Pada abad ke 14 M, sewaktu [[Gajah Mada]] menyerang [[kerajaan Bedahulu]], beliau menyusun rencana (siasat) di padukuhan dukuh Dangka (''kedangkan'') di sebelah barat Buruan yang lazim disebut ''Kedangan''.
Pada abad ke 16 M, I Gusti Ngurah Jelantik pindah dari [[Gelgel, Klungkung, Klungkung|Gelgel]] ke [[Tojan, Klungkung, Klungkung|Tojan]], diantar oleh Ki Gusti Panji Sakti dari Den Bukit dengan mengendarai [[gajah]]. Selama beberapa hari, Ki Gusti Panji Sakti berada di daerah Tojan untuk mengisi waktu menghibur diri. Ki Gusti Panji Sakti bersama I Gusti Ngurah Jelantik kemudian memutuskan berburu di lokasi perburuan yang berada di dekat Candi Bhurwan. Binatang yang diburunya adalah binatang kecil seperti ''kelesih'' (trenggiling), landak dan biawak yang banyak terdapat di tempat itu. TempatDi berburusebelah ituselatan amattempat indah sekali dan di sebelah selatannyaberburu terdapat kumpulan pohonpepohonan mangga (''getes'') yang menghutan. Karena itu, tempat ini juga diberi nama Buruan. Sedangkan Gajahgajah Ki Gusti Panji Sakti digembalakan di sebelah barat tempat berburu ini yang diberi nama ''Angon Liman''. ''Angon'' berarti mengembala dan ''Liman'' berarti Gajah. Lama-kelamaan lebih dikenal dengan nama ''Bangunliman''.
Melalui proses yang panjang, terjadilah pemukiman dengan pola menetap. Karena penduduk semakin banyak dan tempat memenuhi kebutuhan hidup sudah ada serta terdorong oleh persamaan nasib dan penderitaan berdirilah ''pekraman'' yang berangsur-angsur mempunyai pura ''parahyangan'' (kahyangan tiga). Pekuburannya terletak di sebelah selatan Pura Dalem Buruan. Kemudian, terjadi lagi perpindahan penduduk dari [[Bedulu, Blahbatuh, Gianyar|desa Bedahulu]] (penyungsung [[Pura Samuan Tiga]]) bermukim disebelah selatan desa. Disana mendirikan pemujaan berbentuk [[Lingga (arca)|Lingga]] dan Yoni, Ratu Panji dan lain-lain. Ditempat mendirikan pemujaan prahyangan itu ada pohon ''embacang'' (pakel) yang besar. Sehingga parhyangan itu disebut '''Pura Penataran Batan Pakel'''. Sedangkan wilayah pemukiman penyungsungnya disebut '''Hyang Angga Yoni''' atau Yangloni.
Beberapa puluhPuluhan tahun kemudian, saat keturunan I Gusti Ngurah Jelantik sudah menetap di Blahbatuh dan memegang kekuasaan, beliauia berunding dengan Ida I Dewa Pemayun didari Puri Agung Blahbatuh untuk meminta salah seorang putranya memimpin desa Buruan (sebagai Kepala Desa (''pacek''- Kepala Desa), maka disetujuilah salah seorang putranya menjadi pacek di Buruan yang kemudian disebut sebagai ''I Dewa Buruan saha iringan panjak'' dari Blahbatuh dan tombak pusaka ''luk telu''. Mulailah pekraman itu ditata lebih baik untuk memperkuat kedudukan I Gusti Ngurah Jelantik disebelah utara dibentuklah prajurit yang disebut ''bekelan'' yaitu:
* ''Bekelan Teruna'' (pasukan tempur pelopor) diberi bagian tanah ''awinih sibak'' (kurang lebih 25 are).
* ''Bekelan Senapang'' (pasukan bedil) diberi tanah ''awinih tenah'' (kurang lebih 36 are).
* ''Bekelan Manca'' (pengawal) diberi tanah ''awinih tenah''.
Dengan demikian, mulailah ''pekraman'' itu ditata dengan tertib serta pembagian tanah dikelompokkan menjadi [[subak]]. Karena tata pemukiman semakin baik dengan jalan dan lorongnya, maka [[setra]] (kuburan disebelah selatan Pura Dalem Buruan) dipandang kurang tepat letaknya, kemudian dipindahkan ke sebelah timur.
Semakin lama menjalani proses, pekraman itu semakin baik termasuk penataan pura. Merajapati yang semula terletak di lokasi Pura Dalem, dipindahkan sesuai dengan fungsinya yaitu di setra Buruan, sedangkan pejenengan bekas mrajapati itu disebut Ratu Sekar Pule. Demikianlah proses menuju pembaharuan sesuai dengan perkembangan zaman berjalan terus. Sampai dengan zaman pemerintahan Belanda masih tetap disebut Krama Desa (desa pekraman). Hanya bedanya sudah mulai tampak perbedaan tampuk pimpinan, ada ''kelian'' yang mengurus dinas dan ''Bendesa '' yang mengurus urusan adat.<ref>{{cite web|url= http://mangayucute.blogspot.com/2015/08/sejarah-desa-adat-buruan.html |title= Sejarah Desa Adat Buruan |access-date= 2 Januari 2019}}</ref>
Setelah masa kemerdekaan Indonesia barulah nama desa adat itu menjadi jelas. Fungsi desa adat dan dinas dibedakan dengan jelas.<ref>{{cite web|url= http://mangayucute.blogspot.com/2015/08/sejarah-desa-adat-buruan.html |title= Sejarah Desa Adat Buruan |access-date= 2 Januari 2019}}</ref>
== Pemerintahan ==
|