Dono: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 72:
Saat produksi film Warkop diambil alih oleh [[Tripar MVP|Parkit Film]] dan kemudian oleh [[Soraya Intercine Films]], barulah Dono memerankan karakter "Dono" yang digambarkan selalu mengalami nasib sial dalam kehidupan sehari-hari, tetapi selalu beruntung dalam hal menarik pesona wanita cantik.<ref>{{cite web |url=https://kincir.com/movie/cinema/adegan-film-warkop-dki-lucu-legendaris-ojjoj0leg4ez/ |title=5 Adegan Film Warkop DKI yang Ikonis dan Legendaris |author=Wildan, Muhamad |date=5 Juni 2020 |website=Kincir |access-date=31 Mei 2024 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230206161353/https://kincir.com/movie/cinema/adegan-film-warkop-dki-lucu-legendaris-oJJOj0leg4Ez |archive-date=6 Februari 2023 |dead-url=no }}</ref> Dono sempat berujar dalam sebuah wawancara pada tahun 1995 bahwa "jika dalam film ia selalu mengalami sial yang berlebihan, mungkin tidak akan ada yang menonton filmnya, karena itulah ia selalu dipasangkan dengan aktris-aktris cantik".<ref name="WahyuSardono"/> Pada awal-awal karier filmnya, Dono mendapat julukan "Si Bemo" karena penampilan wajahnya yang sekilas mirip dengan [[bemo]].<ref>{{cite web |url=https://www.liputan6.com/otomotif/read/2603944/selain-bemo-mobil-apa-lagi-yang-identik-dengan-warkop-dki |title=Selain Bemo, Mobil Apa Lagi yang Identik dengan Warkop DKI? |author=Alpinino, Rio |date=17 September 2016 |website=[[Liputan 6]] |access-date=31 Mei 2024 |archive-url=https://web.archive.org/web/20240531131733/https://www.liputan6.com/otomotif/read/2603944/selain-bemo-mobil-apa-lagi-yang-identik-dengan-warkop-dki |archive-date=31 Mei 2024 |dead-url=no }}</ref> [[Nawi Ismail]], sutradara film ''Mana Tahaaan...'', adalah orang yang memberi julukan "bemo" kepada Dono. Awalnya, Dono merasa tersinggung dengan julukan tersebut, tetapi seiring waktu, ia mulai menerima julukan tersebut, menganggapnya sebagai bagian dari risiko profesi sebagai seorang pelawak.{{sfn|Badil|2010|p=239}}
Terkait karakter Slamet atau "Dono", Indro menuturkan bahwa Dono sendirilah yang menciptakan sekaligus merancang karakter-karakter tersebut. Menurutnya, Dono dengan sengaja membentuk karakter-karakter itu, terinspirasi oleh latar belakangnya sebagai seorang intelektual.<ref name="intelek">{{cite web |url=https://www.kompas.com/hype/read/2021/11/29/090019666/bongkar-karakter-lugu-dono-di-film-warkop-dki-indro-warkop-dia-sendiri-yang |title=Bongkar Karakter Lugu Dono di Film Warkop DKI, Indro Warkop: Dia Sendiri yang Menciptakan |author=Puspita Sari, Rintan |date=29 November 2021 |website=[[Kompas (surat kabar)|Kompas]] |access-date=3 Juni 2024 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220628111459/https://www.kompas.com/hype/read/2021/11/29/090019666/bongkar-karakter-lugu-dono-di-film-warkop-dki-indro-warkop-dia-sendiri-yang |archive-date=28 Juni 2022 |dead-url=no }}</ref> Indro juga menegaskan bahwa Dono adalah sosok perfeksionis dalam memerankan perannya. Sebelum tampil
Menurut tokoh perfilman nasional, [[Garin Nugroho]], karakter Dono memberikan warna tersendiri dalam setiap film Warkop. Ia berasumsi bahwa meskipun alur cerita film-film Warkop cenderung stagnan dan tidak berubah dari waktu ke waktu, penonton tetap menikmati film-film tersebut karena kehadiran Dono yang sering kali digambarkan sebagai "korban" dari kejahilan Kasino dan Indro.{{sfn|Badil|2010|p=114}} Penulis novel, Wiwid Prasetiyo, dalam bukunya yang berjudul ''The Masterbook of Self Confidence'', menyatakan bahwa karakter Dono yang khas adalah sosok yang tak terpisahkan dari film-film Warkop. Hal ini menciptakan anggapan bahwa Warkop seolah lebih kehilangan Dono ketimbang Kasino setelah keduanya meninggal dunia.{{sfn|Prasetiyo|2022|p=190}} Penulis Darminto M. Sudarmo dalam bukunya yang berjudul ''Anatomi Lelucon di Indonesia'', menyatakan sisi kejenakaan Dono lebih terlihat saat ia tampil melawak di depan umum melalui humor-humor politik yang indah, yang tentunya berbeda daripada yang Dono bawakan dalam film-filmnya.{{sfn|Sudarmo|2004|p=16}} Pada tahun 2005, majalah ''[[Tempo (majalah)|Tempo]]'' sempat membandingkan gaya pembawaan lawak antara Dono, [[Benyamin Sueb]], dan [[Charlie Chaplin]], dengan Benyamin yang dinilai lebih unggul dalam penggunaan bahasa lisan saat melawak.<ref>{{cite web |url=https://www.google.co.id/books/edition/Tempo/WdkTAQAAMAAJ |title=Majalah Tempo, edisi 19-22, no. 34 |date=2005 |publisher=Badan Usaha Jaya Press Jajasan Jaya Raya |access-date=3 Juni 2024 |archive-url=https://web.archive.org/web/20240610134416/https://www.google.co.id/books/edition/Tempo/WdkTAQAAMAAJ |archive-date=10 Juni 2024 |dead-url=no }}</ref>
|