Jaap Kunst: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Menambahkan link referensi |
||
Baris 5:
== Karier ==
Setelah lulus dan berhasil meraih gelar sarjana hukum dari [[Universitas Groningen]] pada tahun 1917, ia bekerja pada salah satu cabang Amsterdam Bank di Utrecht, tetapi hanya bertahan tiga bulan. Selanjutnya selama setahun ia bekerja di kantor wali [[Amsterdam|kota Amsterdam]] pada Departemen Pendidikan. Pada tahun 1919, Kunst bersama dengan kedua rekannya memutuskan untuk meninggalkan Belanda dan berkarier sebagai musisi di Hindia Belanda (Indonesia). Rangkaian pertunjukan musik yang ditampilkan Kunst di berbagai wilayah Indonesia, kemudian menggiringnya untuk menekuni musik rakyat Indonesia.
Dalam perjalanan kariernya di bidang musik, Jaap Kunst juga berperan dalam menyunting beberapa folklor beserta musik Belanda yang berjudul ''Terschellinger Voksleven dan Noord Nederlandse Volkliederen en Dansen''. Pada saat meneliti seni musik di beberapa wilayah di Indonesia, Jaap Kunst kemudian berhasil membukukan beberapa karya dan berbagai macam dokumentasi seperti foto serta rekaman suara gamelan dalam bentuk ''wax cylinder'' (silinder lilin). Beberapa judul buku mengenai musik di Indonesia yang berhasil ditulis antara lain ''De Toonkunst van Bali (1925), Hindoe-Javaanse Muziekinstrumenten (1927), A Study of Papuan Music,De Toonkunst van Java'' atau ''Music in Java'' yang diterbitkan dalam 2 jilid'', Music in Nias, Music in Flores, Muziec en de Zending'' dan seterusnya. Pada tahun 1932 Kunst tinggal di Batavia dan menjadi kurator tidak resmi di ''[[Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen]]'' (kini [[Museum Nasional Indonesia|Museum Nasional]]). Kunst banyak bekerja di rumahnya di Jalan Jalan Kebon Sirih No. 14, tempat ia menyimpan ribuan koleksi alat musik yang dikumpulkannya selama perjalanan ke daerah-daerah serta rekaman, foto dan film yang dijadikan bahan risetnya. Dalam proses risetnya, Kunst juga berkorespondensi dengan banyak pihak antara lain Mangkunegoro VII, C.C.F.M le Roux, Heinz Noah, Van der Hoop, Hoesein Djadjadiningrat, Karl Halusa, Claire Holt dan F.D. K. Bosch. Surat korespondesi Jaap Kunst tersebut masih tersimpan rapi di Perpustakaan Universitas Amsterdam.<ref>{{Cite web|url=https://www.museumnasional.or.id/melacak-jejak-jaap-kunst-1917|title=Melacak Jejak Jaap Kunst {{!}} Museum Nasional Indonesia|last=Admin|language=id-ID|access-date=2019-09-07}}</ref>
|