Museum Maritim Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
menghapus 3 artikel museum lain dalam artikel museum maritim indonesia
Baris 99:
 
Secara umum, masih banyak terdapat gangguan dalam unsur komunikasi Museum Kapal Selam pasopati. Gangguan itu dibagi menjadi gangguan fisik dan psikologis. Gangguan fisik terjadi akibat ukuran ruang kapal yang sempit, penuh, sesak, dan membuat pengunjung merasa tidak nyaman. Selain itu, panggung hiburan dan kolam renang yang berada di sekitar kapal selam juga menyebabkan ketidaknyamanan. Sementara gangguan psikologis muncul akibat adanya kebingungan pengunjung karena ''storyline'' yang ada tidak dikonsep dengan baik dan unsur sumber komunikasi museum tidak kompeten sehingga menimbulkan kebingungan pada pengunjung.
 
== Museum Kapal Samudraraksa ==
Museum Kapal Samudraraksa<ref>{{Cite news|url=http://news.liputan6.com/read/108468/museum-kapal-di-candi-borobudur|title=Museum Kapal di Candi Borobudur|last=Liputan6.com|work=[[Liputan6.com]]|access-date=2017-10-16|language=id}}</ref> berada di dalam Komplek Taman Wisata [[Borobudur]], Kabupaten [[Magelang]], [[Jawa Tengah]]. Museum ini baru dibangun pada tahun 2004 dan diresmikan pada tahun 2005 oleh Menkokesra dan Presiden Susilo Bambang [https://news.detik.com/berita/431532/sby-resmikan-museum-kapal-samudraraksa Yudhoyono]. Sementara itu, pengelolaan Museum Kapal Samudraraksa dibawahi langsung oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur. Sedangkan tema utama yang diangkat dalam museum tersebut adalah pelayaran Kapal Samudraraksa ke [[Afrika]] dalam rangka ekspedisi kebudayaan maritim sekaligus rekonstruksi pelayaran dan perniagaan pada masa lampau.
 
Berikut ini penjabaran unsur-unsur pada Museum Kapal Samudraraksa:<ref name=":0" />
{| class="wikitable"
|'''No.'''
|'''Unsur Komunikasi Museum'''
|'''Deskripsi'''
|-
|1.
|Sumber
|Staff museum teridiri dari penanggung jawab museum, juru penerang, resepsionis, perawatan, dan penjual souvenir.
|-
|2.
|Pesan
|Secara umum, Museum Kapal Samudraraksa mengangkat tema pelayaran kapal Borobudur dan kaitannya dengan sejarah maritim Nusantara.
|-
|3.
|Media
|Perahu asli Samudraraksa, peralatan kapal dan awak kapal, keramik China, label informasi, lemari kaca, gambar, poster, replika relief Candi Borobudur, lukisan dinding goa, dan diorama jalur perdagangan.
|-
|4.
|Pengunjung
|Mayoritas pengunjung adalah pelajar, kemudian mahasiswa, dan terakhir masyarakat umum.
|-
|5.
|Gangguan
|Gangguan fisik muncul sebagai akibat kerusakan pada bagian media pendukung museum, seperti LCD, diorama, informasi audiovisual. Sementara gangguan psikologis muncul akibat sumber (SDM) yang kurang komunikatif.
|-
|6.
|Efek
|Efek yang muncul adalah adanya suatu kebingungan yang memunculkan keraguan, tidak terinspirasi: penambahan pengetahuan tidak signifikan.
|}
Berdasarkan data unsur-unsur komunikasi Museum Kapal [http://museumindonesia.com/museum/48/1/Museum_Kapal_Samudraraksa_Magelang Samudraraksa] di atas, berikut ini analisis kualitas museum yang ada:<ref name=":0" />
 
'''1.Sumber Daya Manusia'''
 
Sumber daya manusia yang ada dalam [[Museum Samudra Raksa]] terdiri dari direktur, [[Kurator]], dan perencana pameran. Menurut data mengenai latar belakang pendidikan dan tugas fungsional di Museum Kapal Samudraraksa, dapat disimpulkan bahwa kualitas sumber daya manusia yang ada masih kurang memadai. Sebagai contoh adalah peran fungsional [[Kurator]], pustakawan, tata pameran, dan koleksi yang tidak memiliki ''basic'' pendidikan formal. Padahal, posisi fungsional tersebut memerlukan standar minimal kualifikasi pendidikan S1 bidang permuseuman atau bidang lain yang sejenis.
 
'''2. Pesan'''
 
Menurut evaluasi dan hasil penelitian yang ada, pesan yang dikomunikasikan dalam Museum Kapal Samudraraksa tergolong cukup baik. Hal itu dapat dilihat pada tingginya tingkat pemahaman pengunjung pada pesan yang dikomunikasikan oleh unsur sumber, besarnya prosentase pengunjung untuk kembali lagi mengunjungi museum, dan cukup tingginya prosentase pengunjung yang merasa terinspirasi serta memperoleh pengetahuan baru setelah mengunjungi Museum Kapal Samudraraksa.
 
