Kredit sosial: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Haffizemir (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Haffizemir (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 53:
=== Teorema A+B dan pandangan akuntansi biaya terhadap inflasi ===
Penggantian tenaga kerja dengan modal dalam proses produktif menyiratkan bahwa biaya ''overhead'' (B) meningkat sehubungan dengan pendapatan (A), karena "'B' adalah representasi finansial dari pengungkit modal".<ref name=":2" /> Sebagaimana yang dinyatakan Douglas pada artikel pertamanya, "The Delusion of Superproduction":<ref>{{Cite book|last=Douglas|first=C.H.|date=1918|url=https://www.socred.org/images/douglas-archives/The-Delusion-of-Super-Production.pdf|title=The Delusion of Super-Production|location=London|publisher=The English Review|url-status=live}}</ref><blockquote>Biaya pabrik – bukan harga jual – barang apa pun dalam sistem industri dan keuangan kita saat ini terdiri dari tiga divisi utama—biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan, dan biaya ''overhead'', yang rasionya sangat bervariasi, seiring dengan perkembangan metode produksi. Misalnya saja, seorang pematung yang memproduksi sebuah karya seni dengan bantuan peralatan sederhana dan balok marmer hampir tidak dikenakan biaya ''overhead'', namun tingkat produksinya sangat rendah, sedangkan pabrik pembuatan sekrup modern yang menggunakan mesin otomatis mungkin mempunyai biaya produksi yang sangat tinggi. biaya ''overhead'' dan biaya tenaga kerja langsung yang sangat rendah, atau tingkat produksi yang tinggi.
Karena peningkatan output industri per individu terutama bergantung pada peralatan dan metode, hampir dapat dikatakan sebagai sebuah hukum bahwa peningkatan produksi berarti rasio biaya ''overhead'' terhadap biaya tenaga kerja langsung yang semakin tinggi, dan, terlepas dari alasan yang dibuat-buat, hal ini hanyalah sebuah indikasi dari sejauh mana mesin menggantikan kerja manual, sebagaimana mestinya.</blockquote>Jika biaya ''overhead'' terus meningkat dibandingkan dengan pendapatan, segala upaya untuk menstabilkan atau meningkatkan pendapatan akan mengakibatkan kenaikan harga. Jika pendapatan tetap atau meningkat, dan biaya ''overhead'' terus meningkat karena kemajuan teknologi, maka harga, yang sama dengan pendapatan ditambah biaya ''overhead'', juga harus meningkat. Selanjutnya, setiap upaya untuk menstabilkan atau menurunkan harga harus diatasi dengan menurunkan pendapatan menurut analisis ini. Seperti yang ditunjukkan oleh [[Kurva Phillips]], inflasi dan pengangguran merupakan ''trade-off'', kecuali harga diturunkan dari uang yang diperoleh dari luar sistem produktif. Menurut teorema A+B Douglas, masalah sistemik dari kenaikan harga, atau inflasi, bukanlah "terlalu banyak uang untuk mengejar terlalu sedikit barang", namun adalah meningkatnya biaya ''overhead'' dalam produksi karena penggantian tenaga kerja dengan modal dalam industri dikombinasikan dengan kebijakan lapangan kerja penuh. Douglas tidak menyatakan bahwa inflasi tidak dapat disebabkan oleh terlalu banyak uang yang mengejar terlalu sedikit barang konsumsi, namun menurut analisisnya hal ini bukan satu-satunya penyebab inflasi, dan inflasi bersifat sistemik menurut aturan akuntansi biaya mengingat biaya ''overhead'' terus meningkat relatif terhadap pendapatan. Dengan kata lain, inflasi dapat terjadi meskipun konsumen tidak memiliki daya beli yang cukup untuk membeli kembali seluruh produksi. Douglas menyatakan bahwa ada dua batasan yang mengatur harga, batas bawah yang ditentukan oleh biaya produksi, dan batas atas yang ditentukan oleh harga suatu barang di pasar terbuka. Douglas mengemukakan bahwa inilah alasan mengapa deflasi dianggap sebagai masalah dalam perekonomian ortodoks karena para bankir dan pengusaha cenderung melupakan batas bawah harga.
