Ilias: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 122:
Di dalam [[Perang Troya]] sastrawi ''Ilias'', [[Dua Belas Dewa Olimpus|dewa-dewi Olimpos maupun dewa-dewi rendahan]] saling bertarung dan menceburi kancah peperangan manusia, sering kali dengan cara mencampuri urusan manusia guna melawan dewa-dewi lain. Berbeda dari penggambaran dewa-dewi di dalam ajaran agama bangsa Yunani, Homeros menyajikan penggambaran dewa-dewi yang sejalan dengan tujuan penceritaannya. Dewa-dewi di dalam fikrah tradisional orang Athena pada abad ke-4 tidak akan dijumpai di dalam karya-karya Homeros.<ref name=":2">{{Cite book|title=Honor Thy Gods: Popular Religion in Greek Tragedy|last=Mikalson|first=Jon|publisher=Chapel Hill: University of North Carolina Press|year=1991}}</ref> Sejarawan zaman klasik, [[Herodotos]], mengatakan bahwa Homeros dan [[Hesiodos]], rekan sezamannya, adalah pujangga-pujangga pertama yang mencantumkan nama dewa-dewi berikut penggambaran rupa dan sifatnya di dalam karya mereka.<ref>[http://ablemedia.com/ctcweb/netshots/homer.htm Homer's Iliad], Classical Technology Center.</ref>
 
[[Mary Lefkowitz]] (2003)<ref name=":3" /> membahas relevansi tindakan dewata di dalam ''Ilias'', berusaha menjawab pertanyaan benar tidaknya campur tangan dewata merupakan merupakan kejadian istimewa, atau benar tidaknya perilaku dewata semacam itu hanya sekadar kiasan watak manusia. Minat intelektual para pujangga zaman Klasik, semisal [[Tukidides]] dan [[Plato]]n, terbatas pada kemanfaatannya sebagai "suatu cara untuk membicarakan kehidupan manusia ketimbang sebagai suatu penjabaran atau suatu kebenaran", karena jika dewa-dewi tetap merupakan sosok-sosok keagamaan alih-alih merupakan kiasan watak manusia, maka "keberadaan" mereka—tanpa landasan dogma atau kitab suci—akan memungkinkan budaya Yunani memiliki keluasan intelektual dan kebebasan untuk menyeru dewa-dewi sesuai fungsi religius apa pun yang mereka butuhkan sebagai sebuah bangsa.<ref name=":3">Lefkowitz, Mary (2003). ''Greek Gods, Human Lives: What We Can Learn From Myths''. New Haven, Connecticut: [[Yale University Press]].</ref><ref>[[Oliver Taplin|Taplin, Oliver]] (2003). "Bring Back the Gods". ''[[The New York Times]]'' (14 December).</ref><!--
 
Psikolog [[Julian Jaynes]] (tahun 1976)<ref name=":4" /> menggunakan ''Ilias'' sebagai bukti utama yang mendukung teori [[Mentalitas bikameral|Alam Pikiran Bikameral]] yang ia cetuskan. Teori ini mengatakan bahwa sampai dengan waktu yang dijabarkan di dalam ''Ilias'', umat manusia memiliki mentalitas yang jauh berbeda dengan umat manusia dewasa ini. Ia berpendapat bahwa umat manusia pada masa itu tidak memiliki sesuati yang dewasa ini disebut "kesadaran". Ia menduga bahwa umat manusia mendengar dan mematuhi perintah-perintah dari sesuatu yang mereka anggap sebagai dewata sampai akhirnya terjadi perubahan mentalitas yang memasukkan daya penyemangat ke dalam alam kesadaran manusia. Ia menunjukkan bahwa hampir semua tindakan di dalam ''Iiad'' diarahkan, disebabkan, atau dipengaruhi dewata, dan bahwa terjemahan-terjemahan terdahulu secara mencengangkan memperlihatkan ketiadaan kata-kata yang menyiratkan pemikiran, perencanaan, maupun mawas diri. Menurutnya, kemunculan kata-kata semacam itu di dalam terjemahan-terjemahan ''Ilias'' adalah akibat dari penafsiran keliru para penerjemah yang memaksakan mentalitas modern kepada tokoh-tokoh ''Ilias''.<ref name=":4">Jaynes, Julian. (1976) ''The Origin of Consciousness in the Breakdown of the Bicameral Mind''. phlm. 221</ref>
 