'''3. Media'''
 
Media komunikasi utama yang digunakan oleh Museum Kapal Samudraraksa adalah Kapal Samudraraksa itu sendiri. Sementara media pendukungnya adalah [[poster]], gambar, dan informasi koleksi. Menurut hasil penelitian yang ada, media komunikasi museum yang diterapkan tergolong cukup baik. Hal itu dapat dilihat pada warna-warni poster dan gambar yang edukatif serta penjelasan pada informasi koleksi yang jelas. Namun demikian, dalam media komunikasi tersebut masih terdapat beberapa kerusakan sehingga mengakibatkan pola komunikasi yang diterapkan kurang komunikatif
 
'''4. Pengunjung'''
 
Pengunjung Museum Kapal Samudraraksa didominasi oleh pelajar (SMP dan SMA), mahasiswa, kalangan umum (guru dan orang tua). Berdasarkan hasil penelitian yang ada, 95% pengunjung menginginkan sebuah pengetahuan baru, misalnya pengetahuan tentang perkembangan maritim di Indonesia. Pengunjung juga menginginkan adanya pelayanan yang maksimal dari pegawai museum, salah satunya melalui partisipasi aktif pengunjung dan pemanfaatan [[teknologi]] informasi. Selain itu, pengunjung juga menyukai koleksi museum yang unik dan langka.
 
'''5. Efek'''
 
Dalam hal efek, hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak pengunjung yang mengalami keragu-raguan apakah pesan yang disampaikan museum cukup menginspirasi atau tidak. Selain itu, pengunjung kategori pelajar (SMP dan SMA) sebagian besar merasa tidak memperoleh tambahan pengetahuan yang signifikan setelah mengunjungi museum.
 
'''6. Gangguan'''
 
Gangguan fisik pada Museum Kapal Samudraraksa diakibatkan oleh penempatan lokasi museum pada jalur keluar [[Candi Borobudur]] yang mengakibatkan rendahnya minat pengunjung. Gangguan fisik juga disebabkan oleh beberapa media pendukung yang mengalami kerusakan sehingga menghambat proses komunikasi museum. Sementara itu, gangguan psikologis Museum Kapal Samudraraksa diakibatkan oleh kurang komunikatif-nya staff museum dalam mengkomunikasikan pesan-pesan museum dan perasaan lelah pengunjung setelah mengunjungi [[Candi Borobudur]] yang menyebabkan rasa malas mengunjungi museum.
 
== Museum Bahari Yogyakarta ==
Museum Bahari Yogyakarta berada di Jalan R.E. Martadinata, [[Kota Yogyakarta]] dan baru diresmikan pada tahun 2005 atas prakarsa Paguyubaban Tri Sekar Lestari yang dibentuk dan dibina oleh Laksamana Madya (Purn) Didik Heru Purnomo. Ada pun tujuan utama dibangunnya Museum [[Bahari]] Yogyakarta adalah untuk membangkitkan cita-cita maritim Indonesia khususnya masyarakat Yogyakarta. Selain itu, Museum Bahari [[Yogyakarta]] memiliki desain bangunan yang terbilang unik: menampilkan anjungan kapal perang yang lengkap dengan meriam berkaliber 85 milimeter. Desain bangunan tersebut membuat kesan kuat pada citra angkatan laut dan kapal perang.
 
Berikut ini penjabaran unsur-unsur komunikasi pada Museum Bahari [[Yogyakarta]]:
{| class="wikitable"
|'''No.'''
|'''Unsur Komunikasi'''
|'''Deskripsi'''
|-
|1.
|Sumber/SDM
|Sumber museum terdiri dari pembina, koordinator museum, dan anggota.
|-
|2.
|Pesan
|Secara umum, tema besar yang ingin diangkat Museum Bahari Yogyakarta adalah perjalanan karier Laksamana Didik Heru Purnomo dalam TNI AL
|-
|3.
|Media
|Media dalam Museum Bahari Yogyakarta antara lain cinderamata; buku dan peta laut; peralatan TNI AL; replika kapal; dan foto pribadi
|-
|4.
|Pengunjung
|Mayroitas adalah romongan TK (Taman Kanak-kanak), kategori umum, kategori pelajar dan mahasiswa.
|-
|5.
|Gangguan
|Terdapat gangguan fisik yang diakibatkan penataan ruang yang kurang sesuai dan gangguan psikologis akibat kesan militer yang cukup kuat sehingga pengunjung merasa kurang nyaman.
|-
|6.
|Efek
|Adanya kebingungan yang memunculkan keraguan, tidak terinspirasi, kebosanan, serta tidak adanya penambahan unsur pengetahuan yang signifikan.
|}
Berikut ini dijabarkan analisis kualitas tiap-tiap unsur Museum Bahari Yogyakarta:<ref name=":0" />
 
