Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta: Perbedaan antara revisi

Bentangan Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta diawali dengan dibukanya [[Jalan Jenderal Gatot Subroto (Jakarta)|Jalan Jenderal Gatot Subroto]] yang bersimpangan dengan Jalan Sudirman di [[Simpang Susun Semanggi|Jembatan Semanggi]] yang sudah dibangun sejak tahun 1960-an.{{Sfn|Merrillees|2015|p=19}}

Pada awal 1970-an, Jalan Gatot Subroto terus memanjang melewati [[Tebet, Jakarta Selatan|Tebet]] dan menjadi Jalan M.T Haryono menuju Cawang dan bertemu persimpangan dengan [[Jalan Mayor Jenderal DI Panjaitan (Jakarta)|Jalan Mayor Jenderal D.I Panjaitan]]. PadaDalam kurun waktu berberapa tahun 1970-anyang sama, jalan besar lain yang membentang di [[Jalan Jenderal Ahmad Yani (Jakarta)|Jalan Jenderal Ahmad Yani]] dan [[Jalan Laksamana Yos Sudarso (Jakarta)|Jalan Laksamana Yos Sudarso]] didirikan di ujung timur Jakarta. Jalan ini akan menghubungkan Simpang Susun Semanggi sampai ke [[pelabuhan Tanjung Priok]]. Jalan raya yang sangat penting yang menghubungkan Jakarta Pusat langsung dengan pelabuhan ini adalah prototipe Jalan Lingkar Dalam Jakarta, yang kemudian dikenal sebagai "[[Jalur Jalan Raya Cililitan - Tanjung Priok (Djakarta Bypass)|Djakarta Bypass]]", disebut demikian karena sambungan baru ini memungkinkan truk untuk "melewati seluruh Jakarta saat bepergian ke dan dari Pelabuhan." Pembangunan Bypass Jakarta didanai oleh [[Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat]] dan selesai pada tahun 1963.<ref>{{Citation|title=Djakarta Bypass|url=https://www.youtube.com/watch?v=KQLT_-VBMUw|accessdate=2022-10-29|language=id-ID}}</ref>