Hamid Fahmy Zarkasyi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Pemikiran dan karya tulis: perbaikan referensi |
Pengembangan subbab pemikiran dan karya |
||
Baris 21:
== Pemikiran dan karya tulis ==
=== Deliberalisasi dan Dewesternisasi ===▼
=== Kritik terhadap Westernisasi (Dewesternisasi) ===
Hamid menekankan problem konsep Tuhan yang terdapat dalam tradisi intelektual Barat, ia menggaris bawahi sikap manusia Barat yang meletakkan posisi teologi sebagai hal yang hanya bisa dipahami lewat iman, sementara filsafat hanya dengan akal.<ref>{{Cite book|last=Zarkasyi|first=Hamid Fahmy|date=2012|url=https://books.google.co.id/books/about/Misykat.html?id=u4iCMAEACAAJ|title=Misykat: refleksi tentang Islam, westernisasi & liberalisasi|publisher=Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations|isbn=978-602-19985-0-2|language=id}}</ref> Sebagai hasil, intelektualitas di peradaban Barat diskusi filsafat dan sains berdiri saling berlawanan. Dalam bukunya, ''Misykat'', Hamid menulis:{{quote|Sejak awal era modern, Francis Bacon (1561-1626) menggambarkan ''mindset'' manusia Barat begini: ''Theology is known by faith but philosophy should depend only upon reason.'' Maknanya, teologi di Barat tidak masuk akal dan berfilsafat tidak bisa melibatkan keimanan pada Tuhan....Tuhan tidak lagi berkaitan dengan ilmu, dunia empiris...Akhirnya Barat kini, dalam bahasa Nietzsche, sedang "menempuh ketiadaan yang tanpa batas."{{efn|Zarkasyi, Misykat, 2012, pp. 17}}}}Ketika pemikiran Barat masuk ke dalam semesta intelektualitas Muslim Indonesia, dalam pandangan Hamid, yang terjadi ialah diskursus teologi yang menggugat sifat Tuhan sebagai entitas maha kuasa, dan diskursus memisahkan antara ketuhanan sebagai akar peradaban dengan peradaban itu sendiri. Pemisahan ini lazim dikenal dengan istilah sekularisasi.<ref name=":32">{{Cite book|last=Al-Attas|first=Syed Muhammad Naquib|date=2023-08-19|url=https://books.google.co.id/books/about/Islam_and_Secularism.html?id=EVcb0AEACAAJ|title=Islam and Secularism|publisher=Qadeem Press|isbn=978-81-19024-34-6|language=en}}</ref>
Hamid menegaskan, bahwa sekularisasi menggeser wahyu dan intelek dari epistemologi. Tergesernya 2 hal ini juga ikut menggeser kesakralan agama sebagai sumber ilmu, sehingga kebenaran agama pun diragukan, seperti juga hal-hal lain yang mengajarkan nilai kebenaran yang mutlak, semua kebenaran menjadi relatif.<ref name=":32" /> Orang beragama yang sekuler, menurut Hamid, akhirnya mengikuti logika relativis, membujuk manusia beragama menjadi ateis epistemologi, yang menolak peran Tuhan pada tingkat keilmuan. Hamid menulis:{{quote|Mungkin karena tidak ada ilmu dalam teologi akhirnya tidak ada Tuhan dalam ilmu (''godless''). Jadi ateis di zaman modern adalah ateis epistemologi...Orang menjadi ateis bukan hanya karena lemah iman, tapi juga salah ilmu. Ilmunya tidak menambah imannya. Epistemologinya tidak teologis dan teologinya tidak epistemologis. Dalam Islam, hati yang tak berzikir adalah mati, dan otak yang tidak bertafakkur akan kufur.{{efn|Zarkasyi, Misykat, 2012, pp. 69}}}}Untuk "membalik" efek liberalisasi dan westernisasi ini, Hamid mengajukan dewesternisasi dan deliberalisasi dengan program Islamisasi<ref>{{Cite web|last=Salim|first=Moh. Syam'un|date=2022-02-12|title=Prof. Hamid: Cerminan Imbangnya Kekayaan Turats dan Penguasaan Wacana Kontemporer|url=https://insists.id/prof-hamid-cerminan-imbangya-kekayaan-turats-dan-penguasaan-wacana-kontemporer/|website=INSISTS|language=|access-date=2024-07-09}}</ref> yang berasal dari pandangan hidup (''worldview'') Islam yang pertama kali digagas oleh Al-Attas dan cendekiawan Muslim lain, seperti Ismail Raji al-Faruqi.<ref name=":42">{{Cite book|last=Zarkasyi|first=Hamid Fahmy|date=2020|url=https://www.google.com/books/edition/Minhaj_berislam/KP9fzQEACAAJ?hl=en|title=Minhaj berislam: dari ritual hingga intelektual|publisher=Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization|isbn=978-602-52894-3-9|language=id}}</ref>
Istilah "Islam Liberal" mulai populer sejak tahun 2004 melalui kajian keislaman di kampus-kampus besar Islam di Indonesia.<ref>{{Cite book|last=Dzulhadi|first=Qosim Nursheha|date=2013|url=https://books.google.co.id/books/about/Membongkar_kedok_liberalisme_di_Indonesi.html?id=0eYwlwEACAAJ|title=Membongkar kedok liberalisme di Indonesia: study kritis pemikiran sekularisme, pluralisme & liberalisme|publisher=Cakrawala Publishing|isbn=978-602-205-011-7|language=id}}</ref> Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa corak Islam Liberal sudah terlihat sejak tahun 1990 - 2000 dengan polemik teologi rasional [[Muktazilah|Mu'tazilah]] yang dikemukakan oleh [[Harun Nasution]],<ref>{{Cite book|last=Nasution|first=Harun|date=1979|url=https://books.google.co.id/books/about/Islam_ditinjau_dari_berbagai_aspeknya.html?id=ONf2vwEACAAJ|title=Islam ditinjau dari berbagai aspeknya|publisher=Universitas Indonesia|language=id}}</ref> yang kemudian memperoleh kritik dari [[Mohammad Rasjidi]].<ref>{{Cite book|last=Rasyidi|first=M.|date=1977|url=https://books.google.co.id/books/about/Koreksi_terhadap_Dr_Harun_Nasution_tenta.html?id=GMuOGwAACAAJ|title=Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution tentang Islam ditinjau dari berbagai aspeknya|publisher=Bulan Bintang|language=id}}</ref>
Baris 43 ⟶ 49:
* [https://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/14/09/12/nbrv8g4-dr-hamid-fahmy-zarkasyi-awal-menciptakan-peradaban Dr Hamid Fahmy Zarkasyi: Awal Menciptakan Peradaban] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180906013938/https://republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/14/09/12/nbrv8g4-dr-hamid-fahmy-zarkasyi-awal-menciptakan-peradaban |date=2018-09-06 }}, Republika, 12 September 2014
== Catatan kaki ==
== Referensi ==
|