Hokkien Medan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anak Deli (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 25582162 oleh Cun Cun (bicara)
Tag: Pembatalan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Baris 30:
Asal muasal penutur Hokkien medan secara linguistik dapat ditelusur balik ke [[:en:Penang_Hokkien|Hokkien Penang]]<ref>{{Citation|title=2. Penang and the Big Five in Regional Context|date=2015-12-31|url=http://dx.doi.org/10.1355/9789814515030-008|work=Penang Chinese Commerce in the 19th Century|pages=14–46|access-date=2023-10-13|publisher=ISEAS Publishing}}</ref> dan [[Kedah]].<ref>{{Cite journal|last=Wilson|first=H. E.|last2=Khoo|first2=Gilbert|last3=Lo|first3=Dorothy|date=1980|title=Asian Transformation. A History of South-East, South and East Asia.|url=http://dx.doi.org/10.2307/2757476|journal=Pacific Affairs|volume=53|issue=2|pages=306|doi=10.2307/2757476|issn=0030-851X}}</ref> Petanda awal datangnya Tionghoa ke Medan terbukti dalam penemuan arkeologi di [[Pulau Kampai]]<ref>{{Cite journal|last=Dussubieux|first=Laure|last2=Soedewo|first2=Ery|date=2018|title=The glass beads of Kampai Island, Sumatra|url=http://link.springer.com/10.1007/s12520-016-0438-5|journal=Archaeological and Anthropological Sciences|language=en|volume=10|issue=5|pages=1129–1139|doi=10.1007/s12520-016-0438-5|issn=1866-9557}}</ref> and [[Museum Situs Kota China|Kota China]]<ref>{{Cite journal|last=McKinnon|first=E. E.|date=1977|title=Research at Kota Cina, a Sung-Yüan period trading site in East Sumatra|url=https://www.persee.fr/doc/arch_0044-8613_1977_num_14_1_1355|journal=Archipel|volume=14|issue=1|pages=19–32|doi=10.3406/arch.1977.1355}}</ref>, menunjukkan kehadiran pedagang Tionghoa sedini abad ke-12 masehi. Ketika [[:en:John_Anderson_(diplomatic_writer)|John Anderson]] dikirim untuk misi diplomatis ke pesisir timur Sumatera pada tahun 1823, ia mencatat adanya orang Tionghoa dalam jumlah sangat kecil di tanah Deli,<ref>{{Cite book|last=Anderson|first=John|year=1826|title=Mission to the east coast of Sumatra, in 1823, under the direction of the Government of Prince of Wales Island|location=United Kingdom|publisher=Edinburgh : Blackwood ; London : Cadell.|pages=296}}</ref> dan sekitar 50 sampai 100 orang Tionghoa di Asahan.<ref>Anderson, John (1826). ''Mission to the east coast of Sumatra, in 1823, under the direction of the Government of Prince of Wales Island''. United Kingdom: Edinburgh : Blackwood ; London : Cadell. p.&nbsp;318</ref> Perdagangan antara pesisir timur Sumatera dengan [[Pulau Pinang|Penang]] dan [[Melaka]] sudah terjalin dan berkembang pada masa itu.
 
Bangkitnya [[Kabupaten Deli Serdang|Deli]] sebagai eksportir utama tembakau membawa influks [[Kuli]] Tionghoa dari [[Pulau Pinang|Penang]]. Pada tahun 19801880, Kuli Tionghoa di Sumatera Timur telah mencapai angka 53,806.<ref>Anthony Reid, An Indonesian Frontier: Acehnese & Other Histories of Sumatra (Singapore: Singapore University Press, 2005), p. 223.</ref> Pentingnya peran Penang bagi ekonomi Deli dan pengaruh kaum elit [[Orang Peranakan|Babanyonya]] Penang dan Lima [[Kongsi]] Besar tidak dapat dipungkiri. [https://overseaschineseinthebritishempire.blogspot.com/2011/12/cheah-choo-yew.html Cheah Choo Yew (1841-1931)] ialah salah satu pelopor dari [http://cheahkongsi.org/ Cheah Kongsi] yang berkelahiran [[Kabupaten Langkat|Langkat]], Sumatera Timur. [https://overseaschineseinthebritishempire.blogspot.com/2012/11/khoo-cheow-teong.html Khoo Cheow Teong] (1840-1916) ialah cicitnya [[Koh Lay Huan]] (Kapitan Cina Penang yang pertama) dan cucu dari Khoo Wat Seng (perintis [https://www.khookongsi.com.my/ Khoo Kongsi]). Ia menjabat sebagai Kapitan Cina di [[Kabupaten Asahan|Asahan]] selama 26 tahun. Saudagar ternama Penang [[Cheong Fatt Tze]] juga merupakan saudara sekampung dari Kapitan Cina Medan [[Tjong A Fie]] dan [[Tjong Yong Hian]], dan ketiganya memonopolisir berbagai komoditi utama di Sumatera Timur. Hubungan kebudayaan antara Penang dan Medan melampaui jarak. Kita dapat menemukan banyak kesamaan seperti tradisi pemujaan Datuk dan kuliner Peranakan yang sama.
 
Russel Jones, dalam artikelnya 'The Chiangchew Hokkiens, the true pioneers in Nanyang' mengambil upaya untuk memastikan kehadiran awal Hokkien [[Zhangzhou]], bukan hanya di [[Pulau Pinang|Penang]], tetapi juga di [[Melaka]], [[Batavia]] dan kepulauan sekitarnya.<ref>Jones, R. (2009). The Chiangchew Hokkiens, the True Pioneers in the Nanyang. ''Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society'', ''82''(2 (297)), 46. <nowiki>http://www.jstor.org/stable/41493748</nowiki></ref> Terlebih lagi, kemiripan kata serapan bahasa Melayu (''batu, mana, binatang, tapi''), Hokkienisasi istilah Melayu ''(Lokun, Sukak'') dan juga dialek [[Kedah]] (''gatai'') dalam Hokkien Penang yang telah menjadi integral dalam kosakata Hokkien Medan membuktikan silsilah linguistik.