Kekaisaran Romawi Suci: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: halaman dengan galat kutipan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan
Baris 105:
| Tempat sidang [[Reichskammergericht|Mahkamah Negara]]
}}
| common_languages = [[Bahasa Jerman]], [[bahasa Latin Abad Pertengahan]] (sebagai bahasa administratif/liturgis/<wbr/>seremonial)<br/>''Aneka bahasa''{{Efn|[[Bahasa Jerman]], [[bahasa Jerman Hilir]], [[bahasa Italia]], [[bahasa Ceko]], [[bahasa Polandia]], [[bahasa Belanda]], [[bahasa Prancis]], [[rumpun bahasa Frisia|bahasa Frisia]], [[bahasa Romansh|bahasa Rumanstch]], [[bahasa Slovenia]], [[bahasa Sorbia]], [[bahasa Yiddi|Bahasa Yidi]], dll. Menurut [[Piagam Emas 1356|Bula Kencana tahun 1356]], anak-anak para [[pangeran-pemilih|pangreh praja pemilih]] dianjurkan untuk menguasai [[bahasa Jerman]], [[bahasa Latin]], [[bahasa Italia]], dan [[bahasa Ceko]].{{Sfn|Žůrek|2014}}}}
| ethnic_groups =
| religion = [[agama negara|Lebih dari satu agama resmi]]:<br/>
Baris 135:
Pada tanggal 25 Desember 800, [[Paus Leo III]] menobatkan [[Karel Agung]] menjadi kaisar, dan dengan demikian menghidupkan kembali gelar itu di [[Eropa Barat]] selang tiga abad lebih sesudah [[Kekaisaran Romawi Barat]] [[Keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat|tumbang]] pada tahun 476.<ref>{{Cite web |date=9 November 2009 |title=Charlemagne |url=https://www.history.com/topics/middle-ages/charlemagne |archive-url=https://web.archive.org/web/20220906070237/https://www.history.com/topics/middle-ages/charlemagne |archive-date=6 September 2022 |access-date=19 September 2022 |website=History}}</ref> Meskipun sudah ditanggalkan pada tahun 924, gelar itu kembali disandang [[Otto I, Kaisar Romawi Suci|Otto Agung]] saat dinobatkan menjadi kaisar oleh [[Paus Yohanes XII]] pada tahun 962, dengan maksud untuk mencitrakan dirinya sebagai penerus Karel Agung dan [[Kekaisaran Karoling|raja-raja kulawangsa Karling]].{{Sfn|Cantor|1993|pp=212–215}} Penobatan Otto Agung menjadi tonggak sejarah yang mengawali kurun waktu tegaknya kedaulatan Kekaisaran Romawi Suci secara berkesinambungan selama delapan abad lebih.<ref name=Gascoigne/>{{Sfn|Davies|1996|pp=316–317}}{{Efn|name=Charlemagne1}} Dari tahun 962 hingga abad ke-12, Kekaisaran Romawi Suci tampil sebagai negara monarki terkuat di bumi Eropa.<ref>{{Cite book |last=Peters |first=Edward |url=https://books.google.com/books?id=FtoWAQAAIAAJ |title=Europe: the World of the Middle Ages |date=1977 |publisher=Prentice-Hall |isbn=978-0-1329-1898-5 |page=418 |access-date=6 Februari 2022 |language=en}}</ref> Kelancaran penyelenggaraan negara bergantung kepada kerjasama yang rukun di antara kaisar dan para pangreh praja.<ref>{{Cite book |last1=Weiler |first1=Björn K. U. |url=https://books.google.com/books?id=fv1nAAAAMAAJ |title=Representations of Power in Medieval Germany 800–1500 |last2=MacLean |first2=Simon |date=2006 |publisher=Isd |isbn=978-2-5035-1815-2 |page=126 |access-date=9 Maret 2022 |language=en}}</ref> Kerukunan tersebut sempat terusik pada zaman [[Dinasti Sali|kulawangsa Sali]].<ref>{{Cite book |last1=Loud |first1=Graham A. |title=The Origins of the German Principalities, 1100–1350: Essays by German Historians |last2=Schenk |first2=Jochen |date=6 July 2017 |publisher=Taylor & Francis |isbn=978-1-3170-2200-8 |page=[https://books.google.com/books?id=nkwrDwAAQBAJ&pg=PA49 49] |language=en}}</ref> Ketangguhan negara dan keluasan wilayah Kekaisaran Romawi Suci mencapai puncaknya di bawah pemerintahan kula[[wangsa Hohenstaufen]] pada pertengahan abad ke-13, tetapi bentang wilayah yang kelewat luas justru kemudian hari mengeroposkan kedaulatannya.<ref>{{Cite book |last=Streissguth |first=Tom |title=The Middle Ages |date=24 June 2009 |publisher=Greenhaven Publishing |isbn=978-0-7377-4636-5 |page=[https://books.google.com/books?id=ywBgEAAAQBAJ&pg=PA154 154] |language=en}}</ref>{{Sfn|Wilson|1999|p=18}}
 
