Kota Bitung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Menurut sejarah aslinya yang secara turun menurun
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 51:
{{lihat juga|Kabupaten Minahasa#Sejarah}}
 
Menurut cerita sejarah, nama '''Bitung''' diambil dari nama sebuah pohon ( ''Barringtonia asiatica'' (''L'') yang banyak tumbuh di daerah utara Jazirah Pulau Sulawesi. Penduduk yang pertama yang memberikan nama Bitung adalah [[Dotu HermanusSimon Sompotan]]Tudus yang dalam bahasa daerah disebut dengan ''Tundu'anSi Kitare Tumani'' atau pemimpinPemipin Perombak Pertama. [[DotuKetika Hermanusitu Sompotan]]Para tidakPerompak sendiriandari tetapiNegeri padaMindano sering datang dan bersembunyi di tempat tersebut. Pada saat itu diaNegeri datangMinahasa bersamajuga dengansedang [[Dotusibuk Rotti]],mempertahakan [[Dotuperbatasan Wullur]],dari [[Dotu Ganda]],arah [[DotuSelatan Katuuk]],sehingga [[DotuOspor Lengkong]]Palenkahu selaku pemimpin di Tonsea mengadakan sayembara siapa ya berani untuk menumpas para Perompak tersebut. PengertianKemudian kataterpilih ''Dotu''Pemuda adalahyang orangmempunyai pengetahuan yang dituakanluar ataubiasa jugabernama bisaDotu disebutSimon sebagaiTudus gelaria kepemimpinantidak sendirian tetapi pada saat itu, samadia sepertijuga penggunaanmengajak katajuga [[Datuk]]sahabatnya Dotu bagiXaverius orang-orangDotulong yang adaterkenal dijuga [[Sumatra]]memiliki kemampuan yang sangat luar biasa. Mereka semua dikenalberdua dengan sebutanmudahnya 6menumpas Dotupara ''TumaniPerompak Bitung'',dari merekaMindano membukadan sertasebagai menggarapimbalan daerahtempat tersebut agardiberikan menjadikepada daerahDotu yangSimon layakTudus untuksebagai ditempati,harta merekapusakanya semuadan berasalsebai imbalan jasa dari [[Sukutemannya Minahasa]],Dotu etnisFransiskus [[Tonsea]]Xaverius Dotulong yang berjasa membantu maka diberikan separuh dari Pulau yang tepat berada di depan Pesisir Pantai( Sekarang diberi nama Pulau Lembeh) dan beberapa bagian dari tanah pusaka tersebut.{{cn}}
 
Dotu Simon Tudus yang lelah mengolah dan menanam Pohon-pohon Kelapa merasa lelah dan tidur di bawah sebuah Pohon Bitung yang sudah sangat Tua dan Besar di dalam tidurnya dia mendapat Penglihatan di Pohon Tersebut datang hinggap berbagai macam burung-burung dari yang berukuran besar sampai yang terkecil, tersadar dari mimpinya Dotu Simon Tudus paham di tanah yang diberikan secara adat miliknya akan banyak kedatangan orang-orang dari berbagai asal yang akan menduduki bahkan mengakui serta memutarbalikan sejarah demi merampas hak dari tanah pusakanya dengan ini Dotu Simon Tudus memberikan nama Bitung yang nantinya menjadi Negeri Bitung..
Daerah pantai yang baru ini ternyata banyak menarik minat orang untuk datang dan tinggal menetap sehingga lama kelamaan penduduk Bitung mulai bertambah. Sebelum menjadi kota, Bitung hanyalah sebuah desa yang dipimpin oleh [[Arklaus Sompotan]] sebagai [[Hukum Tua]] (Lurah) pertama desa Bitung dan memimpin selama kurang lebih 25 tahun, yang pada saat itu Desa Bitung adalah termasuk dalam Kecamatan [[Kauditan, Minahasa|Kauditan]].
 
Dotu Simon Tudus menetap dan juga terus merombak tanah-tanah yang disebut Tumani atau Merombak Tanah. Anak-anak dari Simon Tudus ada yang sudah dibetikan Pusaka atau Budel di Kaima desa asal dari Dotu Simon Tudus namun salah satu anak perempuanya bernama Mitji Tudus diberikan Pusaka atau Budel atas tanah adat yang sekarang menjadi Negeri Bitung. Kemudian kawin dengan bernarga Oley Kemudian anak mereka Kawin dengan Martinus Langelo dan anak tertuanya adalah Leindert Langelo yang lebih di kenal dengan panggilan Singal atau opa Singal oleh keturunannya.
 
Pengertian kata ''Dotu'' adalah orang yang dituakan atau juga bisa disebut sebagai gelar kepemimpinan pada saat itu, sama seperti penggunaan kata [[Datuk]] bagi orang-orang yang ada di [[Sumatra]], mereka membuka serta menggarap daerah tersebut agar menjadi daerah yang layak untuk ditempati, mereka semua berasal dari [[Suku Minahasa]], etnis [[Tonsea]].{{cn}}
 
Daerah pantai yang baru ini ternyata banyak menarik minat orang untuk datang dan tinggal menetap sehingga lama kelamaan penduduk Bitung mulai bertambah. Sebelum menjadi kota, Bitung hanyalah sebuah desa yang dipimpin oleh [[ArklausHendrikus Sompotan]]Langelo(Opo Langi) adik dari Martinus Langelo(Pewaris sah dari Dotu Simon Tudus sebagai [[Hukum Tua]] (Lurah) pertama desa Bitung dan memimpin selama kurang lebih 25 tahun, yang pada saat itu Desa Bitung adalah termasuk dalam Kecamatan [[Kauditan, Minahasa|Kauditan]].
 
Dari Sekitar tahun 1940-an, para pengusaha perikanan yang mengusahakan [[Laut Sulawesi]] tertarik dengan keberadaan Bitung dibandingkan [[Kema]] (di wilayah [[Kabupaten Minahasa Utara]] sekarang) yang dulunya merupakan pelabuhan perdagangan, karena menurut pandangan mereka Bitung lebih strategis dan bisa dijadikan pelabuhan pengganti Kema. Seiring dengan perkembangan, Bitung sebagai suatu kawasan yang strategis serta jumlah penduduk yang semakin bertambah. dengan pesatnya sekarang, maka Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1975 tanggal [[10 April]] [[1975]] Bitung diresmikan sebagai Kota Administratif pertama di Indonesia.{{cn}}