Sultan Alamuddin Syah dari Siak: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 37:
| dynasty = [[Malaka/Parameswara]]
| royal anthem =
| regnal name =
| posthumous name = Marhum Bukit Senapelan
| father = [[Raja Kecik]]
Baris 51:
}}
'''Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah''' dari [[Kesultanan Siak Sri Inderapura|Siak Sri Inderapura]], merupakan [[sultan Siak]] ke 4, putra pendiri kesultanan Siak, [[Raja Kecik]] dan
== Masa Belia ==
Raja Kecik, pendiri [[Kesultanan Siak Sri Indrapura]] memiliki tiga putra: Tengku Muda, [[Mahmud dari Siak|Tengku Buang Asmara]] dan Tengku Alam. Tengku Muda mangkat di waktu muda. Tengku Alam merupakan putra dari istri pertamanya yang merupakan anak Dipati Batukucing, Jambi.<ref name="Amir Lutfi 1991">Amir Lutfi (1991), ''Hukum dan Perubahan Struktur Kekuasaan: Pelaksanaan Hukum Islam dalam Kesultanan Melayu Siak 1901 - 1942'', Susqa Press Pekanbaru.</ref> Tengku Alam dan saudaranya Tengku Buang Asmara selalu berperan aktif membantu baginda dalam memperkokoh kesultanan yang baru berdiri itu. Tengku Alam beberapa kali memimpin penyerangan di [[Selat Melaka]] melawan Belanda dan orang [[Bugis]] yang mendukung [[Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah|Raja Sulaiman]] [[Johor]].<ref name="Muchtar Lutfi 1999">Muchtar Lutfi, Suwardi MS, dkk (1998/ 1999), ''Sejarah Riau'', Biro Bina Sosial Setwilda Tk. I Riau.</ref>
Hal lumrah yang terjadi antar dua putra raja adalah bersaing untuk menuju tahta. Persaingan antara dua orang pangeran yang berbeda ibu itu menyebabkan Raja Kecik harus menegaskan siapa penerusnya. Apalagi, setelah itu Raja Kecik ditimpa musibah ditinggal mati permaisurinya Tengku Kamariyah (ibunda Tengku Buang). Maka di akhir hayatnya <!--beliau-->ia memutuskan untuk menunjuk Tengku Alam sebagai Yang Dipertuan Muda dan Tengku Buang Asmara sebagai penerus tahta. Setelah itu, Tengku Alam mengundurkan diri ke Johor dan memberi keleluasaan kepada saudaranya. Setelah Raja Kecik wafat, Tengku Buang naik tahta dengan gelar ''Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzaffar Syah'' dan mengangkat putra Tengku Alam, yaitu Tengku Muhammad Ali sebagai Panglima Besar.<ref>Ahmad Supandi (2015), ''Kesultanan Siak Sri Indrapura: Islam dan Perlawanan terhadap Kolonialisme'', skripsi Fak. Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.</ref>
Baris 72:
== Akhir Hayat ==
Salah seorang putrinya, Tengku Embung Badariyah dinikahkan dengan seorang
Sultan Alamuddin mangkat pada tahun 1766 dan dimakamkan di Kampung Bukit, Senapelan. Putranya, Muhammad Ali kemudian naik takhta dengan gelar ''Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah''.<ref name="Muchtar Lutfi 1999"/>
|