Tolui: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan terjemahan
Perbaikan terjemahan
Baris 77:
''[[Sejarah Rahasia Bangsa Mongol]]'' mencatat bahwa ia memilih suksesornya atas perintah dari istrinya [[Yesui|Yisui]] sembari mempersiapkan kampanye Khwarezmia pada tahun 1219. Di sisi lain, Rashid al-Din menyatakan bahwa keputusan tersebut dibuat sebelum [[penaklukan Xia Barat oleh Mongol|kampanye akhir khan melawan dinasti Xia]].{{sfnm|Ratchnevsky|1991|1p=125|May|2018|2p=69}} Terlepas dari tanggalnya, terdapat lima orang calon suksesor potensial, yakni empat putra dari Jenghis Khan dan saudara bungsunya Temüge, yang memiliki klaim terlemah dan tidak pernah dipertimbangkan secara serius.{{sfn|May|2018|p=69}} Meskipun terdapat kemungkinan besar bahwa Jochi, yang lahir setelah Börte diculik dan dirudapaksa oleh anggota dari suku [[Merkit]], merupakan [[anak haram]], Jenghis tidak terlalu mengkhawatirkan hal tersebut.{{sfnm|Mote|1999|1p=434|May|2018|2p=69|Favereau|2021|3p=65}} Meskipun demikian, ia dan Jochi menjadi makin berjarak seiring berjalannya waktu. Hal tersebut disebabkan oleh keputusan Jochi untuk menetap dan mengembangkan apanasenya sendiri. Tindakannya pada [[Pengepungan Gurganj]], di mana ia enggan menghancurkan sebuah kota kaya yang kemudian menjadi bagian dari wilayahnya sehingga membuatnya gagal untuk memberikan sebagian pampasan perang kepada Jenghis, juga makin memperburuk ketegangan.{{sfnm|Barthold|1992|1pp=457–458|Favereau|2021|2pp=61–62}} Jenghis juga marah terhadap penolakan Jochi untuk menghadiri sebuah [[kurultai]] pada tahun 1223, diduga karena ia sibuk berburu, dan sempat mempertimbangkan untuk mengutus Ögedei dan Chagatai guna menjemputnya, sebelum datang kabar bahwa Jochi telah meninggal akibat sebuah penyakit serius.{{sfnm|Ratchnevsky|1991|1pp=136–137|Atwood|2004|2pp=278–279}}
 
Sikap Chagatai terhadap kemungkinan suksesi oleh Jochi—ia menjuluki kakaknya sebagai "bajingan Merkit" dan berkelahi dengannya di depan ayah mereka—membuat Jenghis memandang Chagatai sebagai sosok yang tidak kenal kompromi, arogan, dan berpikiran sempit, walaupun Chagatai sangat memahami [[Yassa|hukum adat Mongol]].{{sfnm|Atwood|2004|1p=81|May|2018|2p=69}} Penyingkiran Chagatai pun menyisakan Ögedei dan Tolui sebagai dua calon utama. Tolui sangat unggul dalam hal militer. Kampanye Tolui di Khorasan berhasil memecah Kekaisaran Khwarezmia, sementara Ögedei sangat kurang mampukapabel sebagai seorang komandan dan dikenal suka minum berlebihan bahkan menurut standar Mongol.{{sfnm|May|2018|1p=69–70|Barthold|1992|2p=463|Atwood|2004|3p=418}} Namun, Ögedei sangat disukai oleh semua warga di negaranya dan dikenal berkat kedermawanan, keberanian, dan kesediaannya untuk menjadi penengah dan berkompromi. Sadar akan kekurangannya di bidang militer, Ögedei pun menaruh kepercayaan pada para bawahannya yang handal. IaÖgedei juga lebih mungkin melestarikan tradisi Mongol dibandingkan Tolui, yang istrinya Sorghaghtani, yang menganut [[Kristen Nestorian]], menjadi pelindung dari sejumlah agama lain.{{sfnm|Ratchnevsky|1991|1pp=126–128|May|2018|2pp=69–70|Boyle|2007|3pp=540–541|Barthold|1992|4p=463}}
 
