Bagansiapiapi (kota): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pierrewee (bicara | kontrib)
setipa tanggal 16 bulan kelima seharusnya dalam bahasa hokkian adalaha Go Ge Cap Lak
Baris 153:
Dari sektor pariwisata, iven [[Ritual Bakar Tongkang]] telah menjadi ikon dan andalan pariwisata Kabupaten Rokan Hilir dan Provinsi Riau yang mampu menyedot puluhan ribuan wisatawan dalam dan luar negeri setiap tahun.<ref>[http://sumatra.bisnis.com/industri/pariwisata/1id448.html "Bakar Tongkang Bakal Sedot 30.000 Wisman"], ''BISNIS.COM'', (diakses pada 20 Desember 2011)</ref>
 
Ritual Bakar Tongkang bertujuan untuk mengenang para leluhur orang Tionghoa dalam menemukan Bagansiapiapi dan sebagai wujud syukur kepada Dewa Ki Hu Ong Ya. Ritual Bakar Tongkang diadakan setiap tanggal 16 bulan kelima penanggalan Lunar (Imlek) setiap tahunnya, yang dalam bahasa Hokkian disebut "Go Ge Cap Lak".
 
Ritual Bakar Tongkang ini bahkan masuk dalam iven pariwisata nasional peringkat ke-10 di Indonesia di mana jumlah kunjungan wisatawan mencapai 40 ribuan.<ref>[http://mediacenter.riau.go.id/read/22369/ritual-bakar-tongkang-masuk-destinasi-wisata-.html "Ritual Bakar Tongkang Masuk Destinasi Wisata Dunia"], ''Mediacenter.riau.go.id'', (diakses pada 23 Juni 2016)</ref>
Baris 204:
Para generasi muda mengais rejeki maupun meneruskan pendidikan ke kota-kota besar di tanah air. Kota-kota yang merupakan tujuan perantauan dalam jumlah yang signifikan adalah [[Jakarta]], [[Medan]], [[Pekanbaru]], [[Batam]], [[Surabaya]], [[Bandung]], dan kota-kota besar lainnya.
 
Mereka akan pulang ke kampung halaman mereka setahun sekali pada saat perayaan [[Tahun Baru Imlek]], sembahyang leluhur/ziarah makam [[Festival Qingming]] dan [[Ritual Bakar Tongkang]] atau Go Ge Cap Lak.
 
Di perantauan, mereka mendirikan berbagai perkumpulan seperti Himpunan Persaudaraan Tionghoa Rokan Hilir (HPT ROHIL) di Pekanbaru, Yayasan Rokan Jaya di Medan, dan Keluarga Besar Bagansiapiapi Tangerang.