Iha, Saparua Timur, Maluku Tengah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 79:
Hubungan ''gandong'' antara Iha, Tuhaha, dan Ullath hingga tahun 1980an akhir selalu diperingati dengan diadakannya upacara kora-kora raja. Ada beberapa yang menyebutnya sebagai arumbai raja. Upacara ini diadakan di Hutan Akuno di Ullath sebagai lokasi terakhir pemberhentian ''gosepa'' yang dipakai oleh ketiga moyang. Ullath bertindak sebagai penyelenggara dan mengundang pihak pemerintah kecamatan serta pemerintah dan rakyat Iha dan Tuhaha. Hubungan ketiganya juga diabadikan dalam lagu Italili, dengan lirik yang berbunyi ''Ulupalu dan Beinusa, Beilohy itu Leilisa''. ''Ulupalu'' adalah [[teun]] Iha, sementara ''Beinusa'' adalah teun Tuhaha dan ''Beilohy'' teun Ullath. Ada pun ''Leilisa'' adalah teun Itawaka. Itawaka sendiri sejarahnya bermula saat tanah Kerajaan Iha dibagi-bagi oleh Belanda kepada Ullath. Ullath dan Tuhaha yang merupakan ''gandong'' Iha yang telah memeluk Kristen dipaksa oleh VOC dalam penyerangan terhadap Kerajaan Iha. Sebagai balasannya, Tanah Iha di Hatawano dibagikan kepada Ullath, sementara Tuhaha menerima Tanah Matalete dan Hatala. Tanah Iha lantas didiami oleh orang-orang Ullath dibawah pimpinan keluarga atau matarumah Pattipeilohy. Pattipeilohy yang pergi berlayar ke Tanah Iha nantinya mengganti nama fam mereka menjadi Pattipeilaya dan akhirnya menjadi Papilaya. Fakta bahwa Itawaka berasal dari Ullath menyebabkan pada akhirnya Itawaka dimasukkan pula sebagai ke dalam hubungan ''gandong'' ketiga negeri, dalam hal ini Itawaka berstatus sebagai adik terkecil atau ''bongso''.
Selain itu, Iha merupakan saudara dan tetangga terdekat bagi Ihamahu. Keduanya adalah fragmen Kerajaan Iha yang hanya berbeda agama, dalam hal ini, Ihamahu memeluk agama Kristen Protestan pasca kekalahan Kerajaan Iha atas VOC.{{sfn|Hasbollah Toisuta, Saddam Husein|2019|pp=20}} Iha berposisi sebagai ''kaka'', sementara Ihamahu adalah ''ade''.{{sfn|Hasbollah Toisuta, Saddam Husein|2019|pp=20}} Keduanya memiliki beberapa fam yang sama dan masih berkeluarga. Kedua negeri ini juga masih mempertahankan hubungan ''gandong'' dengan [[Iha, Huamual, Seram Bagian Barat|Iha]] (''Amaiha'')-[[Kulur, Huamual, Seram Bagian Barat|Kulur]] (''Ulupia''), dikarenakan Iha dan Kulur didirikan di dekat Negeri [[Luhu, Huamual, Seram Bagian Barat|Luhu]] di Semenanjung Humual oleh para pengungsi dari Kerajaan Iha pasca kekalahan mereka melawan VOC. Sebagian besar masyarakat Iha yang mengungsi nantinya menurunkan Iha di Luhu dan Kulur. Sebagian kecil yang tinggal memeluk Kristen menjadi Ihamahu, dan masyarakat Iha pengungsian yang tetap beragama Islam dalam jumlah yang kecil kembali lagi ke Hatawano dan mendirikan ''Ulupalu Amalatu'' yang tidak memiliki pertuanan.
=== ''Pela'' ===
|