'''1. Sumber'''
 
Sumber daya museum yang terlibat dalam Museum Bahari [[Daerah Istimewa Yogyakarta]] terdiri dari pembina, administrasi, dan staff museum. Berdasarkan hasil penelitian yang sama, keterkaitan antara latar belakang pendidikan dengan tugas fungsional museum masih tergolong kurang memadai. Selain itu, masih adanya jabatan fungsional yang belum dimiliki oleh Museum Bahari [[Yogyakarta]], seperti kurator, perancang pameran, bidang komunikasi dan edukasi.
 
'''2. Pesan'''
 
Pada dasarnya, pesan yang dikonsep oleh Museum Bahari [[Yogyakarta]] belum sesuai dengan tema besar yang ingin diangkat. Visi utama Museum Bahari Yogyakarta adalah menanamkan semangat kemaritiman khususnya pada masyarakat [[Yogyakarta]], sementara pesan yang disampaikan sebagian besar mengutip biografi tokoh Laksda (purn) Didik Heru Purnomo. Selain itu, konsep pesan yang ditampilkan tersebut juga tidak terarah sehingga bagi pengunjung yang awam merasa bahwa pesan tidak tersampaikan dengan baik.
 
'''3. Media'''
 
Media utama dalam Museum Bahari [[Yogyakarta]] adalah cinderamata, alat navigasi amunisi, dan seragam [[Militer]]. Sementara media pendukungnya adalah gambar, poster, replika, patung peraga, ruang videorama, dan ruang simulasi anjungan kapal. Secara kesuluruhan, media-media komunikasi tersebut tergolong kurang baik. Hal itu disebabkan karena banyak media komunikasi utama yang tidak disertai dengan label informasi sehingga menyebabkan berkurang nilai kemanfaatannya.
 
'''4. Pengunjung'''
 
Pengunjung utama Museum Bahari [[Yogyakarta]] adalah anak-anak (PAUD, TK, SD), mahasiswa, dan masyarakat umum (orang tua dan guru). Hasil penelitian yang sama mengungkapkan bahwa ruang-ruang museum banyak yang tidak sesuai dengan kategori pengunjung yang didominasi oleh anak-anak dan pelajar. Selain itu, seluruh pengunjung juga menginginkan adanya media komunikasi yang menggunakan teknologi informasi seperti [[Audio visual]] dan smart tablet serta menginginkan ditampilkannya pengetahuan-pengetahuan baru tentang kemaritiman. Namun demikian, ruang videorama dan anjungan kapal cukup diminati oleh pengunjung dan sesuai dengan minat pengunjung.
 
'''5. Efek'''
 
Efek yang diberikan museum kepada pengunjung masih dikategorikan kurang baik. Hal itu didasari oleh hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa 97% kunjungan hanya bersifat satu kali kunjungan, 47% pengunjung masih ragu-ragu, dan tidak ada penambahan pengetahuan baru yang signifikan pada pengunjung.
 
== Museum Bahari Jakarta ==
Museum Bahari [[Jakarta]] terletak di Jalan Pasar Ikan, [[Kota Administrasi Jakarta Barat]] dan menempati sebuah gedung tua berukuran sangat luas. Gedung tua tersebut adalah hasil dari pembangunan yang dilakukan [[Belanda]] sejak tahun 1965 sampai 1759. Gedung tersebut semula digunakan untuk menyimpan rempah-rempah oleh [[VOC]]<nowiki/>dan kini digunakan oleh Museum Bahari Jakarta untuk menyimpan berbagai koleksi benda laut dan kemaritiman. Museum Bahari Jakarta secara resmi dibuka oleh Gubernur Jakarta saat itu, [[Ali Sadikin]], pada tahun 1977 dan berada di bawah Unit Pelaksanaan Teknis atau UPT Dinas Kebudayaan dan Permuseuman [[Provinsi D K I Jakarta]]. Sebagai salah satu institusi resmi pemerintah [[Provinsi D K I Jakarta]], Museum Bahari Jakarta memiliki tugas untuk melayani masyarakat, merawat, menyimpan, meneliti, dan memperagakan koleksi museum untuk kepentingan sejarah, pendidikan, sosial, dan rekreasi.
 
