Rasisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
add content : bagaimana rasisme dilakukan ? & tipe tipe rasisme
add content : peristiwa sejarah yang di sebabkan rasisme
Baris 53:
* '''[[:en:Racialization#Racialization_of_religion|Racialization dalam agama]]''' : Grup religious dapat juga melalui proses racialization.<ref>Gans, Herbert J. (2017). "Racialization and racialization research". ''Ethnic and Racial Studies''. '''40''' (3): 341–352. doi:[[doi:10.1080/01419870.2017.1238497|10.1080/01419870.2017.1238497]]. ISSN 1466-4356. S2CID 152204468.</ref> Pemeluk agama Judaism, Islam, and Sikhism dapat di racist-kan saat mereka melihat diri mereka memiliki karakteristik tertentu secara fisik (perilaku, bentuk pakaian, rambut, jenggot), meskipun faktanya banyak individu pemeluk agama tersebut tidak memiliki karakteristik fisik tersebut.<ref>Meer, Nasar (2013-03-01). "Racialization and religion: race, culture and difference in the study of antisemitism and Islamophobia". ''Ethnic and Racial Studies''. '''36''' (3): 385–398. doi:10.1080/01419870.2013.734392. ISSN 0141-9870. S2CID 144942470.</ref><ref>Joshi, Khyati Y. (2006-09-01). "The Racialization of Hinduism, Islam, and Sikhism in the United States". ''Equity & Excellence in Education''. '''39''' (3): 211–226. doi:10.1080/10665680600790327. ISSN 1066-5684. S2CID 145652861.</ref>
* '''[[:en:Forced_conversion|Forced conversion]]''' : Forced conversion adalah adopsi agama atau non-agama dibawah tekanan. Tiga agama utama yang diklasifikasikan sebagai agama missionary adalah Buddhism, Christianity, dan Islam,sedangkan agama non-missionary seperti Judaism, Zoroastrianism, dan Hinduism. Banyak sejarawan memandang bahwa pergantian Constantinian menjadi Christianity mengubah Cristian dari sebuah ''persecuted religion'' (agama yang sering di menjadi agama yang mampu mem-perse) menjadi agama yang mampu mem-persekusi dan terkadang berambisi untuk mempersekusi. Dalam Buddism berdasarkan Chin Human Rights Organisation CHRO),Christians, Chin ethnic minority group di Myanmar menghadapi pemaksaan pindah agama ke Buddha oleh actor dan program negara. Sedangkan dalam Islam, setelah Arab menaklukkan banyak suku Christian Arab yang menderita perbudakan dan membuat pindah agama secara paksa.kusi dan terkadang berambisi untuk mempersekusi. Dalam Buddism berdasarkan Chin Human Rights Organisation (CHRO),Christians, Chin ethnic minority group di Myanmar menghadapi pemaksaan pindah agama ke Buddha oleh actor dan program negara. Sedangkan dalam Islam, setelah Arab menaklukkan banyak suku Christian Arab yang menderita perbudakan dan membuat pindah agama secara paksa.
* '''[[:en:Racialization#Racialization_of_labor|Racialization daridalam pekerjaan]]''' : Marta Maria Maldonado telah mengidentifikasi ''racialization'' di pekerjaan untuk mengembangkan pemisahan dan memposisikan pekerja berdasarkan perbedaan persepsi ras.<ref>Maldonado, Marta Maria (July 2009). "'It is their nature to do menial labour': The racialization of 'Latino/A workers' by agricultural employers". ''Ethnic and Racial Studies''. '''32''' (6): 1026. doi:10.1080/01419870902802254. S2CID 143635150. <q>'It is their nature to do menial labour': the racialization of 'Latino/a workers' by agricultural employers</q></ref> ''Racialization'' dari pekerjaan ini dikatakan untuk memproduksi sebuah pengaturan hirarki yang membatasi agen employee dan mobility berdasarkan race mereka. Proses dari racialization diperkuat melalui ''presupposed'', kualitas tertentu dimana orang yang di ''racialized'' dipaksa untuk membuat dirinya diterima oleh yang me-rasis-kan.<ref>Maldonado, Marta Maria (Winter 2006). "Racial Triangulation of Latino/a Workers by Agricultural Employers". ''Human Organization''. '''65''' (4): 360. doi:10.17730/humo.65.4.a84b5xykr0dvp91l.</ref>
 
