Berkas:Arif Muzayin Shofwan.jpg: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
KasimanBayat (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Avamauza (bicara | kontrib)
konten berkas
Tag: Mengosongkan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
Baris 1:
'''Riwayat Hidup'''
 
Raden Tumenggung (R.T) Dr. Arif Muzayin Shofwan Dwijodipuro, M.Pd., lahir di Blitar pada tanggal 09 Juni 1978 merupakan seorang penulis, dosen, budayawan, sejarawan, dan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama. Dia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Blitar pada tahun 2016-2023; Bendahara Lembaga Ta’lif Wan Nasyr (LTNU) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Blitar, pada tahun 2017-2019; dan Wakil Ketua III Komisi Nasional Pendidikan Kabupaten Blitar, periode 2021-2026. Selain itu, dia pernah menjadi Anggota Tim Inti Pusat Studi Agama dan Multikultural (PUSAM) Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang pada tahun 2013-2016. Pada saat menjadi Anggota Tim Inti PUSAM, dia pernah menjadi moderator dalam acara nasional bertajuk “Word Interfaith Harmony Week: Dialog Islam-Buddhis tentang Welas Asih (Compassion)” di Sekolah Tinggi Agama Buddha Kertarajasa, Batu, Malang dengan nara sumber Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si guru besar Universitas Muhammadiyah Malang, Dr. Budhy Munawar-Rachman, M.A. aktifis The Asia Foundation Jakarta, Bhikkhu Jayamedho dan Bhikkhu Santacito Padepokan Dhammadipa Arama, Batu, Malang.
 
'''Pendidikan'''
 
Pendidikan formal pertama kali diperoleh dari Taman Kanak-Kanak Al-Hidayah Papungan 01 Blitar, pada 1983-1984. Kemudian melanjutkan di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Papungan 01 Blitar, pada tahun 1985-1990. Setelah tamat, kemudian dia meneruskan menimba ilmu di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kunir Wonodadi Blitar pada tahun 1991-1993 sambil mondok di Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal yang tak jauh dari madrasah tersebut. Selanjutnya, dia meneruskan menimba ilmu di Madrasah Aliyah Negeri Tlogo Kanigoro Blitar pada tahun 1994-1996. Setelah tamat, dia lalu menimba ilmu di beberapa pesantren berikut, antara lain: Pondok Pesantren Menara Al-Fattah Mangunsari Tulungagung pada tahun 1997; Pondok Pesantren Al-Falah Trenceng, Sumbergempol, Tulungagung pada tahun 1997-1998; Pondok Pesantren Darussalam Gaprang, Kanigoro, Blitar pada tahun 1998-1999. Setelah itu, pada tahun 2000 melanjutkan menempuh Program Sarjana Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Muslihun Tlogo Blitar dan lulus tahun 2004. Masih haus dalam mencari ilmu, dia kemudian menempuh Program Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Terbuka UPBJJ Malang dan lulus pada tahun 2009. Sedangkan Program Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) dia tempuh di Universitas Kanjuruhan Malang pada tahun 2007-2009. Pendidikan puncak Program Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI) dia tempuh di Universitas Muhammadiyah Malang pada tahun 2013-2016.
 
'''Karya-Karya'''
 
