Hamzah Haz: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 95:
Sejumlah jurnalis dan komentator melaporkan bahwa Hamzah diyakini menawarkan dukungan kepada kelompok Muslim militan sebagai cara untuk mendapatkan dukungan politik dari mereka. Pada tahun 2002, Bill Guerin, dalam sebuah opini di ''[[Asia Times]]'' menulis, "Hamzah&nbsp;... secara luas dilihat secara terang-terangan bersaing untuk mendapatkan dukungan dari kalangan Muslim Indonesia, termasuk kelompok militan, untuk memperkuat pencalonannya sebagai presiden di negara ini. pemilihan umum pada tahun 2004."<ref>Guerin, Bill (15 October 2007). [https://web.archive.org/web/20021021155707/http://atimes.com/atimes/Southeast_Asia/DJ15Ae02.html "Indonesia: The enemy within"], ''[[Asia Times]]''.</ref>
 
Hamzah juga dilaporkan sebagai pembela dan teman [[Abu Bakar Ba'asyir]], yang merupakan pemimpin spiritual organisasi [[teroris]] [[Jemaah Islamiyah]]. Saat menjadi wakil presiden, Hamzah tampil di depan umum dengan mengundang Ba'asyir makan malam, dan mengunjungi [[pesantren]] jihadisnya di [[Pondok Pesantren Al Mu'min|Pondok Pesantren Al Mu'min Ngruki]]. Hamzah membantah bahwa Ba'asyir ada hubungannya dengan terorisme hingga penangkapan BashirBa'asyir pada Oktober 2002, dan dikutip sebelum penangkapan Ba'asyir, "Jika Anda ingin menangkap Abu Bakar Ba'asyir&nbsp;.. Anda harus berurusan dengan saya terlebih dahulu."<ref>[http://www.theage.com.au/articles/2002/10/13/1034222681344.html] Parkinson, Tony, "Jakarta's Day of Reckoning" opinion article in ''The Age'', 14 October 2002, accessed 6 April 2007</ref>
 
Pada bulan Oktober 2002, sebuah artikel di ''[[Time (majalah)|Time]]'' menyatakan, "Ulama seperti Abubakar [Ba'asyir] memiliki sekutu militer dan politik yang kuat bukanlah rahasia lagi: Wakil Presiden Hamzah Haz adalah salah satunya." Time melaporkan bahwa Hamzah menggambarkan hubungannya dengan BashirBa'asyir dan pemimpin [[Laskar Jihad]] [[Ja'far Umar Thalib]] sebagai "sangat dekat", namun ''Time'' menambahkan, "banyak yang melihat hubungan ini sebagai murni taktik politik untuk merayu pemilih Muslim menjelang pemilu 2004." Hamzah, meskipun ia "memiliki reputasi sebagai politisi yang cerdik" namun "akan dikenang karena pidatonya yang tidak pantas di hadapan para ulama di pesantren Abubakar di Solo pada bulan Mei [2002]", majalah berita tersebut melaporkan. Dalam kunjungan itu Hamzah juga dikabarkan pernah berkata, "Jika mereka bisa membuktikan ada teroris di sini, saya akan menjadi orang pertama yang memerintahkan penangkapan", lalu turun dari podium dan mencium kedua pipi Abubakar.<ref>[http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,366384,00.html]{{dead link|date=February 2024|bot=medic}}Solo, Andrew Marshall, "The Rage Culture", ''[[Time (magazine)|Time]]'', 21 October 2002.</ref>
 
Pada tahun 2002, seorang akademisi Australia menyebut Hamzah sebagai "contoh terbaik" mengenai politisi Islam di Indonesia yang "siap memainkan kartu ekstremis untuk menarik lebih banyak suara". Hamzah “telah mendukung Jemaah Islamiyah dan bahkan berperan penting dalam pembebasan anggotanya dari tahanan di masa lalu”, menurut Tim Lindsey, direktur Asian Law Centre di [[Universitas Melbourne]]. “Dia juga terang-terangan menuduh [[CIA]] dan Amerika Serikat yang melakukan aksi bom Bali.”<ref>{{cite web |url=http://www.law.unimelb.edu.au/alc/wip/anti-terrorism.html |title=Asian Law Centre |access-date=6 April 2007 |url-status = dead|archive-url=https://web.archive.org/web/20070610041648/http://www.law.unimelb.edu.au/alc/wip/anti-terrorism.html |archive-date=10 June 2007 }} Lindsey, Tim, "Indonesia's New Anti-terrorism Law: Damned if you Do, Damned if you Don't", article at Web site of the University of Melbourne Asian Law Centre, there is no date on the article, but it mentions upcoming 2004 elections and the October 2002 Bali terrorist attack; accessed 6 April 2007</ref>
Baris 121:
}}</ref>
 
Menurut ''[[The Sydney Morning Herald]]'', pernyataan Hamzah adalah "serangan pedas yang serupa dengan ucapan banyak pelaku bom Bali". Hamzah juga dikritik karena bergaul secara terbuka dengan beberapa pemimpin Islam garis keras di Indonesia, termasuk BashirBa'asyir, meskipun setelah serangan teroris di Bali, Hamzah memutuskan hubungan tersebut. Tak lama setelah pernyataan Hamzah, Riza Sihbudi, analis politik [[Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia]], mengatakan kepada kantor berita Detik bahwa Hamzah sepertinya mengejar perolehan suara. “Dia seharusnya tidak berbicara seperti itu karena dia adalah Wakil Presiden”, kata Sihbudi.<ref>[http://www.smh.com.au/articles/2003/09/04/1062548965995.html?from=storyrhs] Moore, Matthew, Herald Correspondent in Jakarta, "Indonesian deputy's attack on US raises fears of split", quote from lead paragraph of news article in ''The Sidney Morning Herald'', 5 September 2003, accessed 6 April 2007</ref>
 
[[Al Jazeera Media Network|Al Jazeera]] melaporkan sehari setelah pernyataan Hamzah bahwa "Belum ada reaksi AS terhadap komentar penghasut terkenal itu."<ref>{{cite web |url=http://english.aljazeera.net/News/archive/archive?ArchiveId=39674 |title="News Archive / Indonesia may prolong Aceh operation" at ''Al Jazeera'' Web site |access-date=28 March 2017 |url-status = bot: unknown|archive-url=https://web.archive.org/web/20070211095309/http://english.aljazeera.net/News/archive/archive?ArchiveId=39674 |archive-date=11 February 2007 }}, accessed 6 April 2007</ref>