=== Campur tangan dewa-dewi ===
{{see also|DeceptionZeus of ZeusTeperdaya}}
SomeSejumlah scholarssarjana believeyakin thatbahwa thedewa-dewi godsikut maycampur havedalam intervenedurusan indunia thefana mortallantaran worldadanya becausecekcok ofdi quarrelsantara they may have had among each othermereka. [[HomerHomeros]] interpretsmembahasakan thedunia worldpada atmasa thisitu timedengan bymenggunakan usinghasrat thedan passionemosi anddewa-dewi emotionsebagai offaktor-faktor thepenentu godskejadian-kejadian todi be determining factors of what happens on thetataran humanumat levelmanusia.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Kullmann|first=Wolfgang|date=1985|title=Gods and Men in the Iliad and the Odyssey|journal=Harvard Studies in Classical Philology|volume=89|pages=1–23|doi=10.2307/311265|jstor=311265}}</ref> AnSalah examplesatu ofcontoh onedari ofhubungan thesesebab relationshipsakibat insemacam theini di dalam ''IliadIlias'' occursadalah cekcok betweendi antara [[Athena|Dewi Atena]], [[Hera|Dewi Hera]], anddan AphroditeDewi Afrodite. InDi thedalam finalparwa bookpamungkas ofwiracarita theini, poem HomerHomeros writesmenulis, "Heia offendedmembuat AthenaAtena anddan Hera—bothHera tersinggung—kedua-dua goddessesdewi."<ref name=":1">{{Cite book|last=Homer|title=The Iliad|publisher=Penguin Books|year=1998|location=New York|page=589|translator-last=Fagles|translator-first=Robert|translator-last2=Knox|translator-first2=Bernard}}</ref> AthenaAtena anddan Hera aredengki enviouskepada ofAfrodite Aphroditelantaran becausedi ofdalam asebuah beautyajang pageantadu oncantik Mountdi OlympusGunung in whichOlimpus, [[Paris (mythologymitologi)|Paris]] choseselaku Aphroditejuri tomemilih beAfrodite thesebagai mostdewi beautifultercantik, goddess over bothmengalahkan Hera anddan AthenaAtena. Wolfgang Kullmann furthermenjelaskan goeslebih onlanjut to saybahwa, "kekecewaan Hera's anddan Athena'sAtena disappointmentmelihat overkemenangan theAfrodite victorydalam of Aphrodite in theperistiwa [[JudgementKeputusan ofParis|Penilaian Paris]] determinesmenentukan theseluruh wholepolah-tingkah conductkedua ofdewi bothtersebut goddessesdi indalam ''The IliadIlias'' anddan ismerupakan thebiang causekeladi ofkebencian theirmereka hatred forterhadap Paris, thesi Judgejuri, andmaupun histerhadap townkotanya, TroyTroya."<ref name=":0" /><!--
 
Hera and Athena then continue to support the Achaean forces throughout the poem because Paris is part of the Trojans, while Aphrodite aids Paris and the Trojans. The emotions between the goddesses often translate to actions they take in the mortal world. For example, in Book 3 of the ''Iliad'', Paris challenges any of the Achaeans to a single combat and [[Menelaus]] steps forward. Menelaus was dominating the battle and was on the verge of killing Paris. "Now he'd have hauled him off and won undying glory but Aphrodite, Zeus's daughter, was quick to the mark, snapped the rawhide strap."<ref name=":1" /> Aphrodite intervened out of her own self-interest to save Paris from the wrath of Menelaus because Paris had helped her to win the beauty pageant. The partisanship of Aphrodite towards Paris induces constant intervention by all of the gods, especially to give motivational speeches to their respective protégés, while often appearing in the shape of a human being they are familiar with.<ref name=":0" /> This connection of emotions to actions is just one example out of many that occur throughout the poem.{{citation needed|date=February 2019}} -->