=== Policy (Aturan) ===
Baris 101:
 
=== Kenegaraan ===
{{Main|en:Racism#State-sponsored racism, en:Nationalism, en:Forced assimilation, en:Ethnic cleansing, en:Genocide, en:Racial nationalism,en:Ethnic nationalism}}
 
State racism (rasisme negara/daerah) marupakan institusi dan perbuatan dari sebuah bangsa/negara/daerah yang berdasarkan ideologi racist. Hal ini sudah dimainkan dalam banyak peran di instansi ''settler colonialism'' (penjajah) mulai dari United States sampai Australia.{{Fact}} Hal ini juga berperan di regime Nazi German, regime fascist seluruh Eropa dan selama awal tahun periode Showa di Japan. Pemerintahan ini mendukung dan mengimplementasikan ideologi dan aturan yang berbentuk racist, ''xenophobic'' (anti orang asing) dan ''genocidal'' (pembersihan race lain) terutama Nazism.<ref>Russel, Edward (2002). The Knights of Bushido. p. 238.; Bix, Herbert (2001). [[:en:Hirohito_and_the_making_of_modern_Japan|Hirohito and the making of modern Japan]]. pp. 313–314, 326, 359–360.; Wolferen, Karel van (1989). The Enigma of Japanese Power. pp. 263–272.</ref><ref>Paulino, Edward (December 2006). "Anti-Haitianism, Historical Memory, and the Potential for Genocidal Violence in the Dominican Republic". ''Genocide Studies International''. '''1''' (3): 265–288. doi:10.3138/7864-3362-3R24-6231. eISSN 2291-1855. ISSN 2291-1847.</ref>
 
'''Nasionalisme''' adalah sebuah ide dan gerakan yang memegang bahwa nation (bangsa) harus sejalan dengan negara.<ref>Hechter, Michael (2000). ''[https://books.google.com/books?id=O3jnCwAAQBAJ Containing Nationalism]''. Oxford University Press. p. 7. ISBN <bdi>978-0198297420</bdi>.</ref><ref>Gellner, Ernest (1983). ''[https://books.google.com/books?id=XPHpUSUAsF0C Nations and Nationalism]''. Cornell University Press. p. 1. ISBN <bdi>978-0801475009</bdi>.</ref> Sebagai suatu gerakan, hal ini menganggap keberadaan<ref>Brubaker, Rogers (1996). ''Nationalism reframed: Nationhood and the national question in the New Europe''. Cambridge University Press. p. 15. ISBN <bdi>978-0-521-57649-9</bdi>.</ref> dan kecenderungan untuk mempromosikan kepentingan dari suatu bangsa,<ref>Smith, Anthony. Nationalism: Theory, Ideology, History. Polity, 2010. pp. 9, 25–30; James, Paul (1996). [https://www.academia.edu/40353321 Nation Formation: Towards a Theory of Abstract Community]. London: Sage Publications. Archived from the original on 6 October 2021. Retrieved 15 September 2019.</ref> terutama untuk tujuan mendapatkan dan menjaga otonomi atau ''sovereignty'' (self-governance, pemerintahan sendiri) melalui mempersepsikan sebagai “rumah” atau ''homeland'' untuk menciptakan sebuah bangsa-negara. Hal ini memegang  bahwa bangsa harus dapat mengatur sendiri, bebas dari campur tangan dari luar (self-determination), sebuah bangsa alami dan ideal untuk dasar dari sebuah ''polity'' (politik organisasi, pemerintahan)<ref>Finlayson, Alan (2014). "[https://books.google.com/books?id=4PsjAwAAQBAJ 5. Nationalism]". In Geoghegan, Vincent; Wilford, Rick (eds.). ''Political Ideologies: An Introduction''. Routledge. pp. 100–102. ISBN <bdi>978-1317804338</bdi>.</ref> dan bangsa adalah satu-satunya sumber politik yang diperbolehkan.<ref>Smith, Anthony. ''Nationalism: Theory, Ideology, History''. Polity, 2010. pp. 9, 25–30; </ref><ref>Yack, Bernard. ''Nationalism and the Moral Psychology of Community''. University of Chicago Press, 2012. p. 142</ref> Hal ini menargetkan hal yang lebih jauh seperti membangun dan menjaga sebuah kesatuan identitas nasional, berdasarkan kombinasi dari berbagai karakter masyarakat seperti budaya, etnis, lokasi geografi, bahasa, politik (atau suatu pemerintahan), agama, tradisi dan kepercayaan di dalam sebuah bagian kesatuan sejarah<ref>Triandafyllidou, Anna (1998). "National Identity and the Other". ''Ethnic and Racial Studies''. '''21''' (4): 593–612. doi:10.1080/014198798329784.</ref><ref>Smith, A.D. (1981). ''The Ethnic Revival in the Modern World''. Cambridge University Press.</ref> serta untuk mempromosikan persatuan nasional atau solidaritas.<ref>Smith, Anthony. ''Nationalism: Theory, Ideology, History''. Polity, 2010. pp. 9, 25–30; </ref> Ada berbagai definisi dari “nation” atau bangsa, yang mana mengerah ke tipe-tipe yang berbeda dari nasionalisme.<ref>Mylonas, Harris; Tudor, Maya (2023). "[https://www.cambridge.org/core/elements/varieties-of-nationalism/479019877D9D7F0504AD64F6D9AF102B Varieties of Nationalism: Communities, Narratives, Identities]". ''Cambridge University Press''. doi:10.1017/9781108973298. ISBN <bdi>9781108973298</bdi>. S2CID 259646325. Archived from the original on 7 July 2023. Retrieved 4 July 2023. <q>a broad scholarly consensus that the nation is a recent and imagined identity dominates political science</q></ref> Dua bentuk utama adalah ''ethnic nationalism'' dan ''civic/democratic nationalism''.
 
