Abdurrahman Batuhampar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
MarDumai (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
MarDumai (bicara | kontrib)
 
Baris 17:
 
==Riwayat hidup==
Abdurrahman lahir dari pasangan Abdullah Rajo Bintan dan Tuo Tungga. Pengajaran agama pertama ia peroleh kepada seorang ulama bergelar ''Baliau Galogandang'' di [[Rambatan, Tanah Datar|Rambatan]], [[Tanah Datar]]. Abdurrahman kemudian melanjutkan pendidikan di [[Tapak Tuan]], [[Aceh]]. Setelah bertahun-tahun belajar di Galogandang dan Tapak Tuan, ia memutuskan untuk memperdalam ilmu agama di [[Makkah]].<ref name="b1">{{cite web|url=https://tarbiyahislamiyah.id/syekh-batu-hampar-dan-jejak-tokoh-pendidikan-tradisional-surau-di-pedalaman-minangkabau/|title=Syekh Batu Hampar dan Jejak Tokoh Pendidikan Tradisional Surau di Pedalaman Minangkabau|last=Putra|first=Apria|author-link=Apria Putra|date=24 September 2019|website=Tarbiyah Islamiyah|access-date=13 Juni 2024}}</ref>
 
Sesampainya di Makkah, ia bertemu dengan [[Ismail Al-Khalidi Al-Minangkabawi|Syekh Ismail al-Minankabawi]]. Melalui Syekh Ismail, Syekh Abdurrahman mengambil baiat Naqsyabandiyah dan [[Tarekat Syadziliyah|Syaziliyah]].{{sfn|Chairullah|2016|p=172-173}} Selain Syekh Ismail, ia juga belajar kepada beberapa ulama Makkah seperti [[Syekh Daud Al-Fatani|Syekh Daud al-Fatani]], Syekh Usman bin Hasan ad-Dimyati, Syekh Muhammad Said al-Qudsi, Syekh Muhammad Salih bin Ibrahim ar-Rais, Syekh Ahmad al-Marzuqi, dan lain-lain.<ref name="b2">{{cite web|url=https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/syekh-abdurrahman-1777-1899.html|title=Syekh Abdurrahman (1777—1899)|last=Fadlly|first=Harits|date=9 Januari 2018|website=Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur'an Kementerian Agama Republik Indonesia|access-date=13 Juni 2024}}</ref>