Para sarjana pada umumnya menjabarkan evolusi lembaga-lembaga dan asas-asas yang membentuk negara ini, serta perkembangan berangsur dari peran kaisar.{{Sfn|Whaley|2012a|pp=17–21}}{{Sfn|Bryce|1890|pp=2–3}} Jabatan kaisar sudah lama terbentuk sebelum negara ini dinamakan "Kekaisaran Romawi Suci" pada abad ke-13,{{Sfn|Garipzanov|2008}} walaupun keabsahan kaisar sejak semula ditumpukan pada konsep ''[[translatio imperii]]'', yaitu kaisar mengampu kedaulatan tertinggi yang merupakan warisan peninggalan kaisar-kaisar [[Kekaisaran Romawi|Roma]] tempo dulu.{{Sfn|Whaley|2012a|pp=17–21}} Terlepas dari semua itu, di Kekaisaran Romawi Suci, sudah menjadi adat bahwa seseorang menjadi kaisar karena dipilih oleh para [[pangeran-pemilih|pangreh praja pemilih]] yang berkebangsaan Jerman. Secara teori dan diplomasi, Kaisar Romawi Suci dipandang sebagai [[primus inter pares|tokoh yang dituakan]] di antara seluruh kepala negara monarki Katolik Eropa.{{Sfn|Breverton|2014|p=104}}
 
Ikhtiar [[Reformatio imperii|Pembaharuan Negara]] pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16 mengubah wajah Kekaisaran Romawi Suci. Ikhtiar tersebut melahirkan berbagai lembaga pemerintahan yang terus bertahan sampai negara ini bubar pada abad ke-19.{{Sfn|Wilson|2016b|p=79}}{{Sfn|Brady|2009|pp=104–106}} Menurut sejarawan Thomas Brady Jr., Kekaisaran Romawi Suci selepas Pembaharuan Negara merupakan badan politik dengan keberlanjutan dan kemapanan yang luar biasa, serta "dalam beberapa segi mencerminkan pemerintahan-pemerintahan monarki di kawasan barat Eropa, dan dalam beberapa segi yang lain mencerminkan pemerintahan-pemerintahan elektif dengan persatuan yang renggang di kawasan tengah Eropa." Di negara bangsa Jerman yang sudah diperbaharui itu, alih-alih patuh begitu saja kepada kaisar, orang justru berunding dengan kaisar.{{Sfn|Brady|2009|pp=128, 129}}{{Sfn|Johnson|1996|p=23}} Pada tanggal 6 Agustus 1806, Kaisar [[Franz II|Frans II]] meletakkan jabatan dan secara resmi membubarkan Kekaisaran Romawi Suci, menyusul pembentukan [[Konfederasi Rhein]] oleh [[Napoleon]] sebulan sebelumnya, yakni perserikatan negara-negara Jerman yang berkhidmat kepada Prancis, alih-alih bertuan kepada Kaisar Romawi Suci.
Baris 199:
Usaha-usaha diplomatik Otto III (dan guru pembimbingnya, Paus Silvester) dilancarkan bertepatan dengan, dan mempermulus jalan bagi, usaha kristenisasi dan penyebarluasan budaya Latin di berbagai pelosok Eropa.<ref>{{Cite book |last1=Bideleux |first1=Robert |url=https://books.google.com/books?id=59CEAgAAQBAJ&pg=PA119 |title=A History of Eastern Europe: Crisis and Change |last2=Jeffries |first2=Ian |date=10 April 2006 |publisher=Routledge |isbn=978-1-1347-1985-3 |page=119 |language=en |access-date=30 Mei 2022}}</ref><ref>{{Cite book |last=Lewis |first=Archibald Ross |url=https://books.google.com/books?id=Z4u9iIr-q1gC&pg=PA83 |title=Nomads and Crusaders, A.D. 1000-1368 |date=1988 |publisher=Georgetown University Press |isbn=978-0-2533-4787-9 |page=83 |language=en |access-date=30 Mei 2022}}</ref> Otto III dan Paus Silvester berhasil menggiring masuk serumpun bangsa baru ([[suku bangsa Slavia|bangsa Slav]]) ke dalam lingkup pranata Eropa, dan menjadikan Kekaisaran Romawi Suci, sebagaimana dikemukakan oleh beberapa sarjana, sebagai "ketua himpunan kekeluargaan bangsa-bangsa menyerupai Kekaisaran Romawi Timur, yang berpusat pada paus dan kaisar di Roma". Langkah ini terbukti merupakan capaian yang berumur panjang.<ref>{{Cite book |last=Fried |first=Johannes |url=https://books.google.com/books?id=jG0GBgAAQBAJ&pg=PT138 |title=The Middle Ages |date=13 January 2015 |publisher=Harvard University Press |isbn=978-0-6747-4467-7 |page=138 |language=en |access-date=30 Mei 2022}}</ref><ref>{{Cite book |last1=Rowland |first1=Christopher |url=https://books.google.com/books?id=CrcoAAAAYAAJ |title=Apocalyptic in History and Tradition |last2=Barton |first2=John |date=2002 |publisher=Bloomsbury Academic |isbn=978-0-8264-6208-4 |page=173 |language=en |access-date=30 Mei 2022}}</ref><ref>{{Cite book |last1=Arnason |first1=Johann P. |url=https://books.google.com/books?id=9xJYEAAAQBAJ&pg=PA100 |title=Eurasian Transformations, Tenth to Thirteenth Centuries: Crystallizations, Divergences, Renaissances |last2=Wittrock |first2=Björn |date=1 January 2005 |publisher=BRILL |isbn=978-9-0474-1467-4 |page=100 |language=en |access-date=30 Mei 2022}}</ref><ref>{{Cite book |url=https://books.google.com/books?id=JiABAAAAMAAJ |title=German Polish Dialogue: Letters of the Polish and German Bishops and International Statements |date=1966 |publisher=Ed. Atlantic-Forum |page=9 |language=en |access-date=30 Mei 2022}}</ref> Kemangkatan Otto III saat masih muda membuat masa pemerintahannya menjadi "kisah tentang sekian banyak daya berkarya yang tidak sempat mewujud nyata".<ref>{{Cite book |last=Emmerson |first=Richard K. |url=https://books.google.com/books?id=LSCPAQAAQBAJ&pg=PA496 |title=Key Figures in Medieval Europe: An Encyclopedia |date=18 October 2013 |publisher=Routledge |isbn=978-1-1367-7518-5 |page=497 |language=en |access-date=30 Mei 2022}}</ref><ref>{{Cite book |last=Muldoon |first=J. |url=https://books.google.com/books?id=oXqJDAAAQBAJ&pg=PA35 |title=Empire and Order: The Concept of Empire, 800–1800 |date=19 August 1999 |publisher=Springer |isbn=978-0-2305-1223-8 |page=35 |language=en |access-date=30 Mei 2022}}</ref>
 