Tolui mendampingi ayahnya Jenghis Khan saat ayahnya gugur pada tahun 1227 selama kampanye melawan Xia. Sebagai putra bungsu, Tolui kemudian menjabat sebagai [[wali raja]] dan mengelola kekaisaran. Kemungkinan berdasarkan tradisi sebelumnya, Tolui juga merumuskan hal-hal yang harus dilakukan setelah khan meninggal. Hal tersebut meliputi penghentian semua tindakan militer ofensif yang melibatkan pasukan Mongol, penetapan masa berkabung yang panjang, yang akan diawasi oleh wali raja, dan penyelenggaraan kurultai untuk mencalonkan dan memilih suksesor.{{sfnm|Atwood|2004|1p=542|May|2018|2pp=68–69}} Bagi Tolui, pun menganggap hal tersebut dianggap sebagai sebuah kesempatan., karena Iaia masih menjadi calon suksesor yang kuat dan mendapat dukungan dari keluarga Jochi. Tiap kurultai umum, yang dihadiri oleh para komandan yang diangkat dan dihargai oleh Jenghis, hampir pasti akan tetap mengamatimenuruti keinginan dari khan yang meninggal dan menunjuk Ögedei sebagai suksesor. Ada pendapat yang menyatakan bahwa keengganan Tolui untuk mengadakanmenyelenggarakan kurultai didorong oleh pengetahuan akan ancaman yang ditimbulkan oleh kurultai tersebut terhadap ambisinya.{{sfnm|Barthold|1992|1p=463|May|2018|2pp=70–71, 94–95}} Pada akhirnya, Tolui harus diyakinkandibujuk oleh birokrat [[Yelu Chucai]] untuk mengadakanmenyelenggarakan kurultai. Pada tahun 1229, Ögedei resmi dinobatkan sebagai khan, dengan Tolui tercatat sebagai orang pertama yang mengakui khan baru tersebut. ''Sejarah Rahasia'', yang ditulis oleh para penulis sejarah yang mendukung Tolui, kemungkinan melebih-lebihkan perannya.{{sfnm|Barthold|1992|1p=463|May|2018|2pp=94–95}}
 
===Masa hidup di bawah Ögedei dan kematian (1229–1232)===
Baris 91:
}}
 
Sisa-sisa [[Dinasti Jin (1115–1234)|dinasti Jin]] di [[Shaanxi]] terbukti sulit untuk ditangani pada awal masa pemerintahan Ögedei, dengan jenderal terkemuka mereka berhasil mengalahkan seorang jenderal Mongol pada tahun 1230 di [[Perlintasan Tong|Perlintasan Tongguan]]. Ögedei kemudian turun langsung ke sana pada musim gugur, dengan didampingi oleh Tolui dan putranya Möngke, yang dibesarkan oleh istri ketiga Ögedei yang tidak memiliki anak, Angqui.{{sfn|Atwood|2004|pp=277, 362}} Banyak peristiwa dalam kampanye tersebut yang saling bertentangan dalam sumber-sumber yang tersedia, karena kesulitan kronologis dan penindasan terhadap informasi yang tabu. Informasi berikut ini adalah garis besar yang dituturkan oleh sejarawan Christopher Atwood. Kekalahan di Perlintasan Tongguan kemungkinan disusul oleh dua kekalahan lain, termasuk satu kekalahan di Subutai. Kekalahan tersebut pun mengancam stabilitas dari pemerintahan Ögedei, sehingga ia akhirnya turun langsung, dengan ditemani oleh keluarga dekatnya.{{sfn|Atwood|2015|pp=264–267}} Sejumlah sumber yang ditulis selama masa pemerintahan dari putra Tolui, Kublai, mengaitkan kekalahan tersebut dengan kepemimpinan Ögedei yang buruk dan memuji Tolui atas kemenangan berikutnya dan atas teguran bijak yang diberikan kepada saudaranya yang mengeluh.{{sfn|Atwood|2015|pp=268–269}}
 
