Long March Siliwangi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Miminsastra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Miminsastra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 4:
 
=== A. Pembentukan dan Perkembangan Awal [[Komando Daerah Militer III/Siliwangi|Kodam III Divisi Siliwangi]] ===
Divisi adalah satuan tempur militer terbesar dengan kekuatan penuh secara operasional memiliki kesatuan-kesatuan tempur, berikut unsur pendukungnya yaitu bantuan tempur dan bantuan administrasi,. yangYang berada dalam garis komando divisi tersebut, sehingga tidak perlu mendatangkan dari komando lain di lualuar divisi.
 
Divisi Siliwangi adalah kesatuan tempur TNI yang membawahi wilayah KODAM III Jawa Barat yang terdiri dari 5 Brigade dan masing masing Brigade memiliki satuan Resimen, namun dalam perkembangannya menjadi Divisi Siliwangi kemudian membawahi langsung Batalyon sebagai satuan tempurnya.
Baris 16:
# Brigade V Sunan Gunung Jati yang sebelumnya adalah organisasi Divisi Banyumas dengan Komandan Letnan Kolonel Abimanyu. Daerah gerilyanya adalah [[Keresidenan Cirebon|Karesidenan Cirebon]].
 
Pembentukan Divisi Siliwangi berawal dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang diserukan oleh Presiden Soekarno pada masa awal kemerdekaan dalam keputusan tanggal 30 Agustus 1945.

Awal pembentukan BKR di Jawa Barat adalah pada 27 Agustus 1945 dari pertemuan antara Residen Priangan, R. Puradireja dengan [[Sanusi Hardjadinata|R. Sanusi Hardjadinata]] yang menghasilkan BKR Priangan di bawah pimpinan [[Arudji Kartawinata]] dan [[Omon Abdurachman]] sebagai wakilnya.
 
Pertemuan selanjutnya dilaksanakan di Gedung Sirnagalih, Bandung yang dihadiri oleh hampir seluruh mantan anggota Pembela Tanah Air (PETA) Priangan, Heiho, dan [[Tentara Kerajaan Hindia Belanda|Koninkrijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL)]] dengan hasil pembentukan BKR Kabupaten Bandung dipimpin oleh R.[[Sukanda Bratamanggala]], BKR Kota Bandung dipimpin oleh Suhari dan BKR Cimahi dipimpin oleh Gandawidjaya.
Baris 30 ⟶ 32:
# BKR [[Keresidenan Cirebon|Karesidenan Cirebon]] dengan tokoh pendirinya, Asikin, Sumarsono, Rukman, Effendy dan Sjafei.
 
Di tengah proses pembentukan BKR Jawa Barat ini, muncul seorang mantan pimpinan Seinendan daerah [[Cigelereng]] bersama 200 anggotanya yang kemudian menggabungkan diri dengan BKR. Pimpinan Seinendan ini yang kemudian diangkat menjadi penasihat BKR Priangan.

Perkembangan BKR sebagai Badan Keamanan Rakyat dan Badan Penolong Korban Perang selanjutnya berdasarkan Maklumat Presiden Sukarno tanggal 5 Oktober 1945 diubah atau dibentuk menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
 
Pembentukan TKR di Jawa Barat dipelopori oleh Didi Kartasasmita, seorang mantan Opsir KNIL yang pada September 1945 mendatangi Perdana Mentri Republik Indonesia menawarkan diri membantu perjuangan RI.
Baris 36 ⟶ 40:
Sebagai seorang perwira lulusan Koninlijke Military Academy (KMA) Breda berpangkat Letnan satu, Didi Kartasasmita disambut baik karena akan sangat membantu dalam perjuangan kemerdekaan.
 
Berdasarkan persetujuan Presiden Republik Indonesia, Didi Kartasasmita kemudian membuat maklumat yang berisi pernyataan bagi para mantan opsir KNIL untuk berdiri di belakang RI yang berisi antara lain kurang lebih tentang pembubaran tentara KNIL sejak 9 Maret 1942 oleh Panglima Tertinggi Tentara Hindia-Belanda, Letnan Jendral Ter Poorten, dan dengan pembubaran itu, maka secara otomatis terbebas dari sumpah setia prajurit.
pembubaran itu, maka secara otomatis terbebas dari sumpah setia prajurit.
 
Pertimbangan mengenai keamanan Republik yang tengah terancam dengan keberadaan Nedherland Indhisce Civil Administration (NICA) dan kesadaran akan gerakan kemerdekaan Indonesia, maka para mantan opsir KNIL ini menyatakan berdiri di belakang Republik Indonesia dan siap menerima segala perintah untuk menegakkan dan dan menjaga keamaan Republik Indonesia.