[[Heinrich II, Kaisar Romawi Suci|Heinrich II]] mangkat pada tahun 1024, dan digantikan oleh [[Konrad II, Kaisar Romawi Suci|Konrad II]], penguasa pertama dari [[dinasti Sali|kulawangsa Sali]]. Konrad II terpilih menjadi raja sesudah melewati perdebatan para adipati dan kaum ningrat. Kalangan adipati dan kaum ningrat inilah yang kemudian hari menjadi majelis [[pangeran-pemilih|pangreh praja pemilih]].
 
Kekaisaran Romawi Suci pada akhirnya menjadi sebuah negara besar yang terdiri atas empat kerajaan, yaitu:
Baris 237:
Pada zaman kulawangsa Hohenstaufen, para pangreh praja Jerman memprakarsai usaha pembukaan permukiman-permukiman baru dengan jalan damai [[Ostsiedlung|ke sebelah timur]] wilayah Jerman, yakni di daerah-daerah tak berpenghuni atau yang hanya dihuni segelintir [[Slavia Barat|masyarakat Slav Barat]]. Kaum tani, pedagang, dan pengrajin penutur bahasa Jerman, baik yang beragama Kristen maupun yang beragama Yahudi, berpindah dari kawasan barat Kekaisaran Romawi Suci ke daerah-daerah tersebut. [[Jermanisasi]] berangsur atas daerah-daerah itu merupakan suatu fenomena rumit yang tidak boleh ditafsirkan dengan menggunakan sudut pandang [[nasionalisme]] abad ke-19 yang cenderung menganakemaskan satu pihak dan menganaktirikan pihak lain. Pembukaan permukiman-permukiman baru ke arah timur ini memperlebar mandala pengaruh Kekaisaran Romawi Suci sampai ke [[Pomerania]] dan [[Silesia]], demikian pula ikatan perkawinan yang dijalin para penguasa setempat, yang rata-rata berkebangsaan Slav, dengan pasangan-pasangan mereka yang berkebangsaan Jerman. Pada tahun 1226, [[Konrad dari Masovia|Adipadi Konrad, pangreh praja Masovia]], mengundang [[Ordo Teutonik|Tarekat Kesatria Teuton]] ke [[Prusia (daerah)|Prusia]] untuk mengkristenkan [[Prusia Baltik|penduduk daerah itu]]. [[Negara Ordo Teutonik|Praja Tarekat Teuton]] ({{Lang-de|Deutschordensstaat}}), yang kemudian hari berubah menjadi praja [[Kadipaten Prusia]], tidak pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi Suci.
 