Berikut ini adalah unsur-unsur yang ada di dalam Museum Bahari Jakarta:
{| class="wikitable"
|'''No.'''
|'''Unsur Komunikasi'''
|'''Deskripsi'''
|-
|1.
|Sumber/SDM
|Staff museum terdiri dari kepala museum, KASI koleksi, administrasi, edukasi dan pameran, staff umum, pemandu, dan preparasi.
|-
|2.
|Pesan
|Secara umum, pesan yang disampaikan mengangkat kebaharian Indonesia dari masa ke masa yang sesuai dengan visi museum, yaitu mengangkat tema kemaritiman.
|-
|3.
|Media
|Perahu asli, alat navigasi, replika, lemari kaca, standing banner, poster, gambar, label informasi, patung peraga, dan pemandu museum.
|-
|4.
|Pengunjung
|Mayoritas pengunjung adalah pelajar, lalu mahasiswa, dan terakhir masyarakat umum.
|-
|5.
|Gangguan
|Terdapat gangguan secara fisik yang diakibatkan oleh ruang-ruang museum, maupun konsep tata pamer, sedangkan gangguan psikologis diakibatkan oleh staff museum.
|-
|6.
|Efek
|Pada umumnya, efek adalah suatu kebingungan yang memunculkan keraguan. Efek lain berupa rasa bosan yang kemudian mengakibatkan sikap tidak tertarik pada bidang kemaritiman serta penambahan pengetahuan yang bersifat statis.
|}
Berikut ini diuraikan analisis kualitas pada tiap-tiap unsur Museum Bahari Jakarta.<ref name=":0" />
 
'''1.Sumber'''
 
Sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan Museum Bahari Jakarta adalah kepala museum, koleksi, administrasi, pustakawan, dan lain-lain. Ditinjau dari latar belakang pendidikannya, SDM dalam Museum Bahari Jakarta sangat beragam: SMA, D3, Keguruan, S1, dan S2. Namun, apabila ditinjau dari tugas fungsionalnya, latar belakang SDM Museum Bahari Jakarta masih banyak yang tidak sesuai. Sebagai contoh, Museum Bahari [[Jakarta]] tidak memiliki kurator, konservasi, dan bidang komunikasi museum. Dengan demikian, SDM yang ada pada Museum Bahari Jakarta masih tergolong kurang memadai.
 
'''2. Pesan'''
 
Secara umum, masih terdapat ketidaksesuaian dan ketidakseimbangan pesan antara tema besar yang diangkat dengan isi serta perbandingan antara objek dengan informasi. Sebagai contoh, tema museum tentang kebaharian Indonesia yang seharusnya mengangkat sejarah kemaritiman kerajaan-kerajaan [[Nusantara]] justru malah mengangkat kejayaan VOC. Selain itu, pesan museum yang akan lebih sesuai jika mengangkat kemaritiman pada abad pra-sejarah justru mengangkat pelayaran [[VOC]] dan pelayaran [[Kapal Phinisi]] ke [[Kanada]]. Selain contoh tersebut, masih ada beberapa contoh mengenai ketidaksesuaian pesan museum dengan tema utama yang disampaikan Museum Bahari Jakarta.
 
'''3. Media'''
 
Media utama yang digunakan dalam Museum Bahari [[Jakarta]] adalah koleksi asli, sementara media pendukungnya adalah gambar, poster, replika, dan pemandu museum. Secara garis besar, koleksi asli yang ada di Museum Bahari Jakarta tergolong belum sesuai dengan prosedur yang dikeluarkan Dirjen Permuseuman. Ada beberapa koleksi yang memiliki nilai penting, tetapi tidak disertai label informasi pendukung sehingga membuat koleksi tersebut tidak bernilai penting.
 
'''4. Pengunjung'''
 
Pengunjung Museum Bahari [[Jakarta]] didominasi oleh pelajar (SD, SMP, SMA), mahasiswa, dan umum. Penelitian lapangan yang dilakukan oleh Sadzali (2014)[http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68274/potongan/S2-2014-323422-chapter1.pdf] menunjukkan bahwa 96% pengunjung menginginkan suatu pengetahuan baru, seperti perkembangan maritim dari masa ke masa. Pengunjung juga menginginkan adanya komunikasi menggunakan teknologi seperti audiovisual, pelayanan maksimal dari staff museum, dan adanya koleksi unik dan langka.
 
'''5. Gangguan'''
 
Gangguan fisik pada Museum Bahari [[Jakarta]] disebabkan oleh banyaknya ruang kosong, adanya genangan air di pintu masuk ketika musim penghujan, minimnya koleksi asli yang menyebabkan kebosanan pengunjung, dan minimnya label informasi pada replika koleksi. Sementara gangguan psikologis disebabkan karena adanya proses komunikasi yang tidak dikonsep dengan baik oleh unsur komunikasi (sumber, pesan, media), munculnya ketakutan pada pengunjung akibat minimnya pencahayaan, dan ''storyline'' yang tidak dikonsep dengan baik sehingga menimbulkan kebosanan dan kebingungan.
 
== Referensi ==