* '''[[:en:Racial_nationalism|Racial nationalism]]''' adalah sebuah ideologi yang mendukung bahwa ras sebagai identitas bangsa/nasional. Racial nationalism menginginkan untuk menjaga kemurnian ras ("racial purity") dari suatu bangsa melalui aturan seperti banning banning race mixing (memblok pencampuran ras) dan imigrasi dari ras lain. Untuk menciptakan pembenaran dari aturan seperti itu, racial nationalism sering mempromosikan eugenics (pernikahan selektif), dan mendukung solusi politik dan legislative berdasarkan eugenic dan teori ras yang lain.<ref>Turda, Marius; Weindling, Paul J., eds. (2007). Blood and Homeland: Eugenics and Racial Nationalism in Central and Southeast Europe, 1900–1940. Budapest: Central European University Press. <nowiki>ISBN 9789637326813</nowiki>.</ref>
* '''[[:en:Ethnic_nationalism|Ethnic nationalism]],''' juga dikenal dengan ethnonationalism''','''<ref>Leoussi, Athena, ed. (2001). ''[https://books.google.com/books?id=9_vuJusOJkMC Encyclopedia of Nationalism]''. New Brunswick, NJ: Transaction Publishers. ISBN <bdi>9781412822558</bdi>.</ref> adalah sebuah bentuk nationalism dimana bangsa dan kebangsaan di definisikan dalam istilah ke-etnis-an,<ref>Smith, Anthony D. (1987) [1986]. ''The Ethnic Origins of Nations''. Oxford and New York: Blackwell. ISBN <bdi>9780631152057</bdi>.p. 134-138, 144–149.</ref><ref>Smith, Anthony D. (2009). ''[https://books.google.com/books?id=nAaTAgAAQBAJ Ethno-symbolism and Nationalism: A Cultural Approach]''. London and New York: Routledge. ISBN <bdi>9781135999483</bdi>.p. 61-80.</ref> dengan focus pada pendekatan ethnocentric (dan dalam beberapa kasus ethnocratic) terhadap berbagai masalah politik yang berhubungan dengan afirmasi kebangsasaan suatu grup etnis.<ref>Smith, Anthony D. (1981). ''[https://books.google.com/books?id=Pks7AAAAIAAJ The Ethnic Revival in the Modern World]''. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN <bdi>9780521232678</bdi>.p. 18</ref><ref>Roshwald, Aviel (2001). ''Ethnic Nationalism and the Fall of Empires: Central Europe, the Middle East and Russia, 1914–1923''. London and New York: Routledge. ISBN <bdi>9781134682539</bdi>.</ref> Prinsip utama dari ethnic nationalists adalah bahwa ''"nations are defined by a shared heritage, which usually includes a common language, a common faith, and a common ethnic ancestry"'' (bangsa adalah didefinisikan dari peninggalan Bersama, dimana biasanya memasukkan persamaan Bahasa, keyakinan dan peninggalan etnis leluhur).<ref>Muller, Jerry Z. (2008). [https://www.jstor.org/stable/20032578 "Us and Them: The Enduring Power of Ethnic Nationalism"]. ''Foreign Affairs''. '''87''' (2): 18–35. JSTOR 20032578.</ref> Etnis lain mungkin diklasifikasikan sebagai second-class citizens.<ref>Rangelov, Iavor (2013). ''Nationalism and the Rule of Law: Lessons from the Balkans and Beyond''. Cambridge University Press. pp. 19–44. doi:10.1017/CBO9780511997938. ISBN <bdi>9780511997938</bdi>.</ref><ref>Yilmaz, Muzaffer Ercan (2018). [[doi:10.30626/tesamakademi.393051|"The Rise of Ethnic Nationalism, Intra-State Conflicts and Conflict Resolution".]] ''Journal of TESAM Akademy''. '''5''' (1): 11–33. doi:10.30626/tesamakademi.393051.</ref>
 
