Juli 1906
# Jm Paduka Tuan Andi Tanri Petta ArungE Karaeng Lolo, Matinroe ri Bungi, Arung Batulappa XVI 1941-1945 (Zelfbestuurder Batoelapa di Bungi sejak 23 Juni 1941-1945), sebelumnya menjabat Sullewatang Batulappa dan Arung Malolo Batulappa (Putra Mahkota) di masa pemerintahan Nenek beliau, I Tjoma Arung Batulappa XV 1875-1941
# Jm Tuan Hadji Andi Mangga Petta Tanri, Matinroe ri Bungi, Arung Batulappa XVII 1945-2002
 
# I Tjoma Arung Batulappa 1875-1941 Petta Matinroe ri Bungi, ''Petta Cuma'' menandatangani Verklaring (Kontrak perjanjian dengan Belanda pada tahun 1891 dan menerima Verklaring dari Gubernur Jenderal Hindiabelanda [[Joannes Benedictus van Heutsz]] pada 19 Juli 1906.
Hingga pembentukan Kabupaten Pinrang di tahun 1960, Swapraja Batulappa, Swapraja Sawitto, Swapraja Suppa, & Swapraja Alitta menjadi bagian dari kabupaten pinrang hingga sekarang, dan masa swapraja berakhir pada 1960.
# Jm Paduka Tuan Andi Tanri Petta ArungEArungnge Karaeng Lolo, Petta Matinroe ri Bungi, Arung Batulappa XVI 1941-1945 (Zelfbestuurder Batoelapa di Bungi sejak 23 Juni 1941-1945), sebelumnya menjabat Sullewatang Batulappa dan Arung Malolo Batulappa (Putra Mahkota) di masa pemerintahan Nenek beliau, I Tjoma Arung Batulappa XV 1875-1941.
# Jm Tuan HadjiHaji Andi Mangga, Petta Tanri, Matinroe ri Bungi, Arung Batulappa XVII 1945-2002.
 
PadaHingga bagianpembentukan tengahKabupaten Pinrang, timurdi hinggatahun barat1960, merupakanSwapraja bekasBatulappa, Swapraja Sawitto, bagianSwapraja utara pinrang sekarangSuppa, utara& barat/perbatasanSwapraja denganKassa selatmenjadi makassar,bagian dandari utaraKabupaten timurPinrang merupakanhingga bekas Swapraja Batulappasekarang, dan bagianmasa selatanswapraja pinrangberakhir bekaspada bagian Swapraja Suppa1960.{{Batulappa, Pinrang}}
{{Kabupaten Pinrang}}