Pada masa pemerintahan anak sekaligus pengganti Friedrich Si Janggut Merah, yakni [[Heinrich VI, Kaisar Romawi Suci|Kaisar Heinrich VI]], kulawangsa Hohenstaufen mencapai puncak kegemilangannya, dengan masuknya Kerajaan Sisilia ke dalam daftar tanah pusaka kulawangsa itu melalui perkawinan Heinrich VI dengan [[Custanza dari Sisilia (1154-1198)|Konstanze, Ratu Sisilia]]. Bohemia dan Polandia menjadi negara-negara pengabdi Kekaisaran Romawi Suci, bahkan Siprus dan Armenia Kecil turut mengaturkan sembah bakti ke hadapan kaisar. Khalifah berkebangsaan Maroko yang berkuasa di Jazirah Iberia ketika itu pun tidak berdaya membantah kewenangan Heinrich untuk menuntut pembayaran upeti dari Tunis dan Tripolitania, malah mempersembahkan upeti kepadanya. Lantaran takut melihat besarnya kekuasaan Heinrich, pemimpin terkuat di Eropa sejak kemangkatan Karel Agung, raja-raja lain di Eropa pun sepakat menjalin persekutuan. Heinrich membuyarkan upaya mereka dengan cara mengirimkan surat ancaman kepada Raja Inggris, [[Richard I dari Inggris|Richard Si Hati Singa]]. Kaisar Romawi Timur khawatir negaranya akan menjadi bulan-bulanan dalam Perang Salib yang sedang direncanakan Heinrich, sehingga mulai menjalankan pemungutan ''alamanikon'' (pajak Jerman) sebagai langkah penanggulangan bahaya invasi. Heinrich juga berencana mengubah bentuk pemerintahan Kekaisaran Romawi Suci dari monarki elektif menjadi monarki turun-temurun, tetapi ditentang keras oleh Sri Paus dan beberapa pangreh praja. Kemangkatan Heinrich yang tidak disangka-sangka pada tahun 1197 mengguncang keutuhan Kekaisaran Romawi Suci.<ref>{{Cite book |last=Boettcher |first=Carl-Heinz |url=https://books.google.com/books?id=rokvhUl9OHEC&pg=PA342 |title=Europas Weg in die Neuzeit: vom Weltstaat zur Staatenwelt |date=2005 |publisher=Röhrig Universitätsverlag |isbn=978-3-8611-0390-5 |page=342 |language=de |access-date=15 Oktober 2022}}</ref><ref>{{Cite encyclopedia |title=Die deutschen Herrscher des Mittelalters: historische Portraits von Heinrich I. bis Maximilian I. (919-1519) |publisher=C.H.Beck |url=https://books.google.com/books?id=DbytLiPcn4oC&pg=PA269 |access-date=15 Oktober 2022 |date=2003 |editor-last=Schneidmüller |editor-first=Bernd |pages=258–271 |language=de |isbn=978-3-4065-0958-2 |last1=Ehlers |first1=Joachim |editor-last2=Weinfurter |editor-first2=Stefan |chapter=Heinrich VI.}}</ref><ref>{{Cite book |last=Koenigsberger |first=H. G. |url=https://books.google.com/books?id=QCasAgAAQBAJ&pg=PT105 |title=Medieval Europe 400 - 1500 |date=14 January 2014 |publisher=Routledge |isbn=978-1-3178-7088-3 |page=105 |language=en |access-date=15 Oktober 2022}}</ref> Sekalipun sudah terpilih menjadi raja, [[Friedrich II, Kaisar Romawi Suci|Friederich II]], anak Heinrich, masih kanak-kanak dan bermastautin di Sisilia, sehingga para pangreh praja Jerman memutuskan untuk memilih seorang raja yang sudah dewasa. Sidang pangreh prajamajelis pangeran-pemilih terbelah, sebagian memilih [[Philipp dari Schwaben|Filips]], putra bungsu Friedrich Si Janggut Merah, dan sebagian lagi memilih [[Otto IV, Kaisar Romawi Suci|Otto]], putra ketiga Adipati Heinrich Si Singa. Sesudah Filips mangkat terbunuh dalam suatu pertengkaran terkait urusan pribadi pada tahun 1208, Otto pun tampil sebagai pemimpin yang disegani, sampai ia mulai berusaha mendaulat Sisilia.{{Clarify|date=May 2021}}
 
[[File:Peter Janssen, Kaiser Friedrich II.jpg|thumb|[[Friedrich II, Kaisar Romawi Suci|Friedrich II]], [[Kaisar Romawi Suci]]]]
Baris 253:
Sesudah Kaisar Friedrich II mangkat pada tahun 1250, wilayah Kerajaan Jerman pecah menjadi wilayah kekuasaan anaknya, [[Konrad IV dari Jerman|Raja Konrad IV]] (mangkat tahun 1254), dan wilayah kekuasaan [[Antiraja#Jerman|si raja tandingan]], [[Willem II dari Holland|Willem, Adipati Holland]] (mangkat tahun 1256). Sepeninggal Konrad IV, negeri Jerman memasuki masa [[interregnum]], karena tidak ada calon raja yang mampu mendapatkan persetujuan dari semua pihak. Lantaran tidak ada raja, para pangreh praja pun lebih banyak mencurahkan pikiran dan tenaga untuk memperkuat prajanya masing-masing, bahkan mampu tampil sebagai sosok-sosok pemimpin yang mandiri. Selepas tahun 1257, ada dua orang bangsawan yang digadang-gadangkan menjadi Raja Jerman, yakni [[Richard dari Cornwall|Richard]], bangsawan Cornwall yang didukung [[Guelf dan Ghibellin|golongan Guelfi]], dan [[Alfonso X dari Kastilia|Alfonso]], Raja Kastila yang mendapatkan pengakuan dari golongan pendukung kulawangsa Hohenstaufen tetapi tidak pernah menjejakkan kakinya di bumi Jerman. Sesudah Richard mangkat pada tahun 1273, [[Rudolf I dari Jerman|Rudolf]], seorang bupati pendukung kulawangsa Hohenstaufen, terpilih menjadi raja. Rudolf adalah bangsawan pertama dari keluarga [[wangsa Habsburg|Habsburg]] yang bergelar raja, tetapi ia tidak pernah dinobatkan menjadi kaisar. Sesudah Rudolf mangkat pada tahun 1291, [[Adolf, Raja bangsa Romawi|Adolf]] dan [[Albert I dari Jerman|Albert]] berturut-turut menduduki singgasana Kerajaan Jerman dengan gelar "Raja bangsa Romawi". Sama seperti Rudolf, Adolf dan Albert adalah raja-raja lemah yang tidak pernah dinobatkan menjadi kaisar.
 