[[Berkas:Blomsterbarn og Kongen (10308485073).jpg|jmpl|The Sámi people have been victim to forced assimilation tactics by the governments of Norway, Sweden, Finland, and Russia during the 19th and first half of the 20th century. Today, their culture and languages are instead promoted, legally protected, and taught in schools.]]
'''Forced assimilation''' adalah proses asimilasi yang dipaksakan, dapat berupa asimilasi agama atau grup etnis minoritas. Mereka dipaksa oleh pemerintah untuk mengadopsi bahasa, identitas nasional, norma,''mores'', budaya, tradisi, nilai, mentality, persepsi, jalan hidup, dan seringkali agama serta ideologi yang berasal dari komunitas yang sudah berdiri dan pada umumnya lebih besar serta berbudaya dominan.
Baris 161 ⟶ 166:
#* Internalized racial inferiority : menerima dan berbuat sesuai dengan definisi diri yang ditanamkan oleh ras yang dominan yakni menjadi ras yang inferior atau ras yang lebih rendah.
#* Internalized racial superiority : kebalikan dari internalized racial inferiority yakni menerima dan berbuat sesuai definisi diri yang ditanamkan ras dominan sebagai ras yang superior atau ras yang lebih tinggi.<ref>{{Cite journal|last=RSJI (Racial & Social Justice Initiative)|date=Agustus 2021|title=4 TYPES OF RACISM|url=https://www.seattle.gov/documents/Departments/RSJI/Resources/RSJI-4-Types-of-Racism-August-2021-City-of-Seattle-Office-for-Civil-Rights.pdf|journal=RSJI City of Seattle Office for Civil Rights}}</ref>
 
== Peristiwa sejarah yang disebabkan rasisme ==
 
=== Aturan rasial Nazi Germany dan Holocaust ===
{{Main|en:Racial policy of Nazi Germany, en:The Holocaust}}
Aturan rasist Nazi German adalah aturan dan hukum yang di impementasikan di dalam Nazi German dibawah ke-diktatoran Adolf Hitler, berdasarkan pseudoscientific and racist doctrines menyatakan bahwa "Aryan race" adalah superior dan di klaim kebenarannya secara scientific. Hal ini juga di kombinasikan dengan program ''eugenics'' yang mempunyai target untuk "racial hygiene" dengan cara ''compulsory sterilization'' dan pemusnahan yang di lihat sebagai ''Untermenschen''  ("''sub-humans''"), yang mana berakhir dengan ''Holocaust''.
 
Holocaust adalah genosida dari jews di eropa selama perang dunia ke II. Antara tahun 1941-1945, Nazy german dan yang berkolaberasi secara sistematis membunuh enam juta jews di bagian eropa yang dikuasai German, atau sekitar 2/3 populasi Jews di eropa.
 
=== Special settlements di Soviet Union (hunian spesial) ===
{{Main|en:Special settlements in the Soviet Union}}
[[:en:Special_settlements_in_the_Soviet_Union|Special settlements di Soviet Union]] merupakan hasil dari populasi transfer (transmigrasi) dan di lakukan dalam operasi yang terorganisir dan berkelanjutan menurut kelas social atau kebangsaan yang di deportasi/dipindahkan. Memindahkan “kelas musuh” seperti prosperous peasants (petani) dan seluruh populasi etnis tertentu adalah metode dari political repression in the Soviet Union, walaupun terpisah dengan penal labor (kerja paksa tawanan) dari system Gulag. Pemukiman paksa memainkan peran dalam kolonisasi daerah Soviet Union yang masih perawan.
 
Sebagai masyarakat kelas dua, orang yang deportation (dipindahkan) di desain sabagai "special settlers" atau penghuni special dilarang untuk memegang banyak pekerjaan, Kembali ke daerah asal,<ref>Rodriguez, Junius (2011). ''Slavery in the Modern World: A History of Political, Social, and Economic Oppression''. ABC-CLIO. p. 179. ISBN <bdi>978-1-85109-783-8</bdi>.</ref> menghadiri sekolah ''prestigious''<ref>Khurshutov, Asan (2007). [https://books.google.com/books?id=UNMjAQAAIAAJ ''Екзамен за второй день четверть'' (in Russian)]. Simferopol: VGMI Tavriya. p. 116. ISBN <bdi>9789664351437</bdi>. OCLC 261297982.</ref> bahkan bergabung dengan program cosmonaut.<ref>Bagalova, Zuleykhan; Dolinova, G.; Samodurov, Yuri (1999). <bdi>Чечня: право на культуру</bdi>. Moscow: Polinform. pp. 44–46. ISBN <bdi>5935160013</bdi>. OCLC 51079021.</ref> Karena special settlement ini disebut tipe apartheid oleh J. Otto Pohl.<ref>Pohl, J. Otto (15 January 2012). "Soviet Apartheid: Stalin's Ethnic Deportations, Special Settlement Restrictions, and the Labor Army: The Case of the Ethnic Germans in the USSR". ''Human Rights Review'': 205–224.</ref>
 
