Rumah Singgah Gerilya Soedirman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Babilawd (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Babilawd (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 10:
 
Jenderal Soedirman beserta pasukannya berangkat dari Yogyakarta melewati jalur selatan menuju timur melalui Bantul, Palbapang, Bakulan, Kretek, Grogol, Parangtritis, Karangtengah, Panggang, Paliyan (Karangduwet), Playen, Siyono, Wonosari, Semanu, Bedoyo, Pracimantoro, Pulo, Karangbendo, Eromoko, Wuryantoro, Wonogiri, Jatisrono, Slogohimo, Purwantoro, Sumoroto, Ponorogo, Jetis, Sambit, Sawo, Tumpakpelem, Nglongsor, Tugu, Trenggalek, Bendorejo, Kalangbret, Kediri, Sukorame, Karangnongko, Pekso, Krampyang, Bajulan, Salamjudeg, Makuto, Sawahan, Ngliman, Gimbal, Gedangklutuk, Selayang, Serang, Jambu, Wayang, sampai ke Banyutowo.
 
== Alasan Jenderal Soedirman Singgah ==
Alasan jenderal Soedirman singgah di Bantul, khususnya di Pundong dikarenakan kondisi geografis di kawasan Pundong yang dapat melindungi Jenderal Soedirman di sana. Pada kawasan pundong terdapat sungai pemisah, yaitu sungai Opak. Pada zaman dulu belum ada jembatan seperti saat ini, dan dikarenakan sungai Opak sedang meluap, maka pasukan Belanda baru dapat menyebrang jika air telah surut. Ditambah lagi wilayah tersebut jauh dari deteksi dan radar pasukan Belanda.
 
cara Jenderal Soedirman menyebrang adalah menunggu hingga malam hari dan sungai mulai surut. Setelah sungai surut, Jenderal Soedirman beserta pasukannya menyebrangi sungai menaiki rakit. Sesampainya di seberang, beliau menaiki dokar yang ditarik oleh masyarakat menuju ke kediaman lurah Grogol. Alasan Jenderal Soedirman tidak menggunakan Dokar bertenaga kuda karena beliau takut jika menggunakan kuda, maka akan disita dan ketauan oleh pasukan Belanda. Saat itu, masyarakat menyiapkan jamuan dan sambutan kepada Jenderal Soedirman dan pasukannya sebagai bentuk antusiasme yang mereka rasakan.
 
== referensi ==
<references />