Begitu Albert mangkat terbunuh pada tahun 1308, [[Philippe IV dari Prancis|Raja Prancis, Filips IV]], mulai gencar menggalang dukungan bagi adiknya, [[Charles dari Valois|Karel, Bupati Valois]], supaya terpilih menjadi Raja Bangsa Romawi berikutnya. Raja Filips II menyangka akan didukung penuh oleh [[Paus Klemens V]] yang berkebangsaan Prancis (memindahkan markas kepausan ke Avignon pada tahun 1309), dan merasa berpeluang besar dapat memasukkan Kekaisaran Romawi Suci ke dalam cakupan mandala kekuasaan raja-raja Prancis. Tidak tanggung-tanggung ia hamburkan duit negaranya demi menyogok para pangreh praja pangeran-pemilih di Jerman. Sekalipun Bupati Valois didukung oleh [[Heinrich II dari Virneburg|Heinrich, Uskup Agung Koln]] yang pro-Prancis, banyak pihak enggan melihat Prancis berjaya melebarkan sayap kekuasaannya, lebih-lebih Paus Klemens V. Agaknya saingan utama Karel, Bupati Valois, adalah [[Rudolf II, Pfalzgraf Rhein|Rudolf II, Bupati Istana di Rhein]].
 
Meskipun demikian, para pangreh praja pangeran-pemilih, yang sudah beberapa dasawarsa lamanya tidak memiliki seorang kaisar yang dipertuan, tidak menyukai Karel maupun Rudolf. Justru [[Heinrich VII, Kaisar Romawi Suci|Heinrich, Bupati Luksemburg]], dengan bantuan adiknya, [[Baudouin dari Luksemburg|Balduin, Uskup Agung Trier]], yang dipilih menjadi kaisar oleh para pangreh praja (enam suara mendukung) di Frankfurt pada tanggal 27 November 1308. Meskipun bertuan kepada Raja Prancis, Heinrich tidak memiliki banyak ikatan kebangsaan dengan Prancis, sehingga menjadikannya calon yang tidak banyak ditentang. Ia dinobatkan menjadi raja di Aachen pada tanggal 6 Januari 1309, dan dinobatkan menjadi Kaisar Heinrich VII oleh Paus Klemens V di Roma pada tanggal 29 Juni 1312. Penobatannya menjadi Kaisar mengakhiri masa interregnum di Kekaisaran Romawi Suci.
 
==== Perubahan di dalam kehidupan bernegara ====
Baris 276:
[[File:Holy Roman Empire at the Golden Bull of 1356.png|thumb|upright=1.35|Wilayah Kekaisaran Romawi Suci pada waktu penandatanganan Bula Kencana tahun 1356]]
 
Kesulitan-kesulitan dalam memilih raja pada akhirnya mendorong dibentuknya suatu dewan tetap [[pangeran-pemilih|pangreh praja pemilih]] (''Kurfürsten''). Keanggotaan maupun tata acara persidangannya ditetapkan di dalam [[Piagam Emas 1356|Bula Kencana tahun 1356]] yang dikeluarkan oleh [[Karl IV, Kaisar Romawi Suci|Kaisar Karel IV]] (memerintah tahun 1355–1378, menjadi Raja Bangsa Romawi sejak tahun 1346) dan berlaku sampai tahun 1806. Perkembangan ini mungkin sekali merupakan tanda yang paling nyata dari munculnya dualitas kaisar dan negara (''Kaiser und Reich''), karena kaisar tidak lagi dianggap identik dengan negara. Bula Kencana tahun 1356 juga menetapkan tata cara pemilihan Kaisar Romawi Suci. Kaisar tidak lagi terpilih karena memenangkan suara mayoritas, tetapi terpilih karena mendapatkan persetujuan dari ketujuh-tujuh pangreh praja pangeran-pemilih. Gelar pangreh praja pangeran-pemilih pun menjadi gelar turun-temurun, bahkan pangreh praja pangeran-pemilih dianugerahi hak untuk mencetak uang dan menjalankan kewenangan hukum. Putra-putra mereka dianjurkan untuk belajar menguasai bahasa-bahasa negara, yaitu [[bahasa Jerman]], [[bahasa Latin]], [[bahasa Italia]], dan [[bahasa Ceko]].{{Efn|name=GoldenBull}}{{Sfn|Žůrek|2014}} Kebijakan Kaisar Karel IV ini menjadi pokok perdebatan. Di satu pihak kebijakan ini membantu memulihkan kedamaian di seantero wilayah Kekaisaran Romawi Suci yang terus-menerus dilanda perang saudara sejak berakhirnya zaman kulawangsa Hohenstaufen, tetapi di lain pihak kebijakan ini "tidak pelak lagi menghantam kewenangan pemerintah pusat".<ref>{{Cite book |last=Schwartzwald |first=Jack L. |url=https://books.google.com/books?id=bqgHCwAAQBAJ&pg=PA116 |title=The Collapse and Recovery of Europe, AD 476–1648 |date=20 November 2015 |publisher=McFarland |isbn=978-1-4766-6230-5 |page=116 |language=en |access-date=5 Februari 2022}}</ref> Menurut Thomas Brady Jr., Kaisar Karel IV sesungguhnya berniat mengakhiri pertentangan dalam pemilihan raja (jika dilihat dari sudut pandang kulawangsa Luksemburg, mereka turut diuntungkan karena Raja Bohemia mendapatkan kedudukan yang mulia dan bersifat tetap selaku salah seorang pangreh praja pangeran-pemilih).{{Sfn|Brady|2009|p=73}}<ref>{{Cite book |last=Mahoney |first=William |url=https://books.google.com/books?id=5qgHE29pikMC&pg=PA51 |title=The History of the Czech Republic and Slovakia |date=18 February 2011 |publisher=ABC-CLIO |isbn=978-0-3133-6306-1 |page=51 |language=en |access-date=6 Februari 2022}}</ref> Pada waktu yang sama, Kaisar Karel IV membangun Bohemia sebagai tanah pusaka utama kulawangsa Luksemburg di dalam wilayah Kekaisaran Romawi Suci dan sebagai basis kekuatan kulawangsa Luksemburg. Di Bohemia, masa pemerintahannya kerap diagung-agungkan sebagai zaman kegemilangan Bohemia. Meskipun demikian, menurut Thomas Brady Jr., di balik segala kegemerlapan itu, muncul satu permasalahan, yaitu pemerintah telah menyingkap ketidakberdayaannya dalam membendung arus pendatang Jerman ke Bohemia, yang pada akhirnya menimbulkan ketegangan dan aniaya. Proyek negara yang diprakarsai kulawangsa Luksemburg mangkrak pada masa pemerintahan anak Karel, [[Wenceslaus IV dari Bohemia|Wenzel]] (memerintah sebagai Raja Bohemia dari tahun 1378 sampai 1419, memerintah sebagai Raja Bangsa Romawi dari tahun 1376 sampai 1400), yang juga menghadapi penentangan dari 150 keluarga ningrat setempat.{{Sfn|Brady|2009|pp=73,74}}
 
