Keuskupan Agung Semarang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 87:
Keuskupan Agung Semarang meliputi 378 ribu umat Katolik pada tahun 2021 dalam suatu wilayah seluas 19.189&nbsp;km<sup>2</sup>. Takhta Keuskupan Agung Semarang sejak 18 Maret 2017 dipegang oleh Mgr. [[Robertus Rubiyatmoko]].<ref>{{Cite web|date=19 Mei 2017|title=Estafet Uskup Agung Semarang Selalu Ada Jeda|url=http://www.hidupkatolik.com/2017/05/19/8168/estafet-uskup-agung-semarang-selalu-ada-jeda/|publisher=Hidup Katolik}}</ref>
 
== Garis waktuSejarah ==
Kontak awal agama [[Katolik]] di wilayah ini terjadi pada 1640 ketika dua orang imam [[Dominikan]], yaitu Manuel de St Maria, O.P., dan Pedro de St Joseph, O.P., mendapat sebidang tanah dari [[Sultan Agung dari Mataram|Sultan]] [[Kesultanan Mataram|Mataram]] untuk tempat melayani umat Katolik yang terdiri dari para pedagang Portugis di [[Jepara]]. Tetapi komunitas awal itu cerai berai karena ditindas [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]]. Pada tahun 1808 Semarang adalah suatu stasi dari [[Prefektur Apostolik]] Batavia (Jakarta) yang dilayani oleh Pastor L. Prinsen. Pada 1818 Pastor L. Prinsen ditarik ke Jakarta dan diangkat menjadi [[Prefek Apostolik]] Batavia. Semarang kemudian dilayani oleh dua pastor baru. Pada 1859 [[Ambarawa]] menjadi stasi baru dengan datangnya imam-imam [[Yesuit|Serikat Jesus]] (SJ). Pada 1865 Jogjakarta menjadi stasi baru, disusul [[Magelang]]. Pada 1904 Pastor [[Franciscus Georgius Josephus van Lith|van Lith]], S.J., mendirikan [[SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan Magelang|sekolah guru]] di [[Muntilan]] dan penyebaran para guru selanjutnya menyebabkan [[Gereja Katolik]] berkembang lebih pesat di Jawa Tengah khususnya dan hampir secara menyeluruh di [[Pulau Jawa]]. [[Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan|Seminari Menengah]] didirikan di Muntilan pada 1911 dan nantinya pindah ke Mertoyudan. Pada 1936 didirikan Seminari Tinggi di [[Yogyakarta]].
 
[[Vikariat Apostolik]] Semarang didirikan pada 1940, dan dengan berdirinya hierarki Gereja Katolik di Indonesia pada 3 Januari 1961 berubah statusnya menjadi Keuskupan Agung Semarang. Umat Katolik bertumbuh jumlahnya dari 47.000 di 23 paroki pada 1950, menjadi 204.000 pada 1970, selanjutnya 302.000 pada 1980, 424.000 di 79 paroki pada 1990 dan 483.000 di 88 paroki pada 2000. Menurut statistik 2005, umat Katolik Keuskupan Agung Semarang berjumlah 504.000 pada 2004.
 
Pada tahun 2020, terdapat rencana untuk memekarkan Kevikepan Yogyakarta menjadi Kevikepan Yogyakarta Barat dan Kevikepan Yogyakarta Timur.<ref>{{Cite web |url=https://bernasnews.com/demi-pelayanan-yang-efektif-kevikepan-diy-dimekarkan/ |title=Salinan arsip |access-date=2020-09-18 |archive-date=2021-12-09 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211209064927/https://bernasnews.com/demi-pelayanan-yang-efektif-kevikepan-diy-dimekarkan/ |dead-url=yes }}</ref><ref>https://www.hidupkatolik.com/2020/02/02/45699/agar-pelayanan-lebih-efektif/</ref>
 
=== Garis waktu ===
* Didirikan sebagai '''Vikariat Apostolik Semarang''' pada tanggal 25 Juni 1940, memisahkan diri dari [[Keuskupan Agung Jakarta|Vikariat Apostolik Batavia]]
* Ditingkatkan menjadi '''Keuskupan Agung Semarang''' pada tanggal 3 Januari 1961
Baris 122 ⟶ 129:
* R.D. [[Pius Riana Prapdi]] (25 Juli 2009 s.d. 12 November 2010, jabatan selesai)
* R.D. [[Fransiskus Xaverius Sukendar Wignyosumarta]] (10 November 2015 s.d. 18 Maret 2017, jabatan selesai)
 
== Sejarah ==
Kontak awal agama [[Katolik]] di wilayah ini terjadi pada 1640 ketika dua orang imam [[Dominikan]], yaitu Manuel de St Maria, O.P., dan Pedro de St Joseph, O.P., mendapat sebidang tanah dari [[Sultan Agung dari Mataram|Sultan]] [[Kesultanan Mataram|Mataram]] untuk tempat melayani umat Katolik yang terdiri dari para pedagang Portugis di [[Jepara]]. Tetapi komunitas awal itu cerai berai karena ditindas [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]]. Pada tahun 1808 Semarang adalah suatu stasi dari [[Prefektur Apostolik]] Batavia (Jakarta) yang dilayani oleh Pastor L. Prinsen. Pada 1818 Pastor L. Prinsen ditarik ke Jakarta dan diangkat menjadi [[Prefek Apostolik]] Batavia. Semarang kemudian dilayani oleh dua pastor baru. Pada 1859 [[Ambarawa]] menjadi stasi baru dengan datangnya imam-imam [[Yesuit|Serikat Jesus]] (SJ). Pada 1865 Jogjakarta menjadi stasi baru, disusul [[Magelang]]. Pada 1904 Pastor [[Franciscus Georgius Josephus van Lith|van Lith]], S.J., mendirikan [[SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan Magelang|sekolah guru]] di [[Muntilan]] dan penyebaran para guru selanjutnya menyebabkan [[Gereja Katolik]] berkembang lebih pesat di Jawa Tengah khususnya dan hampir secara menyeluruh di [[Pulau Jawa]]. [[Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan|Seminari Menengah]] didirikan di Muntilan pada 1911 dan nantinya pindah ke Mertoyudan. Pada 1936 didirikan Seminari Tinggi di [[Yogyakarta]].
 
[[Vikariat Apostolik]] Semarang didirikan pada 1940, dan dengan berdirinya hierarki Gereja Katolik di Indonesia pada 3 Januari 1961 berubah statusnya menjadi Keuskupan Agung Semarang. Umat Katolik bertumbuh jumlahnya dari 47.000 di 23 paroki pada 1950, menjadi 204.000 pada 1970, selanjutnya 302.000 pada 1980, 424.000 di 79 paroki pada 1990 dan 483.000 di 88 paroki pada 2000. Menurut statistik 2005, umat Katolik Keuskupan Agung Semarang berjumlah 504.000 pada 2004.
 
Pada tahun 2020, terdapat rencana untuk memekarkan Kevikepan Yogyakarta menjadi Kevikepan Yogyakarta Barat dan Kevikepan Yogyakarta Timur.<ref>{{Cite web |url=https://bernasnews.com/demi-pelayanan-yang-efektif-kevikepan-diy-dimekarkan/ |title=Salinan arsip |access-date=2020-09-18 |archive-date=2021-12-09 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211209064927/https://bernasnews.com/demi-pelayanan-yang-efektif-kevikepan-diy-dimekarkan/ |dead-url=yes }}</ref><ref>https://www.hidupkatolik.com/2020/02/02/45699/agar-pelayanan-lebih-efektif/</ref>
 
== Paroki ==