Nio Joe Lan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
menghapus tanda koma
Baris 33:
Pada tahun 1934, Nio ditransfer ke harian ''[[Sin Po]]'', kantor berita Batavia yang dikenal karena orientasi pro-Tiongkoknya. Sebagai editor, Nio umumnya menghindari percampuran politik dengan jurnalismenya dan berfokus pada budaya.{{sfn|Sidharta|2008|p=xiv}} Sementara itu, ia menulis banyak artikel tentang berbagai topik, termasuk [[sastra Melayu Tionghoa]],{{sfn|KPG, Nio Joe Lan}} di jurnal-jurnal Belanda seperti ''De Indische Gids'' dan Inggris seperti ''The China Journal''. Waktu itu ia mulai aktif [[kerja sosial]] bersama [[Tiong Hoa Hwe Koan]] dan menjadi sekretarisnya. Pada tahun 1929, Nio menjadi bagian tim penulis buku untuk perayaan ulang tahun Tiong Hoa Hwe Koan ke-40.{{sfn|JCG, Nio Joe Lan}}{{sfn|Sidharta|2008|p=xiv}}
 
Ketika [[pendudukan Jepang di Indonesia|Jepang menduduki Hindia Belanda]] bulan Februari 1942, Nio adalah satu dari 542 etnis Tionghoa dari [[Jawa]] dan [[Madura]] yang ditangkap dan ditahan.{{sfn|Sidharta|2008|p=xiv}}{{sfn|Setiono|2008|p=530}} Ia ditahan di Bukit Duri, kemudian Serang, lalu Cimahi, sebelum akhirnya dibebaskan tahun 1945 setelah [[penyerahan diri Jepang]] dan [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|proklamasi kemerdekaan Indonesia]]. Kesaksian tertulis tentang pengalamannya dalam tahanan diterbitkan tahun 1946 dengan judul ''Dalem Tawanan Djepang''. Sinolog [[Myra Sidharta]] menyebutnya kesaksian sejarah yang bernilai, karena mantan tahanan lainnya tidak menulis memoar serinci itu.{{sfn|Sidharta|2008|p=xv}}
 
Pasca pembebasannya, Nio kembali ke Batavia (sejak itu bernama Jakarta) dan ''Sin Po'' (yang mulai terbit kembali setelah tiga tahun tidak aktif). Ia memimpin kantor berita itu sampai 1958.{{sfn|JCG, Nio Joe Lan}} Pada saat yang sama ia mendirikan majalah keluarga ''Pantja Warna'' (1947–56).{{sfn|KPG, Nio Joe Lan}} Pada akhir 1950-an, Nio belajar sejarah di [[IKIP Jakarta]]. Tahun 1963, ia menjadi dosen sejarah di sana sambil bekerja lepas menerjemahkan karya sastra Tionghoa, termasuk sebagian ''[[Romance of the Three Kingdoms]]'', ''[[Hua Mulan|Ballad of Hua Mulan]]'', dan ''[[Fengshen Yanyi|The Creation of the Gods]]''. Setelah 1965, ia mulai menulis tentang bangsa Belanda di Hindia Belanda.{{sfn|Sidharta|2008|p=xvii}}