Millah Abraham: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Mengembalikan suntingan oleh 114.122.15.25 (bicara) ke revisi terakhir oleh Arya-Bot Tag: Pengembalian SWViewer [1.6] |
||
Baris 6:
<big><big>هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ</big></big>
<small>Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan '''membawa petunjuk dan
'''Kebenaran sejati itu berasal dari Allah Yang Maha Benar, dan ciri dari suatu kebenaran sejati manakala dia tidak pernah berubah dan berganti hanya karena perubahan waktu dan tempat.''' Itulah wujud dari sistem kehidupan yang benar (''dīn al-qayyim''), yakni Millah Ibrahim (Abraham) yang lurus atau murni (''hanif'') yang diemban dan diperjuangkan oleh semua Nabi dan Rasul Allah sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad dan generasi spiritual Nabi Ibrahim (Abraham) selanjutnya. Jalan kebenaran yang mereka lalui tersebut dapat ditelusuri dari sejarah yang dikisahkan dalam kitab [[Taurat]], [[Injil]] dan [[Al-Qur'an]]. Jalan atau cara hidup mereka pada dasarnya berpangkal pada sosok sentral Nabi Ibrahim (Abraham) sebagai Bapak para nabi yang mengajarkan sistem kehidupan yang benar. Oleh karena itu, Millah Ibrahim (Abraham) bukanlah agama atau ajaran baru, karena telah menjadi jalan hidup para Nabi dan Rasul Allah, termasuk Nabi Muhammad, yang hanya mewarisi dan meneruskan misi risalah Allah, Tuhan Semesta Alam.
Baris 44:
<big><big>قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ</big></big>
<small>Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh ''Rabb''-ku kepada jalan yang lurus, (yaitu) '''''dīn''''' (
<blockquote>2). <u>An-Nisā: 125</u><ref>Al Qur'an: surat An-Nisā (4), ayat 125</ref>
Baris 50:
<big><big>وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلا</big></big>
<small>Dan siapakah yang lebih baik '''''dīn''''' (
3). <u>Al-Hājj: 78</u><ref>Al Qur'an: surat Al-Hājj (22), ayat 78</ref>
Baris 56:
<big><big>وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ</big></big>
<small>Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam '''''dīn''''' (
Pernyataan Nabi [[Yusuf]] yang meninggalkan agama bangsanya dan mengikuti millah Ibrahim sebagaimana dinyatakan dalam ayat di bawah ini:
Baris 63:
<big><big>'وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ مَا كَانَ لَنَا أَنْ نُشْرِكَ بِاللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ذَلِكَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَشْكُرُونَ</big></big>
<small>Dan aku mengikuti '''''millah''''' (''dīn'';
Beberapa ayat di atas dengan tegas mengaitkan dan menyamakan antara makna kata ''dīn'' dan ''millah'', bahkan mempertegas pula kedudukan millah Ibrahim sebagai millah generasi spiritual Ibrahim selanjutnya termasuk Nabi Yusuf, Muhammad dan para pengikutnya. Dengan kata lain, '''semua rasul Allah itu membawa ajaran yang sama''', yaitu apa yang disebut oleh Al-Qur'an dengan “millah Ibrahim” atau “millah Abraham”. Semua nabi keturunan Ibrahim (khususnya Nabi Musa, Isa dan Muhammad) mengikuti dan membawa faham keagamaan yang sama yakni millah Ibrahim. Berbeda dengan faham ''mainstream'' agamis yang berasumsi bahwa masing-masing nabi dan rasul Allah membawa ajaran atau agama yang berbeda satu dengan lainnya.
Adapun dalam penggunaannya, '''kata ''millah'' tidak disandarkan kepada Allah (''millah'' Allāh), namun lebih sering dinisbatkan kepada Ibrahim.''' Hal ini, menurut [[Al-Marāghī]], karena Ibrahim adalah nabi yang disepakati keutamaan dan kebenaran ''dīn''-nya, baik oleh musyrik Mekah maupun ahli kitab. Bahkan orang-orang Quraisy dan etnis Arab lainnya menyebut diri mereka sebagai pengikut millah Ibrahim. Berbeda dengan kata ''dīn'' yang sering disandarkan pada Allah (''dīn'' Allāh). '''''Dīn'' disandarkan menjadi ''dīn'' Allāh karena melihat Allah sebagai Pemilik dan sumber dari ''dīn'' tersebut.''' Karena itu Allah disebut juga ''al-Dayyān'' (sumber dan Yang memerintahkan hukum). Bila kata ''dīn'' disandarkan kepada penganutnya, seperti kata ''dīnīy'' (
Dari kata ''dīn'' juga dibentuk kata ''Madīnah'' yang berarti tempat ketaatan; tempat hukum Allah diberlakukan.<ref>Hasan al-Musthafawi, 2006, hal. 38</ref> Kota [[Yatsrib]] disebut [[Madinah]] karena di sanalah tempat ditegakkannya ketaatan kepada hukum Allah melalui sarana kekuasan politik di bawah pimpinan Nabi Muhammad sebagai Khalifatullah (pewaris kekuasaan Allah) di muka bumi, sehingga kota tersebut menjadi pusat mercusuar dunia (''al-madīnah al-munawwarah''; kota terang Allah), yang pada akhirnya umatnya menjadi bangsa di atas segala bangsa sebagaimana [[Yerusalem]] menjadi Kota Terang Allah pada zaman Nabi Musa dan Isa.
|