Kian susutnya kewenangan kaisar juga terungkap dari cara raja-raja pasca-Hohenstaufen mempertahankan kekuasaan mereka. Pada masa-masa sebelumnya, Kekuatan tempur (maupun kekuatan dana) Kekaisaran Romawi Suci sangat bergantung kepada tata kelola tanah-tanah pribadi kaisar yang disebut ''[[Reichsgut]]'', yakni tanah-tanah yang akan selalu menjadi milik dari siapa saja yang terpilih menduduki singgasana Raja Jerman, dan mencakup banyak kota milik negara. Selepas abad ke-13, hak milik atas ''Reichsgut'' semakin tidak ada artinya, kendati masih tersisa satu dua bidang tanah ''Reichsgut'' ketika Kekaisaran Romawi Suci dibubarkan pada tahun 1806. Kian hari kian banyak ''Reichsgut'' yang digadaikan kepada adipati-adipati setempat, kadang-kadang demi mengisi pundi-pundi negara, tetapi lebih sering sebagai ganjaran darmabakti atau sebagai upaya mencucuk hidung adipati-adipati tersebut. Mengelola ''Reichsgut'' secara langsung tidak lagi sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan raja maupun para adipati.
Baris 303:
Dengan maksud untuk menciptakan sebuah lembaga tandingan bagi ''Reichskammergericht'', pada tahun 1497, Kaisar Maximilian membentuk ''[[Konsili Aulicum|Reichshofrat]]'' (Majelis Istana Negara) yang berkedudukan di kota Wina. Meskipun demikian, pada masa pemerintahan Kaisar Maximilian, ''Reichshofrat'' tidak populer. Dalam jangka panjang, ''Reichskammergericht'' maupun ''Reichshofrat'' sama-sama berfungsi, bahkan kadang-kadang saling tumpang tindih.{{Sfn|Pavlac|Lott|2019|p=143}}{{Sfn|Brady|2009|p=429}}
 
Pada tahun 1500, Kaisar Maximilian menyetujui pembentukan lembaga yang dinamakan ''[[Reichsregiment]]'' (Pemerintah Negara), beranggotakan dua puluh orang petinggi negara termasuk para pangreh praja pangeran-pemilih, diketuai oleh kaisar atau pejabat yang mewakilinya. ''Reichsregiment'' pertama kali dibentuk pada tahun 1501 di [[Nürnberg]]. Meskipun demikian, Kaisar Maximilian tidak menyukai keberadaannya, dan praja-praja pun gagal mendukung kiprahnya. Lembaga baru ini terbukti tidak mampu berbuat banyak di gelanggang politik, sehingga kewenangannya dikembalikan kepada Kaisar Maximilian pada tahun 1502.{{Sfn|Erbe|2000|pp=19–30}}{{Sfn|Brady|2009|p=429}}{{Sfn|Whaley|2011|p=61}}
 
