Perang Aceh–Belanda (1599): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ANNAFscience memindahkan halaman Perang Aceh-Belanda(1599-1601) ke Perang Aceh-Belanda (1599-1601): Spasi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Dappitsberg (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 25:
Setelah itu, datang lagi rombongan bangsa [[Belanda]] kedua yang dipimpin oleh Laksamana [[Jacob Corneliszoon van Neck]]. Mereka mendarat di Pelabuhan [[Aceh]] pada 31 Juni 1601. Mereka memperkenalkan diri sebagai bangsa Belanda yang datang ke Aceh untuk membeli lada. Setelah mengetahui bahwa yang datang adalah bangsa [[Belanda]], Laksamana [[Malahayati]] langsung memerintahkan anak buahnya untuk menahan mereka. Tindakan tersebut mendapat persetujuan [[Sultan Alauddin Riayat Syah]] karena sebagai ganti rugi atas tindakan rombongan [[Belanda]] sebelumnya(Penyerangan Belanda Pertama).<ref>hikayat Keumalahayati, p. 24</ref>
===Pengajakan damai Belanda===
Pada 23 Agustus 1601, tiba rombongan bangsa [[Belanda]] ketiga yang dipimpin oleh '''Komisaris Gerard de Roy''' dan Laksamana '''Laurens Bicker''' dengan empat buah kapal ([[Zeelandia]], [[Middelborg]], [[Langhe Bracke]], dan [[Sonne]]) di Pelabuhan [[Aceh]]. Kedatangan mereka memang telah disengaja dan atas perintah [[Pangeran Maurits]]. Kedua pimpinan rombongan mendapat perintah untuk memberikan sepucuk surat dan beberapa hadiah kepada [[Sultan Alauddin Riayat Syah]]. Sebelum surat diberikan, sebenarnya telah terjadi perundingan antara Laksamana [[Malahayati]] dengan dua pimpinan rombongan [[Belanda]]. Isi perundingan tersebut adalah terwujudnya perdamaian antara [[Belanda]] dan [[Kesultanan Aceh]], '''dibebaskannya [[Frederick de Houtman]]''', dan sebagai imbalannya [[Belanda[[]] harus membayar segala kerugian atas dibajaknya kapal [[Aceh ]]oleh [[Paulus van Caerden]] (akhirnya Belanda mau membayar kerugian sebesar 50.000 gulden<ref>hikayat Keumalahayati, p. 24</ref>
 
===Surat Maurice===
{{cquote | Pada tahun yang baru lewat, 1598 Masehi, atas perintah telahpun bertolak dua buah kapal dagang dari negeri ini, dengan tujuan mengadakan perniagaan di Hindia Timur, kapal mana sudah tiba di sana pada tanggal 15 Agustus tahun itu juga.
 
Telah dikabarkan kepada beta betapa baiknya sambutan yang diberikan kepada mereka oleh Yang Mulia dan betapa cermatnya pelayanan yang diberikan mereka ketika mereka tiba di kerajaan Yang Mulia, disamping itu betapun mendapat kabar juga bahwa dengan memenuhi peraturan yang berlaku dan dengan segala kejujuran mereka telah melaksanakan maksud-maksud perdagangan tersebut.
 
Tapi tatkala orang-orang Portugis yang menjadi warga dari Kerajaan Spanyol, musuh kami, mendapat kabar bahwa mereka sedang mendapat perlindungan dan bantuan yang dijanjikan oleh Yang Mulia, merekapun lalu menceritakan hal-hal yang dusta, untuk menyesatkan Yang Mulia, diantaranya dikatakanlah oleh mereka bahwa para saudagar Belanda itu adalah bajak laut, dan bahwa kedatangan mereka adalah untuk merampas kerajaan Yang Mulia.
 
Hasil pendustaan itu, Yang Mulia telah menitahkan menangkap Frederick de Houtman, nahkoda salah satu dari kapal itu, bersama beberapa awak kapal, serta menahan mereka, hal mana berakibat penderitaan mereka.
 
Dengan keyakinan akan belas kasihan Yang Mulia terhadap mereka, inginlah beta menyampaikan harapan agar kiranya Yang Mulia menitahkan mereka dipelihara dengan baik, sebagai juga dilakukan terhadap setiap warga yang berkunjung ke kerajaan Yang Mulia, yang bebas telah kembali, semoga para tawanan yang sekarang berada di negeri Yang Mulia dapat pula mengecap kebebasannya kembali.
 
Kepada beta dikabarkan pula bahwa orang-orang Portugis telah mengadakan peperangan terhadap kerajaan Yang Mulia atas perintah Raja Spanyol, dengan tujuan untuk merampas negeri itu dan menjadikan warganya hamba sahaya, sebagaimana yang demikian telah dilakukannya selama lebih dari 30 tahun di negeri kami.
 
Tapi Tuhan Yang Maha Kuasa tidaklah sekali-kali ingin demikian, dan sebaliknya kami telah mengangkat senjata menentang penjajahan itu dan akan melakukannya sampai berhasil.
 
Oleh sebab-sebab itulah beta bermohon kepada Yang Mulia agar kiranya tidak mempercayai orang-orang Portugis tersebut, dan supaya Yang Mulia tidak perlu mencurigai lagi kepada warga yang datang dari negeri beta dan untuk mendapat kesempatan berniaga, maka inilah beta menugaskan perutusan beberapa wakil beta membawa surat ini, terdiri dari para delegasi berkuasa penuh sejumlah empat orang, yaitu nahkoda-nahkoda Cornelis Bastiaanse, Jan Tonneman, Matthys Antonisse dan Cornelis Adriaanse, bersama beberapa komisaris (zaakgelastigden), yaitu Geradl de Roy, Laurens Begger, Jan Jacobs dan Nicolas van der Lee, kesemuanya berangkat dengan empat kapal untuk, atas nama beta, mengadakan perundingan dengan Yang Mulia, untuk membicarakan bantuan-bantuan apakah yang dikehendaki untuk menumpas musuh-musuh.
 
Demikian pula kepada mereka telah beta beri izin tugas untuk memberikan bingkisan-bingkisan yang lazim kepada Yang Mulia sebagai bukti dari idam-idaman beta mengadakan pesahabatan dengan Yang Mulia.
 
Beta mohon agar bingkisan yang dikirim itu mendapat sambutan. Dan dengan ini beta mendoakan kepada Tuhan agar Yang Mulia dan kerajaannya bertambah luas sesuai dengan keinginannya.
 
Termaktub di Den Haag, Belanda, pada tanggal 11 Desember 1600
 
Tangan yang dicium oleh hambanya
 
Tertanda Maurice de Nassau}}<ref>tengkuputeh, aceh negara berdaulat pertama yang mengakui kemerdekaan Belanda dari Spanyol 1602.</ref>
 
== Referensi ==