=== Apartheid ===
{{Main|en:Apartheid}}
Apartheid (transl. "separateness", lit. 'aparthood') adalah system institutional racial segregration yang ada di Afrika Selatan dan Afrika Barat Daya (sekarang Namibia) dari tahun 1948-1990-an.{{refn|The [[Population Registration Act, 1950]], the basis for most apartheid legislation, was formally abolished in 1991,<ref>{{cite web |url=https://www.c-span.org/video/?19041-1/repeal-population-registration-act |title=Repeal of Population Registration Act |date=17 June 1991 |publisher=C-Span |access-date=7 June 2018 |archive-date=12 June 2018 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180612140800/https://www.c-span.org/video/?19041-1%2Frepeal-population-registration-act |url-status=live }}</ref><ref name="Abolished">{{cite news|title=South Africa ends racial classifications|last=Myre |first=Greg |url=https://news.google.com/newspapers?nid=1893&dat=19910618&id=3sQfAAAAIBAJ&pg=5582,6356040 |agency=Associated Press|publisher=Southeast Missourian |location=Cape Girardeau |date=18 June 1991|access-date=1 March 2018 |archive-date=8 June 2020 |archive-url=https://web.archive.org/web/20200608230005/https://news.google.com/newspapers?nid=1893&dat=19910618&id=3sQfAAAAIBAJ&pg=5582,6356040 |url-status=live}}</ref> although the country's first non-racial government was not established until [[1994 South African general election|multiracial elections held under a universal franchise]] in 1994.<ref name=Jeffrey>{{cite book|last=Bartusis|first=Mark|editor1-last=Gomez|editor1-first=Edmund|editor2-last=Premdas|editor2-first=Ralph|title=Affirmative Action, Ethnicity and Conflict|date=2012|pages=126–132|publisher=Routledge Books|location=New York|isbn=978-0415627689}}</ref>|name=1990s|group=note}} Apartheid dikarakteristikan dengan budaya politik authoritarian yang berdasarkan ''baasskap'' (lit. 'boss-ship' or 'boss-hood'), yang mana memastikan bahwa politik, social dan ekonomi. Afrika Selatan telah didominasi oleh bangasa minoritas orang berkulit putih.<ref name=":2">Mayne, Alan (1999). ''From Politics Past to Politics Future: An Integrated Analysis of Current and Emergent Paradigms''. Westport, Connecticut: Praeger. p. 52. ISBN <bdi>978-0-275-96151-0</bdi>.</ref> Di dalam system minoritian terdapat social stratifikasi (hirarki social) dan marginalization seperti masyarakat berkulit putih mempunyai status tertinggi setelah itu Indian dan Coloureds lalu Afrikan berkulit hitam.<ref name=":2" /> efek social dan ekonomi masih berjalan sampai hari ini, terutama ke tidak-adilan<ref>Leander (15 June 2015). "[https://web.archive.org/web/20180502210959/http://www.sahistory.org.za/article/despite-1994-political-victory-against-apartheid-its-economic-legacy-persists-haydn-cornish- Despite the 1994 political victory against apartheid, its economic legacy persists by Haydn Cornish-Jenkins]". ''South African History Online''. Archived from the original on 2 May 2018. Retrieved 2 May 2018.</ref><ref>Moeti, Thato (27 April 2018). "[http://www.sabcnews.com/sabcnews/apartheid-legacy-haunts-sa-economy/ Apartheid legacy haunts SA economy]". ''www.sabcnews.com''. SABC News. Archived from the original on 19 November 2018. Retrieved 2 May 2018.</ref><ref>Hirsch, Alan (6 April 2018). "[http://allafrica.com/stories/201804060509.html Ramaphosa's tough job on fixing Apartheid legacy]". ''The Conversation Africa''. AllAfrica.</ref><ref>Msimang, Sisonke (12 December 2017). "[https://www.foreignaffairs.com/articles/south-africa/2017-12-12/all-not-forgiven All Is Not Forgiven: South Africa and the Scars of Apartheid]". ''Foreign Affairs''. No. January/February 2018. ISSN 0015-7120. Retrieved 20 November 2023.</ref>
 
=== Konflik Sampit ===
Konflik Sampit atau Perang Sampit atau Tragedi Sampit adalah sebuah peristiwa Kerusuhan antar-etnis yang terjadi di [[pulau Kalimantan]] pada tahun 2001. bermula sejak 18 Februari 2001, [[Konflik]] ini berlangsung sepanjang tahun tersebut. [[Konflik]] ini pecah di kota [[Sampit]], [[Kalimantan Tengah]] sebelum pada akhirnya meluas ke seluruh [[provinsi]] di [[Kalimantan]], termasuk [[ibu kota]] [[Palangka Raya]].
 
=== Kerusuhan Sambas ===
[[Kerusuhan Sambas]] merujuk kepada peristiwa kerusuhan antar [[Etnisitas|etnis]] di wilayah [[Kabupaten Sambas]], [[Kalimantan Barat]]. Kerusuhan Sambas sudah berlangsung sekitar tujuh kali sejak [[1970]], tetapi kerusuhan tahun [[1999]] adalah yang terbesar dan merupakan dari akumulasi kejengkelan [[Suku Melayu|Melayu]] dan [[Suku Dayak|Dayak]] terhadap ulah para oknum pendatang dari [[Pulau Madura|Madura]]. Akibatnya, orang-orang keturunan Madura yang sudah bermukim di Sambas sejak awal 1900-an, ikut menjadi korban.<ref>{{Cite web|title=Selasa 060499, NASIONAL - Kerusuhan Meletus Lagi di Sambas: 56 Orang Ditahan|url=https://zkarnain.tripod.com/MELETUS.HTM|website=zkarnain.tripod.com|access-date=2024-07-19}}</ref> Korban akibat kerusuhan Sambas terdiri dari 1.189 orang tewas, 168 orang luka berat, 34 orang luka ringan, 3.833 rumah dibakar dan dirusak, 12 mobil dan 9 motor dibakar/dirusak, 8 masjid/madrasah dirusak/dibakar, 2 sekolah dirusak, 1 gudang dirusak, dan 29.823 warga Madura mengungsi.
 