Perubahan terpenting di bidang pemerintahan menyasar jantung rezim ini, yaitu lembaga ketatausahaan. Pada permulaan masa pemerintahan Maximilian, Tata Usaha Istana di Innsbruck bersaing dengan Tata Usaha Negara yang diketuai Uskup Agung Pangreh Praja Mainz, penata usaha kawakan Kekaisaran Romawi Suci. Dengan melimpahkan urusan-urusan politik di Tyrol, Austria maupun masalah-masalah negara kepada Tata Usaha Istana, Maximilian sedikit demi sedikit memusatkan kewenangan ketatausahaan pada lembaga tersebut. Tata Usaha Istana dan Tata Usaha Negara akhirnya disatukan pada tahun 1502.{{Sfn|Brady|2009|p=211}} Pada tahun 1496, Kaisar Maximilian membentuk suatu lembaga perbendaharaan umum (''Hofkammer'') di Innsbruck, yang bertanggung jawab menangani urusan-urusan terkait semua tanah pusaka turun-temurun. Badan pemeriksa keuangan (''Raitkammer'') di Wina ditempatkan di bawah naungan lembaga ini.{{Sfn|Berenger|Simpson|2014|p=132}} Di bawah pimpinan {{Ill|Paul von Liechtenstein|de|Paul von Liechtenstein-Kastelkorn}}, ''Hofkammer'' tidak saja dipercaya untuk menangani urusan-urusan tanah pusaka turun-temurun, tetapi juga menangani urusan-urusan Maximilian selaku Raja Jerman.<ref>{{Cite book |last1=Gosman |first1=Martin |url=https://books.google.com/books?id=6cqMgy6ZxlMC&pg=PA298 |title=Princes and Princely Culture: 1450–1650 |last2=Alasdair |first2=A. |last3=MacDonald |first3=A. |last4=Macdonald |first4=Alasdair James |last5=Vanderjagt |first5=Arie Johan |date=2003 |publisher=BRILL |isbn=978-9-0041-3572-7 |page=298 |access-date=24 Oktober 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211024064350/https://books.google.com/books?id=6cqMgy6ZxlMC&pg=PA298 |archive-date=24 Oktober 2021 |url-status=live}}</ref>
Baris 317:
[[File:1512 Holy Roman Empire Germania.jpg|thumb|left|upright=1.35|Personifikasi Reich sebagai [[Germania (personifikasi)|Jermania]], Lukisan karya [[:de:Jörg Kölderer|Jörg Kölderer]], tahun 1512. "Perempuan Jerman" dengan rambut terurai dan bermahkota, bersemayam di atas singgasana kekaisaran, kiasan citra diri Maximilian I selaku Raja Jerman maupun rumusan ''Kekaisaran Romawi Suci Bangsa Jerman'' (meniadakan bangsa-bangsa lain). Meskipun pada Abad Pertengahan biasanya digambarkan tunduk di bawah kekuasaan kaisar dan Italia atau Galia, kini ia diberi tempat yang paling utama di dalam [[Pawai Kemenangan]] Maximilian, diusung di depan [[c:File:Roma in Maximilian'sTriumphal Procession.jpg|Roma]].<ref>{{Cite journal |last=Strieder |first=Peter |date=8 May 2017 |title=Zur Entstehungsgeschichte von Dürers Ehrenpforte für Kaiser Maximilian |url=https://journals.ub.uni-heidelberg.de/index.php/azgnm/article/view/38143/31806 |journal=Anzeiger des Germanischen Nationalmuseums |pages=128–142 Seiten |doi=10.11588/azgnm.1954.0.38143 |access-date=7 Februari 2022}}</ref><ref>{{Cite book |last=Hirschi |first=Caspar |url=https://books.google.com/books?id=4_v4iySQgnsC&pg=PA45 |title=The Origins of Nationalism: An Alternative History from Ancient Rome to Early Modern Germany |date=8 December 2011 |publisher=Cambridge University Press |isbn=978-1-1395-0230-6 |page=45 |language=en |access-date=7 Februari 2022}}</ref><ref>{{Cite book |last=Brandt |first=Bettina |url=https://books.google.com/books?id=jJLM607h6jsC&pg=PA37 |title=Germania und ihre Söhne: Repräsentationen von Nation, Geschlecht und Politik in der Moderne |date=2010 |publisher=Vandenhoeck & Ruprecht |isbn=978-3-5253-6710-0 |page=37 |language=de |access-date=8 February 2022}}</ref>]]
 
Maximilian maupun Karel V (meskipun pada hakikatnya kedua kaisar ini berjiwa internasionalis<ref>{{Cite book |last=Albert |first=Rabil Jr. |url=https://books.google.com/books?id=w1ErEAAAQBAJ&pg=PA137 |title=Renaissance Humanism, Jilid 2: Foundations, Forms, and Legacy |date=11 November 2016 |publisher=University of Pennsylvania Press |isbn=978-1-5128-0576-5 |language=en |access-date=5 Februari 2022}}</ref><ref>{{Cite book |last1=Quevedo |first1=Francisco de |url=https://books.google.com/books?id=ciwDEAAAQBAJ&pg=PA6 |title=Francisco de Quevedo: Dreams and Discourses |last2=Britton |first2=R. K. |date=1 January 1989 |publisher=Oxford University Press |isbn=978-1-8003-4588-1 |language=en |access-date=5 Februari 2022}}</ref>) adalah tokoh-tokoh yang pertama kali mengangkat wacana bangsa, yang disamakan dengan Reich oleh kaum humanis pada masa itu.{{Sfn|Whaley|2011|p=278}} Dengan dorongan dari Maximilian dan para humanisnya, sosok-sosok spiritual ternama kembali diketengahkan atau kembali memasyarakat. Para humanis menemukan kembali risalah ''[[Germania (buku)|Jermania]]'' karya pujangga Tacitus. Menurut Peter H. Wilson, sosok perempuan yang dinamakan [[Germania (personifikasi)|Jermania]] adalah sosok yang direka ulang Kaisar Maximilian menjadi Bunda Kekaisaran Romawi Suci Bangsa Jerman yang berbudi luhur lagi cinta damai.{{Sfn|Wilson|2016|p=263}} Whaley menduga bahwa, meskipun kemudian hari timbul perpecahan akibat perbedaan agama, "motif-motif kecintaan kepada tanah air ditumbuhsuburkan pada masa pemerintahan Maximilian, baik oleh Maximilian sendiri maupun oleh para sastrawan humanis yang tanggap terhadap kebijakannya tersebut, melahirkan inti sari sebuah budaya politik kebangsaan."<ref>{{Cite journal |last=Whaley |first=Joachim |date=2009 |title=Whaley on Silver, 'Marketing Maximilian: the Visual Ideology of a Holy Roman Emperor' {{!}} H-German {{!}} H-Net |url=https://networks.h-net.org/node/35008/reviews/45722/whaley-silver-marketing-maximilian-visual-ideology-holy-roman-emperor |journal=Networks.h-net.org |access-date=5 Februari 2022}}</ref><!--
 
