Sejarah Kota Banjarbaru: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
Baris 2:
{{noref}}
{{refimprove}}
'''Sejarah Kota Banjarbaru''' adalah sejarah terbentuknya [[Kota Banjarbaru]] sebagai suatu wilayah [[kota administratif]] di [[Indonesia]]. <onlyinclude>Wilayah ini, dulunya adalah perbukitan di pinggiran [[Martapura, Banjar|Martapura]] yang dikenal dengan nama [[Gunung Apam]]. Daerah [[Gunung Apam]] dikenal sebagai daerah peristirahatan buruh-buruh penambang [[intan]] selepas menambang di [[Cempaka, Banjarbaru|Cempaka]]. Daerah [[Cempaka, Banjarbaru|Cempaka]] itu sendiri merupakan kawasan pemukiman suku[[Suku Banjar]] yang tertua di kota[[Kota Banjarbaru]].
 
Pada era tahun [[1950]]-an, [[Gubernur kalimantanKalimantan]] [[Murjani|Dr. Murjani]] dibantu seorang perencana [}D.A.W Van der Pijl]] merancang Banjarbaru sebagai [[Ibukota]] bagi [[provinsiProvinsi Kalimantan]], sampai akhirnya [[Provinsi Kalimantan|Kalimantan]] dimekarkan menjadi 4 provinsi pada tahun [[1957]]. Namun pada perjalanan selanjutnya, perencanaan ini terhenti sampai pada perubahan status [[Kota Banjarbaru]] menjadi [[Kota Administratif]].
 
[[Kota Banjarbaru]] berdiri berdasarkan [[Undang-Undang]] Nomor 9 [[Tahun]] [[1999]]. Lahirnya undang-undang tersebut menandai berpisahnya [[Kota Banjarbaru]] dari [[Kabupaten Banjar]] yang selama ini merupakan daerah administrasi induk. [[Kota Banjarbaru]] yang sebelumnya berstatus sebagai [[Kota Administratif]], sempat berpredikat sebagai kota[[Kota administratifAdministratif]] tertua di [[Indonesia]].
 
Pelantikan [[Akhmad Fakhrulli]] sebagai pejabat [[Daftar Wali kotaKota Banjarbaru|Walikota]] [[Kota Banjarbaru]] oleh [[Menteri Dalam Negeri]] [[Syarwan Hamid]], di [[Jakarta]], pada [[27 April]] [[1999]], menandakan resminya alih status [[Kota Banjarbaru]] dari [[Kota Administratif]] menjadi [[Kotamadya]] (kota[[Kota di Indonesia|Kota]]).</onlyinclude> Perjuangan panjang berbagai pihak akhirnya sampai kepada “idaman antara” setelah [[Kota Banjarbaru]] dengan berbagai status administratif dipimpin oleh [[Baharuddin]] ([[1966]]), [[A.G. Hanafiah]] ([[1970]]-[[1975]]), [[Abdul Moeis]] ([[1975]]-[[1981]]), [[Abdurrahman]] ([[1981]]-[[1983]]), [[Eddy Rosasi]] ([[1983]]-[[1984]]), [[Zamawi M. Aini]] ([[1984]]-[[1986]]), [[Yuliansyah]] ([[1986]]-[[1990]]), [[Raymullan]] ([[1990]]-[[1993]]), [[Hamidhan B]] ([[1993]]-[[1998]]) dan [[Akhmad Fakhrulli]] ([[1998]]-[[1999]]) yang menjadi [[waliDaftar kotaWali Kota Banjarbaru|Walikota administratif]] administratif sekaligus pejabat[[Daftar waliWali kotaKota Banjarbaru|pejabat Walikota]] dan [[Rudy Resnawan][ ([[2000]]) sebagai wali[[Daftar kotaWali Kota Banjarbaru|Walikota]] terpilih pertama.
 
<onlyinclude>
[[Kota Banjarbaru]] memperoleh status [[kota]] setelah menyandang status [[kota administratif]] terlama di [[Indonesia]], 23 tahun, merupakan momen bersejarah. Adalah [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banjarbaru|DPRD Kota Banjarbaru]] melalui pemilihan wali[[Daftar kotanyaWali Kota Banjarbaru|Walikotanya]], memilih [[Rudy Resnawan]] sebagai wali[[Daftar kotaWali Kota Banjarbaru|Walikota pertama]] [[Kota Banjarbaru]], menggantikan [[Fakhrulli]] sebagai wali[[Daftar kotaWali Kota Banjarbaru|Walikota transisional]].</onlyinclude>
 
Sekalipun gerak pembangunan dimulai ketika [[Rudy Resnawan|Rudy]] menjabat wali[[Daftar kotaWali Kota Banjarbaru|Walikota]], gagasannya sudah dicanangkan seiring dengan perkembangan [[Kota Banjarbaru]]. Dalam rekaman sejarah, pengembangan dan “perjuangan” status [[Kota Banjarbaru]] sebenarnya bukanlah sekadar menjadikannya sebagai kotamadia[[Kotamadya]]. Bukan hanya sebagai [[ibu kota]] [[Kalimantan Selatan]], tetapi [[ibu kota]] [[Kalimantan]] sesuai dengan kondisi objektif [[tahun]] [[1950-an]] ketika [[Kalimantan]] belum terbagi menjadi empat provinsi.
 
== Gagasan ==
 
Akibat kondisi alam [[apel]] pagi sering harus berpindah tempat, ditambah pula dengan pandangannya tentang [[Banjarmasin]] yang berawa dan bernyamuk banyak, memunculkan gagasan memindahkan [[ibu kota]] [[Kalimantan]] ke tempat yang ideal. Sebagai ahli [[kesehatan]] [[masyarakat]], [[Murdjani]] berkesimpulan [[Kota Banjarmasin]] kurang ideal sebagai pusat pemerintahan. Tanahnya yang berawa-rawa mengakibatkan [[air]] menggenang sepanjang [[musim]] yang memungkinkan timbulnya berbagai penyakit.
 
[[Kota Banjarmasin]] sebagai [[Kota]] [[Air]], [[Kota]] Perdagangan dan [[Kota]] identitas historis Urang [[Urang Banjar]] tetap dipertahankan. Membangun [[ibu kota]] [[Kalimantan]] di [[Kota Banjarbaru]] didasari pada pandangan pengembangan jauh ke depan.
 
Untuk merealisasikan gagasannya, mulailah dicari tempat yang ideal. [[Murdjani]] melakukan survei ke daerah-daerah di luar [[kotaKota Banjarmasin]]. Berbagai lokasi dikunjungi dan diamati, namun Murdjani kurang berkenan [[karena]] lokasinya masih berawa-rawa. Akhirnya, sampailah ia di [[daerah]] bertanah [[padat]], lokasi [[Kota Banjarbaru]] sekarang.
Pada pandangan pertama, hatinya telah tergadai pada [[Kota Banjarbaru]]. Melalui sidang staf dan pimpinan, dibentuklah tim kajian kelayakan dipimpin [[D.A.W. Van der Peijl]]. Tim Peijl melakukan kajian awal. Dalam perancangannya, planologi [[Kota Banjarbaru]] digarap bekerjasama dengan [[para]] pakar dari [[Institut]] [[Teknologi Bandung]] Bandung.
 
Peijl, Kepala [[Pekerjaan]] Umum Bagian [[Bangunan]] [[Kalimantan]], merancang [[Kota Banjarbaru]] bersamaan dengan [[kota Palangkaraya]]. [[Kota Palangkaraya]] kini menjadi [[kota]] modern tertata apik. [[Kota Banjarbaru]], setelah [[23]] [[tahun]] berstatus [[kotaKota administratifAdministratif]], baru mendapatkan status kotamadia[[Kotamadya]].
 
Ketika [[Rudy Resnawan]] menjadi [[wali kota]], dengan canangan [[Kota Banjarbaru]] is [[Kota Banjarbaru]], membangun [[Kota Banjarbaru]] dengan “kekuatan sendiri”.
 
== Legenda ==