Kulkul: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
baris
Baris 2:
 
== Sejarah ==
Pada zaman Jawa-Hindu kulkul disebut ’Slit-drum’ yaitu berupa tabuhan dengan lubang memanjang yang terbuat dari bahan [[perunggu]]. Pada masyarakat Bali, istilah kulkul ditemukan dalam syair Jawa-Hindu Sufamala. Beberapa lontar Bali juga menyebutkan keberadaan kulkul seperti Awig-awig Desa Sarwaada, MarkaNdeya Purana, dan Diwa Karma. Keempat naskah kuno Bali ini mengungkapkan pentingnya kayu bermakna pikiran dalam kehidupan manusia yang biasa disebut dengan kulkul. Kayu erat hubungannya dengan manusia, sementara kayu adalah bahan dasar dari kulkul. Sedangkan pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kulkul lebih dikenal dengan nama ’Tongtong’.{{br}}
 
 
== Pembuatan ==
Baris 12 ⟶ 11:
 
Bagi masyarakat Bali, kulkul mempunyai nilai yang sakral. Nilai sakral sebuah kulkul ini didukung sepenuhnya oleh agama Hindu Bali yang diyakini masyarakat Bali secara umum. Nilai sakral tersebut terutama berada pada kulkul yang tersimpan di Pura-pura besar di Bali yang dianggap sebagai wujud nyata beryadnya sehingga apabila terjadi penyimpangan dalam penggunaannya maka segera upacara penyucian dilakukan. Oleh karena itu kulkul diletakkan pada sebuah bangunan yang disebut ’Bale Kulkul’, tepatnya digantungkan pada sudut depan pekarangan pura atau banjar.
 
 
=== Teknik pembuatan ===
Secara teknis, kulkul terbuat dari seruas [[bambu]] berukuran cukup besar, di mana kedua belah buku ruasnya dilubangi, dan sepanjang badan bambu itu dibuat lubang memanjang. Adakalanya kulkul dibuat dengan dua alur lubang yang sejajar, satu lubang besar dan satu lubang yang lebih kecil. Ada pula yang terbuat dari dari potongan kayu, panjangnya kira-kira satu sampai dua meter, dikorek pula sepanjang badannya untuk membuat lubang memanjang, dan bagian dalamnya dibuat menggerongong. Kedua ujungnya ditutup atau tertutup oleh karena pengorekan bagian dalam kayu tersebut dijaga agar tidak sampai menembus kedua bagian ujungnya.
 
 
== Fungsi ==
Baris 29 ⟶ 26:
* Tanda Gejala Alam
Di samping sebagai tanda pertemuan rutin dan pengeran tenaga kerja, kulkul sering kali digunakan ketika terjadi gejala alam seperti gerhana bulan yang akan disambut oleh seluruh banjar dengan membunyikan kulkul. Masyarakat Bali berkeyakinan bahwa gerhana bulan terjadi karena bulan dimangsa oleh Kalarau. Bunyi kulkul yang menggema di seluruh Bali akan menghilangkan konsentrasi Kalarau sehingga ia akan melepaskan bulan kembali.
 
 
== Jenis ==