John Waromi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 8:
== Tema penulisan ==
Papua menjadi latar belakang utama dalam setiap karya yang dibuat olehnya. Pada novel [[Anggadi Tupa Menuai Badai]], dia menceritakan mengenai orang-orang yang berasal dari sukunya, Suku Ambai, dalam menjaga dan mempertahankan lingkungannya dari kerusakan yang tengah dialami.<ref>{{Cite web|url=http://dkj.or.id/komite/sastra/obrolan-pembaca-media-indonesia-opmi/|title=Anggadi Tupa menuai Badai: Cerita Alam Tanah Papua, karya John Waromi {{!}} Dewan Kesenian Jakarta|language=id-ID|access-date=2020-02-27}}</ref> Dalam novel Anggadi Tupa, Jhon Waromi bercerita tentang kehidupan sosial dan budaya suku Ambai di Papua. Suku Ambai menjaga kearifan lokal ekologis dengan selalu memelihara keberkelanjutan keanekaragaman alam. Anyaman cerita dalam novel menampilkan berbagai dilema yang muncul akibat kerusakan lingkungan yang berawal dari keserakahan. Hukum adat tidak lagi mampu melindungi hidup mereka. Jhon mengaku, proses penulisan novel ini pun terbilang singkat, tidak sampai dua bulan. Menurut John, materi dan bahan tulisan sudah ada dalam pikirannya. Mengendap sedemikian lama, menunggu masa tiba untuk membuncah keluar. “Itu karena sudah ada dalam pikiran.<ref>{{Cite web|date=2016|title=Keprihatinan Seorang Suku Ambai|url=https://mediaindonesia.com/weekend/35222/keprihatinan-seorang-suku-ambai|website=Media Indonesia|access-date=7 Juni 2024}}</ref> Sedangkan pada karya kumpulan puisi Sulur-Sulur Sali, dia menggambarkan ketidakadlian yang dialami oleh John di Papua.<ref name=":0" />
== Puisi Jhon Waromi ==
'''Anak Pertiwi*'''
Ibu mencari nene pertiwi
Kemana ayah
Terhempas prahara
Jalur-jalur utara
Merindu jalan pulang
Dalam labirin kota
Terpana wajah diri
Ilusi kacamata
Terperangkap tali-tali
Bola-bola
Kata-kata
Tumpah darah
Mencangkul di sebrang
Ladang ganyangan hiro
Di rimba para penyamun
Ka-te-pe ibu bolong-bolong
Bangun mencari susu
di teras dusun
potret ibu hiasan paspor
Dalam oase gurun pasir
Sorak kentong bambu
Hardik nene halau perompak
Burung-burung
Riuh genset
Memompa tanah air
Udara penuh bayang-bayang
Dalam pentas bayang
Jumpa tete pertiwi
Tagih buah dada cucu
Jamu eyang pertapa
Sama saling bagi mistik
Batuk berdehem
Batok bergeleng
Tatap berair
Terkurung kaca-kaca
Tembok-tembok pertiwi
Nyanyian tanah
Tak lagi tersanjung.
Salah satu puisinya yang telah dimuat dalam buku '''''Mozaik Kata: Merunut Jejak Sastra di Tanah Papua''''', diterbitkan oleh Sekolah Menulis Papua, Oktober 2015. [https://menulispapua.blogspot.com/2016/07/puisi-john-waromi-anak-pertiwi.html]
== Referensi ==
|