Karya dalam bentuk buku yang pernah dia tulis, antara lain: Membangun Kecerdasan Anak Usia Dini (Penerbit Farha Pustaka, 2021); Budaya Organisasi dan Akademik di Perguruan Tinggi (Penerbit Farha Pustaka, 2021); Teknik Mendongeng untuk Anak Usia Dini (Penerbit Farha Pustaka, 2020); Pendidikan Islam Multikultural (Penewrbit Farha Pustaka, 2020); Biografi Syaikh Muhammad Sholeh Kuningan (Penerbit Farha Pustaka, 2021); Character Building Optimalisasi Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini (Penerbit Farha Pustaka, 2021); Ada Aku di Antara Banda Neira dan Blitar (Penerbit Farha Pustaka, 2021); Kajian Penempuhan Spiritual Lintas Kultur (Penerbit Farha Pustaka, 2021); Pembelajaran Menggunakan Media Lagu (Penerbit CV. Kekata Group, 2021); Seputar Lagu Dolanan untuk Anak Usia Dini (Penerbit Lini J-Maestro, 2020); Wejangan Sunan Kalijaga Menggali Kebijakan Sang Wali dalam Mendidik Masyarakat Jawa (Penerbit Cakrawala Satria Mandiri, 2021); Seputar Kyai Ageng Donopuro Hingga Raden Ngabehi Ronggowarsito (Penerbit CV. Prabu Dua Satu, 2021); Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren (Penerbit Manggu Makmur Tunjung Lestari, 2021); Konstruksi Pendidikan Keagamaan Islam Multikultural di Pesantren (Penerbit Manggu Makmur Tunjung Lestari, 2021); Pengantar Studi Islam (Penerbit Manggu Makmur Tunjung Lestari, 2023); Moderasi Islam untuk Anak Usia Dini (Penerbit Lini J-Maestro, 2020); Memilih dan Membuat Lagu untuk Anak Usia Dini (Penerbit CV. Read Litera, 2020); Konstruksi Pendidikan Islam dalam Kultur Pesantren (Penerbit PT. Mafy Media Literasi Indonesia, 2024); Rancangan Integrasi Aswaja dan Ke-NU-an pada Kurikulum Perguruan Tinggi Islam (Penerbit PT. Insan Cendekia Mandiri Group, 2022); KH. Azizi Hasbullah Sang Pelayan Ilmu Sejati (Penerbit Cakrawala Satria Mandiri, 2023); Amaliyah Nahdliyah (Penerbit Cakrawala Satria Mandiri, 2023); Sejarah Peradaban Islam (Penerbit Wawasan Ilmu, 2022); Character Building Perguruan Tinggi (Penerbit Yayasan Pendidikan Cendekia Muslim, 2023); Pembelajaran Bahasa Arab untuk Anak Usia Dini (Penerbit Pustaka Diniyah, 2022); dan lainnya.
 
'''Riwayat Gelar'''
 
Pria tersebut pada tanggal 28 Juni 2022 atau bertepatan tanggal 28 Dulkangidah – Alip 1955 telah mendapatkan gelar kehormatan dari Sampeyandalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan (S.I.S.K.S) Paku Buwana XIII (Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Solo Jawa Tengah) dengan sebutan “Mas Ngabehi Dwijodiprojo”. Secara lengkap tertulis dalam Nawala Kekancingan nomor PB.XIII.B4.032.2022 adalah Mas Ngabehi Dr. Arif Muzayin Shofwan Dwijodiprojo, M.Pd. (yang disingkat M.Ng. Dr. Arif Muzayin Shofwan Dwijo Diprojo, M.Pd.). Secara bahasa, “Dwijo” artinya guru, dosen, pengajar, pendidik, ustadz, dan semacamnya. Sedangkan “Diprojo” artinya yang baik, yang berharga, yang memiliki inspirasi kreatif, berjiwa pemimpin, berani mengambil resiko, dinamis, penuh kesibukan, mandiri, dan memiliki motivasi diri. Secara lengkap, istilah “Dwijo Diprojo” bisa dimaknai sebagai guru atau dosen yang memiliki perhatian dan komitmen tinggi terhadap pembangunan pendidikan dan profesionalitas yang dimiliki. Dia berharap, mudah-mudahan nama gelar yang didapatkan tersebut benar-benar membawa berkah tak terhingga di kehidupan kini dan mendatang.
 
Selanjutnya, pada tanggal 05 Februari 2024 atau bertepatan dengan tanggal 24 Rejeb – Jimawal 1957 dia mendapatkan kenaikan pangkat yang asalnya Panewu menjadi Bupati Anom dari Sampeyandalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan (S.I.S.K.S) Paku Buwana XIII (Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Solo Jawa Tengah) dengan sebutan Raden Tumenggung Dr. Arif Muzayin Shofwan Dwijodipuro, M.Pd (yang disingkat R.T. Dr. Arif Muzayin Shofwan Dwijodipuro, M.Pd.) dengan Nawala Kekancingan nomor PB XIII.B3.009.2024. Sehingga ada perbedaan pada nama gelar belakangnya, yakni jika yang saat menjadi Panewu bernama “Dwijodiprojo”, maka pada saat menjadi Bupati Anom bernama “Dwijodipuro”. Istilah “Dwijo”, artinya guru atau dosen, sedangkan “Dipuro”, artinya bersih dari sifat iri dengki dan hasut. Dengan demikian, istilah “Dwijodipuro” dapat diartikan sebagai guru atau dosen yang bersih dari iri dengki dan hasut. Mudah-mudahan Tuhan melimpahkan berkah kepadanya atas gelar yang disandang.