Tanam Sasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Mengembalikan suntingan oleh 2405:8180:E03:62DD:8D10:A677:116C:7917 (bicara) ke revisi terakhir oleh Badak Jawa
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
Baris 3:
'''Tanam Sasi''' merupakan upacara adat kematian yang berkembang di Kabupaten [[Kabupaten Merauke|Merauke]],<ref name=":0">{{Cite web|url=https://www.silontong.com/2019/02/21/upacara-adat-papua/#|title=4 Upacara Adat Papua dan Papua Barat, Gambar serta Penjelasannya|website=www.silontong.com|access-date=2019-04-09}}</ref> tepatnya dilaksanakan oleh [[suku Marind]] atau Marind-Anim. [[Suku Marind]] terletak di wilayah dataran luas [[Papua Barat]].<ref name=":0" /> Kata ''Anim'' mempunyai arti [[laki-laki]], dan kata ''anum'' mempunyai arti [[perempuan]]. Jumlah [[penduduk]]nya sebanyak 5000-7000 jiwa.<ref name=":0" /> ''Sasi'' mempunyai arti sejenis [[kayu]] yang menjadi media utama dari rangkaian [[Tradisi|upacara adat]] kematian. Sasi tersebut ditanam selama empat puluh hari setelah [[kematian]] seseorang yang ada di daerah tesebut. ''Sasi'' tersebut akan dicabut kembali setelah 1.000 hari ditanam. Tanam Sasi selalu dilaksanakan oleh [[suku Marind]], dan berdampak kepada hasil ukiran kayu khas [[Papua]] yang menjadi terkenal hingga ke [[mancanegara]].
 
== Makna ==
[[Kayu]] atau biasa Sasi, tentu bukan sembarang kayu. [[Kayu]] yang ditanam dalam [[tradisi]] Tanam Sasi tentu memiliki makna bagi masyarakat [[suku Marind]], [[Papua]]. '''Pertama''',<ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.sumber.com/jalan-jalan-kuliner/papua/budaya-papua/sumber/upacara-tanam-sasi-2.html|title=Upacara Tanam Sasi|last=Florencia|first=Veve|date=2017-10-28|website=sumber.com|language=id-ID|access-date=2019-04-09}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> [[ukiran]] [[kayu]] khas [[Papua]] melambangkan kehadiran [[roh]] [[nenek moyang]]. ''' Kedua'''<ref name=":1" />''',''' sebagai tanda keadaan hati bagi masyarakat [[Papua]], seperti menyatakan rasa sedih dan bahagia. '''Ketiga'''<ref name=":1" />''',''' simbol kepercayaan dari masyarakat kepada [[motif]] [[manusia]], [[hewan]], [[tumbuhan]], dan motif lainnya. '''Keempat'''<ref name=":1" />''',''' sebagai lambang keindahan yang merupakan perwujudan dari hasil sebuah karya [[seni]]. Selain makna dari [[kayu]] tersebut, [[Tradisi|upacara adat]] ini menggambarkan rasa sedih bagi keluarga yang sedang berduka. Bagi keluarga, upacara adat ini menjadi pemberitahuan bagi masyarakat bahwa ada yang meninggal di desa tersebut. Jadi, inti dari upacara adat ini adalah upacara kematian.<ref name=":1" />
 
== Penyajian ==
Dalam penyajian [[Tradisi|upacara adat]] Tanam Sasi, ada sebuah [[Tarian Indonesia|tarian tradisional]] khas [[Papua]] yang dipentaskan. Tarian itu bernama [[tari Gatsi]].<ref name=":0" /> Tarian Gatsi adalah [[tari]]an umum dari [[suku Marind]]. Tari Gatsi yang ditampilkan merupakan bukti bahwa masyarakat di [[suku Marind]] masih patuh terhadap [[adat]] dan [[budaya]].<ref name=":2">{{Cite web|url=http://www.infolibur.com/tari-gatsi-tradisi-pengucapan-syukur-suku-marind/|title=Tari Gatsi, Tradisi Pengucapan Syukur Suku Marind -|last=admin|date=2011-08-17|language=en-US|access-date=2019-04-14|archive-date=2019-04-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20190414025326/http://www.infolibur.com/tari-gatsi-tradisi-pengucapan-syukur-suku-marind/|dead-url=yes}}</ref> Selain dalam acara Tanam Sasi, tarian ini juga ditampilkan dalam pesta Tusuk Telinga.<ref name=":2" /> Pengiring [[musik]] untuk tarian Gatsi menggunakan alat musik tradisional Papua bernama [[Tifa]].<ref name=":0" /> [[Tifa]] merupakan alat musik yang terbuat dari [[kayu]], seperti ''[[Dogdog Kaliwon|dogdog]].'' Bagian ''kendangnya'' terbuat dari kulit [[rusa]] atau [[biawak]] yang sudah diproses sehingga menghasilkan suara yang merdu. Tarian ini memiliki makna dan pesan untuk warga [[suku Marind]] agar selalu patuh terhadap aturan adat yang berlaku, dan selalu menjaga [[tradisi]] dan [[budaya]] agar tetap berkembang.<ref name=":1" /> Tata cara dalam mengurus [[jenazah]], sama dengan yang dilakukan oleh [[suku Asmat]]. Pertama''',''' jenazah diolesi oleh suatu bahan alami, hasilnya seluruh tubuh [[jenazah]] berwarna hitam. Posisi jenazah dalam keadaan duduk, dan siap diletakkan dalam perapian. Hingga akhirya jenazah tersebut menghitam secara menyeluruh. Ritual tambahan yang biasa dilakukan ada saat upacara kematian yaitu memotong ruas jari tangan, lalu diakhiri dengan nyanyian khas dari [[Papua]]. Memotong ruas jari bila melihat sisi kemanusiaan tentulah sangat tidak wajar. Namun, bagi masyarakat [[Papua]] hal ini merupakan suatu lambang kepedihan yang mendalam atas keluarga yang telah meninggal. Ruas jari merupakan simbol kerukunan satu keluarga. Ruas ibu dipotong menggunakan alat tradisional, yaitu kapak batu, bentuknya tumpul dan keras.<ref>{{Cite web|url=https://phinemo.com/tradisi-potong-jari-di-papua-sebuah-simbol-kesetian-yang-mendalam/|title=Tradisi Potong Jari di Papua, Sebuah Simbol Kesetian yang Mendalam|date=2018-10-08|website=Phinemo|language=en|access-date=2019-04-11}}</ref> walaupun menimbulkan rasa sakit, tradisi ini tetap dilaksanakan karena bentuk dari kesetiaan kepada keluarga. Masyarakat Papua mayoritas beragama [[Katolik]], meskipun begitu upacara adat tersebut tetap dilakukan. Karena hukum adat di sana masih kuat, dan harus dikerjakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut.