Kota Palembang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
SabitAprido (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
SabitAprido (bicara | kontrib)
Baris 75:
Asal usul nama Palembang mempunyai beberapa versi. Salah satu versi adalah pada saat penguasa Sriwijaya mendirikan sebuah Wanua (kota) yang sekarang dikenal dengan Kota Palembang; Topografi kota Palembang dikelilingi oleh air bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber dari anak sungai maupun rawa bahkan menurut data statistik 1990, Palembang masih terdapat 50% tanah yang tergenang oleh air (rawa).
 
Berkemungkinan karena kondisi topografi inilah nenek moyang orang Palembang menamakan kota ini sebagai '''Pa-lembang''' yang bermakna '''Pa''' atau '''Pe''' sebagai suatu tempat atau keadaan dan '''Lembang''' atau '''Lembeng''' artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut [[Bahasa Palembang|bahasa Melayu Palembang]], '''lembang''' atau '''lembeng''' adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air.<ref>{{Cite web |url=https://palembang.go.id/new/beranda/sejarah |title=Salinan arsip |access-date=2021-08-06 |archive-date=2021-08-06 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210806171034/https://palembang.go.id/new/beranda/sejarah |dead-url=no }}</ref>
 
Salah satu versi yang lain juga mengaitkan Palembang dengan kata dalam [[bahasaBahasa Jawa]], "limbang", yang berarti membersihkan biji atau logam dari tanah atau benda-benda luar lain. Pemisahan dilakukan dengan bantuan alat berupa keranjang kecil untuk mengayak tanah berkandungan logam atau biji di aliran sungai. "Pa" adalah kata depan yang dipakai orang Jawa untuk menunjuk suatu tempat berlangsungnya usaha atau keadaan. Versi ini terkait erat dengan peran Palembang pada masa lalu sebagai tempat mencuci emas dan biji timah. Versi lain menghubungkan Palembang dengan kata "lemba", yang berarti tanah yang dihanyutkan air ke tepi.<ref>{{Cite book|title=Kesultanan Palembang Darussalam : Sejarah dan Warisan Budayanya|last=|first=Prof. Drs. Nawiyanto, M.A. Ph.D. et al|publisher=Jember University Press dan Penerbit Tarutama Nusantara|year=2016|isbn=978-602-9030-26-6|location=Jember|pages=|url-status=http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/75333}}</ref>
 
Kota ini dianggap sebagai salah satu pusat dari Kedatuan Sriwijaya,<ref name="Munoz">{{cite book|last=Munoz|first=Paul Michel|title=Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula|publisher=Editions Didier Millet|date=2006|location=Singapore|url=https://archive.org/details/earlykingdomsofi0000muno|doi=|id= ISBN 981-4155-67-5}}</ref> Serangan [[Rajendra Chola I|Rajendra Chola]] dari [[Kerajaan Chola]] pada tahun 1025, menyebabkan kota ini hanya menjadi pelabuhan sederhana yang tidak berarti lagi bagi para pedagang asing.<ref name="Munoz" />
 
Selanjutnya berdasarkan kronik Tiongkok nama Pa-lin-fong yang terdapat pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178 oleh Chou-Ju-Kua dirujuk kepada Palembang.<ref>Hirth, F. (1911). ''Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi''. St Petersburg</ref><ref>Soekmono, R. (2002). ''Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 2''. Kanisius. ISBN 979-413-290-X.</ref> Berdasarkan kisah Kidung Pamacangah dan [[Babad Arya Tabanan]] disebutkan seorang tokoh dari Kediri yang bernama [[Arya Damar]] sebagai bupati Palembang turut serta menaklukan [[Bali]] bersama dengan [[Gajah Mada]] Mahapatih [[Majapahit]] pada tahun 1343.<ref>Darta, A.A. Gde, A.A. Gde Geriya, A.A. Gde Alit Geria, (1996), ''Babad Arya Tabanan dan Ratu Tabanan'', Denpasar: Upada Sastra</ref>
 
Pada awal abad ke-15, kota Palembang diduduki [[Perompakan|perompak]] [[Chen Zuyi]] yang berasal dari Tiongkok. Armada bajak laut Chen Zuyi kemudian ditumpas oleh Laksamana [[Cheng Ho]] pada tahun 1407.<ref>{{Cite book|title=Atlas Pelabuhan-Pelabuhan Bersejarah di Indonesia|last=Pradjoko|first=Didik|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|year=2013|isbn=|location=|pages=137}}</ref>
 
Kemudian sekitar tahun 1513, Tomé Pires seorang [[apoteker]] [[Imperium Portugal di Nusantara|Portugis]] menyebutkan Palembang,<ref>Cortesão, Armando, (1944), ''The Suma Oriental of Tomé Pires'', London: Hakluyt Society, 2 vols.</ref> telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk dari Jawa yang kemudian dirujuk kepada [[kesultanan Demak]] serta turut serta menyerang [[Kesultanan MalakaMelaka|Malaka]] yang waktu itu telah dikuasai oleh Portugis.
 
Palembang muncul sebagai kesultanan pada tahun 1659 dengan Sri Susuhunan Abdurrahman sebagai raja pertamanya.<ref>Bruun, M.C. (1822). ''Universal geography, or A description of all the parts of the world''. hlm. 441.</ref> Namun pada tahun 1823 kesultanan Palembang dihapus oleh pemerintah [[Hindia Belanda]].<ref>Ricklefs, M.C. (1993). ''A history of modern Indonesia since c. 1300''. California: Stanford University Press. ISBN 0-8047-2194-7.</ref> Setelah itu Palembang dibagi menjadi dua keresidenan besar dan permukiman di Palembang dibagi menjadi daerah Ilir dan Ulu.