=== Kompensasi harga dan dividen nasional ===
Douglas mengajukan cara untuk menghilangkan kesenjangan antara daya beli dan harga dengan meningkatkan daya beli konsumen melalui kredit yang tidak muncul dalam harga dalam bentuk potongan harga dan dividen. Resminya disebut "Kompensasi Harga" dan "Dividen Nasional (atau Konsumen)", sebuah Kantor Kredit Nasional dibentuk dan ditugasi untuk menghitung besaran potongan dan dividen dengan menentukan [[Neraca (akuntansi)|neraca]] nasional, dan menghitung produksi agregat serta statistik konsumsi.
Potongan harga tersebut didasarkan pada pengamatan biaya produksi riil, yang merupakan laju rata-rata konsumsi terhadap laju rata-rata produksi dalam satu jangka waktu ekuivalen.<blockquote><math>\text{biaya riil (produksi)} = M \cdot \cfrac{\int_{T_1}^{T_2} \frac{dC}{dt} \, dt}{\int_{T_1}^{T_2} \frac{dP}{dt} \, dt}</math></blockquote>dimana
* ''M ='' uang yang didistribusikan untuk program produksi tertentu,
* ''C'' = konsumsi,
* ''P'' = produksi.
Biaya fisik dalam memproduksi sesuatu adalah bahan baku dan [[modal]] yang digunakan pada proses produksi, ditambah dengan jumlah barang konsumsi yang dipakai tenaga kerja pada saat produksi. Konsumsi total ini menggambarkan biaya fisik, atau riil dari produksi.<blockquote><math>\text{harga riil } (\$) = \text{biaya } (\$) \cdot \dfrac{\text{konsumsi } (\$) + \text{depresiasi } (\$)}{\text{kredit } (\$) + \text{produksi } (\$)}</math></blockquote>dimana
* Konsumsi = biaya barang konsumsi,
* Depresiasi = depresiasi modal riil,
* Kredit = kredit yang dihasilkan,
* Produksi = biaya total produksi.
Karena lebih sedikit input yang dikonsumsi untuk memproduksi satu unit output dengan setiap peningkatan pada proses, maka biaya produksi riil akan menurun seiring waktu. Sebagai hasilnya, harga juga ikut turun seiring waktu. "Ketika kapasitas masyarakat untuk menyediakan barang dan jasa meningkat karena penggunaan pabrik dan juga karena kemajuan saintifik, dan berkurang karena produksi, pemeliharaan, atau depresiasinya, kita dapat mengeluarkan kredit, dalam bentuk biaya, dengan tingkat yang lebih besar daripada tingkat bunga yang ada dimana kita mengambilnya kembali melalui harga produk akhir, jika kapasitas untuk memasok individu melebihi keinginan."<ref name=":2" />
Berdasarkan kesimpulan bahwa biaya riil produksi akan lebih rendah dibandingkan biaya finansial produksi, potongan harga yang diusulkan Douglas (Kompensasi Harga) ditentukan dari rasio konsumsi terhadap produksi. Karena konsumsi dalam jangka waktu tertentu umumnya lebih rendah dari produksi pada jangka waktu yang sama di masyarakat industri mana pun, maka biaya riil suatu produk akan lebih rendah dari biaya finansialnya.
Sebagai contoh, jika harga pokok suatu barang adalah Rp. 100.000, dan rasio konsumsi terhadap produksi adalah 3/4, maka harga riil barang tersebut adalah Rp. 100.000(3/4) = Rp. 75.000. Hasilnya, jika seorang konsumen menghabiskan Rp. 100.000 untuk sebuah barang, maka Otorita Kredit Nasional akan memotong harga konsumen sebesar Rp. 25.000. Kosumen dikenai harga Rp.75.000 untuk barang tersebut, penjual menerima Rp. 100.000, dan konsumen mendapat potongan sebesar Rp. 25.000 melalui kredit baru yang dibuat oleh Otorita Kredit Nasional.
Dividen Nasional dibenarkan oleh penggantian tenaga kerja dalam proses produksi sebagai akibat dari kemajuan teknologi dalam produktivitas. Seiiring dengan digantikannya tenaga kerja manusia oleh mesin pada proses produksi, Douglas meyakini bahwa orang harus bebas mengonsumsi sembari menikmati waktu senggang yang bertambah, dan Dividen tersebut akan memberikan [[Kebebasan ekonomi|kebebasan]] ini.
== Referensi ==
|