Basuki Gunawan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
non-notable people should be avoided mentioning |
use ref |
||
Baris 8:
Meski karya Basuki tidak banyak, tapi amat kuat dan layak dikenang. Salah satu cerpennya dipilih [[Satyagraha Hoerip]] untuk masuk dalam antologi ''Cerita Pendek Indonesia'' (1986). Sejumlah puisinya telah diterjemahkan ke bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman serta diterbitkan dalam sejumlah antologi dan jurnal di Eropa, antara lain ''Modern Poetry in Translation'' edisi musim semi 2016 (diterjemahkan oleh [[David Colmer]]), antologi puisi Indonesia berbahasa Jerman ''Reis und Hahnenschrei'' (1957), dan ''Only Dust'' (1969).<ref>{{Cite news|url=http://www.intersastra.com/puisi-poetry/basuki-gunawan|title=Basuki Gunawan|newspaper=InterSastra|language=en-US|access-date=2017-06-09}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://modernpoetryintranslation.com/poet/basuki-gunawan/|title=Basuki Gunawan – Modern Poetry in Translation|language=en-US|access-date=2017-06-09}}</ref>
Nama Basuki Gunawan memang tidak begitu dikenal di kalangan pemerhati sastra Indonesia karena ia hanya pernah menerbitkan karya-karyanya sekitar tahun 1950-an dan setelah itu ia menetap di Iuar negeri. Meskipun Basuki pada saat itu tidak terlalu produktif dalam berkarya (ia hanya pernah menerbitkan 5 cerpen, 12 sajak, dan 1 esai), karya-karya tersebut memiliki beberapa kelebihan, terutama cerpen-cerpennya. Keistimewaan cerpen-cerpen Basuki terlihat dari temanya yang bersifat filosofis.<ref name="ui">{{Cite journal|last=Vonny|first=Veronica|date=2015|title=Eksistensialisme dan surealisme dalam lima cerpen Basuki Gunawan|url=http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20156151.pdf|journal=Universitas Indonesia|volume=|issue=|doi=|pmid=|access-date=}}</ref>
Di dalam cerpen-cerpen Basuki terdapat dialog-dialog atau kalimat-kalimat yang mengingatkan pada ucapan atau pandangan hidup beberapa filsuf dan pengarang eksistensialis, di antaranya [[Franz Kafka]], [[Fyodor Dostoyevsky]], dan [[Friedrich Nietzsche|Nietzsche]]. Penggambaran situasi jiwa tokoh-tokohnya juga memanfaatkan gaya penulisan surealisme yang mempergunakan teori psikoanalisis [[Sigmund Freud]] sebagai dasarnya. Kecenderungan di atas dapat dikatakan belum pernah dijumpai pada karya-karya para pengarang lain sebelumnya. Penulisan cerpen dengan ide-ide filosofis dan gaya penulisan nonkonvensional itu kemudian dilanjutkan oleh [[Iwan Simatupang]] pada 1960-an. Karya-karya Basuki Gunawan sepatutnyalah tercatat pula sebagai bagian penting dari khazanah sastra Indonesia.<ref name="ui"/>
Selain cerpen, puisi, dan esai di atas, Basuki juga menerbitkan sebuah novela dalam bahasa Belanda berjudul ''Winarta'' mengenai perang kemerdekaan melawan Belanda. Novela itu diterbitkan dalam majalah sastra ''De nieuwe stem'' pada 1954 dan mendapat ''honorary mention'' dari hadiah sastra Reina Prinsen Geerligsprijs.
|