=== Kerusuhan Poso ===
[[Kerusuhan Poso]] atau konflik komunal Poso, adalah sebutan bagi serangkaian [[kerusuhan]] yang terjadi di [[Kabupaten Poso]], [[Sulawesi Tengah]], Indonesia. Peristiwa ini awalnya bermula dari bentrokan kecil antarkelompok pemuda sebelum berkembang menjadi kerusuhan bernuansa agama. Beberapa faktor berkontribusi terhadap pecahnya kekerasan, termasuk persaingan ekonomi antara [[Suku Pamona|penduduk asli Poso]] yang [[Kekristenan di Poso|mayoritas beragama Kristen]] dengan para pendatang seperti pedagang-pedagang [[Suku Bugis|Bugis]] dan transmigran dari [[Jawa]] yang memeluk Islam, ketidakstabilan politik dan ekonomi menyusul [[Kejatuhan Soeharto|jatuhnya]] [[Orde Baru]], persaingan antar pejabat pemerintah daerah mengenai posisi birokrasi, dan pembagian kekuasaan tingkat kabupaten antara pihak Kristen dan Islam yang tidak seimbang. Situasi dan kondisi yang tidak stabil, dikombinasikan dengan penegakan hukum yang lemah, menciptakan lingkungan yang menjanjikan untuk terjadinya kekerasan.
 
=== Javanisation (penjawaan) ===
[[:en:Javanisation|Javanisation]] atau [[Jawanisasi|penjawaan/jawanisasi]] adalah proses dimana budaya jawa mendominasi, mengasimilasi atau mempengaruhi budaya lain di lain daerah. Istilah “''javanise''” berarti “untuk membuat atau menjadi ''Javanese''/jawa di dalam bentuk, pemikiran, style, gaya atau karakter. Dominasi ini dapat mengambil tempat di berbagai aspek seperti budaya, Bahasa, politik dan social.
 
Masalah penjawaan telah menjadi isu sensitive dan critical terhadap pembangunan nasional dan kesatuan Indonesia.<ref>Rush, James R. (2020-05-28). ''Adicerita Hamka''. Gramedia Pustaka Utama. [[International Standard Book Number|ISBN]] [[Istimewa:Sumber buku/978-602-06-4406-6|978-602-06-4406-6]].</ref> Dominasi jawa dipertimbangkan tidak hanya pada dunia budaya tetapi juga social, politik dan ekonomi. Regime orde baru Suharto dikritisi karena politik penjawaan Indonesia selama puluhan tahun. Di dalam politik, administrasi, pemerintahan dan pegawai negeri sipil perspektif, penjawaan ini terkadang di persepsikan negative karena mengandung element terburuk dari budaya jawa, seperti social hirarki yang kokoh, ''authoritarianism'' (patuh buta pada pemimpin) dan ''arbitrariness''. Sebuah perkembangan yang terkadang disebut sebagai "''Mataramisation''" dan "''feudalisation''", ditemani oleh kesukaan untuk menunjukkan status dan arogansi.<ref>Mulder, Niels (2005). ''Chapter 3. Javanization, Inside Indonesian Society: Cultural Change in Java''. Kanisius. hlm. 53. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-03. Diakses tanggal 2020-07-02.</ref> Sebuah tipikal penjelasan negative dari priyayi yang berperilaku seperti anggota dari kelas atas jawa.
 
Program transmigrasi yang memindah orang dari daerah padat penduduk jawa ke pulau Indonesia lain seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesian New Guinea, juga di kritisi sebagai pemercepat dan pem-promosi proses penjawaan di Indonesia. Masalah ini juga di bertambah dengan perkembangan masalah ketidak adilan, dimana pulau lain kurang dikembangkan dan perang social di daerah mereka, yang berkebalikan dengan perkembangan infrastruktur dan distribusi kekayaan terlihat hanya menginginkan fokus di jawa.
 
== Negara dengan kasus rasisme terburuk ==