Abdullah bin Ubay: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 3:
==Asal usul==
Ia adalah anak dari Ubayy bin Salul dan Uzza binti Ka'ab, dari Bani Khazraj. Ia adalah salah satu pemimpin Suku Khazraj, yang berkonflik dengan suku lainnya, Bani Aws. Saat Perang Fidjar, ia memimpin Suku Khazraj pada hari pertama namun tidak muncul pada hari berikutnya. Ia juga tidak ikut dalam Perang Bu'ath, karena tidak menyetujui eksekusi orang-orang Yahudi. Ini diperkirakan karena merasa berhutang budi karena pernah diselamatkan salah satu sekutu dari orang-orang Yahudi Bani Qaynuqa, yang membuatnya berujar,"400 tentara bersenjata lengkap, dan 400 tidak bersenjata, merekalah yang menyelamatkanku di Hadaick dan Boath dari setiap musuh yang datang."
Abdullah bin Ubay kemudian berhasil menyatukan berbagai perpecahan yang terjadi dan melakukan rekonsoliasi, sehingga kepemimpinannya kemudian diakui. Walaupun bagi sekelompok orang ia dianggap "raja" dari Madinah, namun pengaruhnya tersaingi dengan kedatangan Muhammad, yang sudah lebih dulu terkenal karena dakwahnya di Mekkah. Inilah yang kemudian menimbulkan rasa iri di dalam dirinya, yang ia tutupi dengan menampilkan sosok penengah dan cinta damai. Namun bagaimanapun sosoknya tetap dihormati banyak orang.
==Melindungi Bani Qunayqa==
==Pengkhianatan dalam Perang Uhud==▼
Konflik Muslimin dengan Bani Qunayqa terjadi saat terjadi pelecehan oleh pedagang Bani Qunayqa terhadap seorang pembeli perempuan, yang membuat pakaiannya tersingkap. Peristiwa tersebut berujung aksi saling bunuh.
Pemukiman Bani Qunayqa akhirnya dikepung oleh Pasukan Muslim selama 15 hari. Abdulla bin Ubay yang berhutang budi dengan Bani Qunayqa akhirnya memintakan maaf kepada Muhammad. Permohonan ini ditolak, dalam 3 hari mereka diminta meninggalkan kota dan hartanya dirampas, namun Abdulla bin Ubay tetap dianggap telah menyelamatkan nasib Bani Qunayqa, karena diperkirakan awalnya mereka akan dihukum mati.
Kejadian ini membuat Abdulla bin Ubay dianggap lebih mementingkan kepentingan pribadi dan kelompoknya, ketimbang membela agamanya sendiri.
Ia sebenarnya mendukung pihak Muhammad dalam Perang Uhud, namun lebih setuju jika pasukan muslim berfokus mempertahankan kota dari dalam. Namun saran pejuang muda muslim lebih dipilih nabi, agar menggunakan taktik yang lebih agresif. Mengetahui hal ini, Abdulla bin Ubay menunjukkan kemarahannya.
|