Kamala Sari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan
Baris 50:
'''Njahi Ratoe Kamala Sarie''' atau '''Njahi Ratoe Koemala Sarie'''<ref name="De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: nader toegelicht"/> adalah permaisuri [[sultan Banjar|raja Banjar]] [[Adam dari Banjar|Sultan Adam al-Watsiq Billah]].<ref>http://www.de-paula-lopes.nl/downloads/bandjermasingen40.htm</ref>Ia Kamala Sari terkenal sebagai sosok wanita yang berpengaruh pada masa kehidupannya [[Kesultanan Banjar]]. Nyai Kamala Sari semula merupakan pelayan (dayang) dan Selir janda Sultan [[Sulaiman dari Banjar|Sulaiman]] (ayahanda Sultan [[Adam dari Banjar|Adam]]).
 
Sepeninggal Sultan Sulaiman Saidullah II tersebut, '''anak tirinya'''Sultan [[Adam dari Banjar}Adam]] Menikahi Kamala Sari Selir janda Sultan [[Sulaiman]] menjadikannya sebagai isteri kesayangannya. Setelah dirinya melahirkan seorang calon Putera Mahkota Pangeran Ratu Abdur Rahman sebagai pewaris Sultan Adam maka ia dilantik menjadi permaisuri kerajaan. Sebelum menjadi permaisuri, gelarnya adalah Nyai saja. Setelah menjadi permaisuri gelar Ratu ditambahkan di belakang gelar Nyai menjadi '''Nyai Ratu'''. Hal tersebut menunjukkan bahwa ia bukan berasal dari golongan keturunan raja, lain halnya jika isteri utama Sultan berasal dari golongan keturunan Raja, maka namanya secara langsung otomatis disebut [[Ratu]] saja, tanpa kata [[Nyai]] di depannya. Biasanya gelar dari isteri utama Pangeran Mahkota yang bukan berasal dari keturunan raja adalah '''Nyai Besar''', kemudian setelah menjadi permaisuri Sultan disebut Nyai Ratu.
 
Usianya lebih tua dari Sultan Adam. Sultan Adam mangkat tahun 1857 dalam usia 80 tahun. Dalam tahun 1855, usia Nyai Ratu Kamala Sari sudah mencapai 90 tahun. Sehubungan dengan wafatnya Pangeran Mahkota mendahului Sultan Adam, maka sepeninggal Sultan Adam, maka jabatan Sultan Banjar digantikan putera dari almarhum Pangeran Mahkota atau oleh cucunya. Dengan demikian ia menjadi Neneksuri bagi Sultan Banjar yang menjabat tersebut disebut Nyai Ratu Sepuh (''Nyai Ratu yang tua)''. Ia pernah memimpin usaha penyeludupan garam, padahal mengusahakan memasok garam pada masa itu hanya boleh dilakukan oleh pihak Belanda.<ref name="De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: nader toegelicht">{{cite book
| pages= 22
| author= Willem Adriaan Rees