Pada masa pemerintahan Maximilian pula ragam umum bahasa Jerman berangsur-angsur tampil menonjol, terutama berkat jasa jawatan tata usaha negara dan jawatan tata usaha pemerintahan daerah bawahankekuasaan [[Friedrich III dari Sachsen|Friedrich Bijaksana]], Pangreh Praja Pemilihpangeran-pemilih dari wangsa Wettin.<ref>{{Cite book |last1=Tennant |first1=Elaine C. |url=https://books.google.com/books?id=JdIDcGyUcN4C&pg=PA3 |title=The Habsburg Chancery Language in Perspective, VolumeJilid 114 |last2=Johnson |first2=Carroll B. |date=1985 |publisher=University of California Press |isbn=978-0-5200-9694-3 |pages=1, 3, 9 |access-date=21 September 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210927161255/https://books.google.com/books?id=JdIDcGyUcN4C&pg=PA3 |archive-date=27 September 2021 |url-status=live}}</ref><ref>{{Cite journal |last=Wiesinger |first=Peter |title=Die Entwicklung der deutschen Schriftsprache vom 16. bis 18. Jahrhundert unter dem Einfluss der Konfessionen |url=http://www.e-scoala.ro/germana/peter_wiesinger.html |url-status=dead |journal=Zeitschrift der Germanisten Rumäniens (ZGR) |issue=17–18 / 2000 (9th year) |pages=155–162 |doi=10.1515/jbgsg-2018-0014 |s2cid=186566355 |archive-url=https://web.archive.org/web/20080123112609/http://www.e-scoala.ro/germana/peter_wiesinger.html |archive-date=23 January 2008 |access-date=8 November 2021}}</ref> ThePerkembangan developmentindustri ofpercetakan thebeserta printingkemunculan industrysistem together with the emergence of the postal systempos ([[Kaiserliche Reichspost|thesistem firstpos modern one inpertama thedi worlddunia]]<ref name="Meinel 2014 31">{{Cite book |last1=Meinel |first1=Christoph |url=https://books.google.com/books?id=5O25BAAAQBAJ&pg=PA31 |title=Digital Communication: Communication, Multimedia, Security |last2=Sack |first2=Harald |date=2014 |publisher=Springer Science & Business Media |isbn=978-3-6425-4331-9 |page=31 |access-date=20 September 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210926235052/https://books.google.com/books?id=5O25BAAAQBAJ&pg=PA31 |archive-date=26 September 2021 |url-status=live}}</ref>), initiatedyang bydiprakarsai Maximiliansendiri himselfoleh withMaximilian contributiondengan fromsokongan Frederickdari Friedrich III anddan [[Charles theMartin|Karel BoldNekat]], ledmenuntun tokepada arevolusi revolutiondi inbidang communication andkomunikasi alloweddan ideasmembuka tojalan spreadbagi penyebarluasan gagasan-gagasan.<!-- Unlike the situation in more centralized countries, the decentralized nature of the Empire made censorship difficult.<ref name="Metzig">{{Cite book |last=Metzig |first=Gregor |url=https://books.google.com/books?id=MiyXDQAAQBAJ&pg=PA98 |title=Kommunikation und Konfrontation: Diplomatie und Gesandtschaftswesen Kaiser Maximilians I. (1486–1519) |date=21 November 2016 |publisher=Walter de Gruyter GmbH & Co KG |isbn=978-3-1104-5673-8 |pages=98, 99 |language=de |access-date=29 January 2022}}</ref><ref>{{Cite book |last=Scott |first=Hamish M. |url=https://books.google.com/books?id=vL8DCgAAQBAJ&pg=PA173 |title=The Oxford Handbook of Early Modern European History, 1350-1750 |date=2015 |publisher=Oxford University Press |isbn=978-0-1995-9725-3 |page=173 |language=en |access-date=12 December 2021}}</ref><ref>{{Cite book |last=Headrick |first=Daniel R. |url=https://books.google.com/books?id=XRBPvOAiQmUC&pg=PA184 |title=When Information Came of Age: Technologies of Knowledge in the Age of Reason and Revolution, 1700–1850 |date=28 December 2000 |publisher=Oxford University Press |isbn=978-0-1980-3108-6 |page=184 |language=en |access-date=12 December 2021}}</ref>{{Sfn|Whaley|2011|p=370}}
 
Terence McIntosh comments bahwa kebijakan agresif ekspansionis yang dijalankan Kaisar Maximilian I dan Kaisar Karel V at the inception of the early modern German nation (although not to further the aims specific to the German nation per se), relying on German manpower as well as utilizing fearsome [[Landsknecht]]e and mercenaries, would affect the way neighbours viewed the German polity, although in the longue durée, Germany tended to be at peace.<ref>{{Cite web |title=H-German Roundtable on Smith, Germany: A Nation in Its Time Before, During, and After Nationalism, 1500–2000 {{!}} H-German {{!}} H-Net |url=https://networks.h-net.org/node/35008/discussions/9589141/h-german-roundtable-smith-germany-nation-its-time-during-and |access-date=5 February 2022 |website=networks.h-net.org}}</ref>