Dengan Perlintasan Tongguan berhasil direbut oleh Jin dan pasukan Mongol mengalami bencana kelaparan di provinsi Shaanxi, paraÖgedei saudaradan Tolui pun menarik diri ke [[Mongolia Dalam]] untuk perencanaanmenyusun rencana. Mereka kemudian memutuskan untuk mengadopsi salah satu gagasanide dari ayah mereka:, dalamyakni dengan [[gerakan menjepit]] masif, Tolui, didampingi oleh Subutai dan Shigi Qutuqu, akan melintasimenghindari Tongguan dengan mendorongcara melewati [[dinasti Song Selatan|wilayah kekuasaan Song]] ke selatan dari Shaanxi, sementara Ogedei berkirabbergerak menuju ibikotaibu kota Jin [[Kaifeng]] dimelalui sepanjangtepi [[Sungai Kuning]].{{sfnm|Atwood|2015|1pp=270–271|Sverdrup|2017|2pp=233–238}} Strategi berresikoberisiko tersebut terbayarkan—meskipunpun pasukanmembuahkan Toluihasil—meskipun pasukannya diduga menderita kerugiankelaparan sehingga mereka terpaksa melakukan [[kanibalisme]]—ia—Tolui berhasil mewujudkanmengumpulkan tujuan-tujuanperbekalan terhadapdari wilayah Song yang takbelum tersentuh, melintasimenyeberang kembali ke provinsi Jin [[Henan]], dan menghadapi musuh [[Pertempuran Sanfengshan|di Gunung Sangfeng]] pada tanggal 9 Februari 1232. TentaraKarena Toluijumlah kalahpasukannya jumlahjauh olehlebih ketimpanganbanyak besardaripada jumlah pasukan Tolui, Jin pun mengancam untukakan [[kekerasan seksual masa perang|merudapaksa seluruh prajurit wanita Mongol]] dalam ketentaraan. UsaiSetelah pasukan Toluiberhasil meraih kemenangan, merekapasukan Tolui membalasnya dengan men[[sodomi]] seluruh pasukan Jin.{{sfnm|Atwood|2015|1pp=271–272|Sverdrup|2017|2pp=250–252}} Keberhasilan Toluitersebut pun memperkuat pendiriannyaposisi dalamTolui di istana Mongol, sementara penampilanperforma militer Ogedei melemahkanyang biasa-biasa saja makin memperlemah dirinya sendiri.{{sfn|Atwood|2015|pp=272–273}}
 
Tolui wafat setahun kemudian dengan alasan misterius di dekat [[Beijing]]. Ia bergerak menuju utara dengan abangnya kala Subutai [[Pengepungan Kaifeng oleh Mongol|mengepung Kaifeng]].{{sfnm|Man|2004|1pp=|Atwood|2004|p=418}} Menurut catatan resmi dalam ''Sejarah Rahasia'', ia mengorbankan nyawanya dalam [[shamanisme|upacara shamanik]] untuk menyelamatkan Ögedei, yang dikutuk oleh arwah-arwah penasaran Tiongkok Jin. Meskipun para shaman berniat untuk menyingkirkan arwah-arwah dengan pemberian rampasan, ternak atau masyarakat umum, mereka hany berkehendak untuk menerima seorang anggota keluarga kekaisaran.{{sfn|de Rachewiltz 2015|loc=§272}} Tolui dikatakan sukarela menerima nasib tersebut, sesuai dengan nubuat yang diduga dibuat olehnya pada masa hidup ayahnya, sebuah kisah aneh yang menimbulkan kecurigaan bahwa yang menyatakan agar Ögedei telah membunuh Tolui.{{sfnm|Atwood|2004|1p=542|Atwood|2008|2p=193|May|2018|3pp=97–98}} Atwood berpendapat bahwa dugaan tersebut merupakan tujuan yang ditujukan pada ''Sejarah Rahasia'', yang ditulis di bawah perlindungan para keturunan Tolui yang ingin secara halus menyudutkan para pesaing Ögedeid mereka.{{sfn|Atwood|2008|pp=198–202}} Ia mencetuskan agar memberikan pernyataan bahwa kematiannya disebabkan oleh mabuk, sesuai yang dituturkan oleh Juvayni, menjadi lebih memungkinkan. Meskipun demikian, penjelasan resmi yang dicetuskan oleh Sorghaghtani mengukuhkan pendirian keluarganya di puncak kekuasaan Mongol.{{sfnm|Atwood|2008|1pp=199–202|Atwood|2015|2pp=273–274}}