Ular bangkai laut: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up
Kim Nansa (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
 
Baris 35:
 
== Kebiasaan ==
Ular yang aktif di malam hari ([[nokturnal]]) dan tidak begitu lincah. Kerap terlihat menjalar lambat-lambat di antara ranting atau di atas lantai [[hutan]]; meskipun apabila terancam dapat pula bergerak dengan cepat dan gesit. Menyukai hutan [[bambu]] dan [[belukar]] yang tidak jauh dari [[sungai]], ular bangkai laut sering didapati berdiam di antara [[Daun|daun-daun]] dan ranting semak atau pohon kecil sampai dengan 3 [[meter|m]] di atas tanah. Tidak jarang pula ditemukan di [[kebun]] dan [[karang|pekarangan]] di dekat rumah.
 
Mangsa ular ini terutama adalah [[kodok]], [[burung]] dan [[mamalia]] kecil; juga [[kadal]]. Perburuannya dalam gelap malam amat dibantu oleh indra penghidu bahang (panas) tubuh yang terletak pada dekik pipinya.
Baris 52:
Ular bangkai laut termasuk ular yang agresif, mudah merasa terganggu dan lekas menggigit. Ular ini merupakan penyumbang kasus gigitan ular terbanyak, yakni sekitar 50% kasus di Indonesia (Kawamura dkk. 1975, seperti dikutip dalam David and Vogel, 1997). 2,4% di antaranya berakibat fatal.
 
Menurut pengalaman, ular ini biasanya menggigit para pencari [[kayu bakar]], pencari rumput atau gembala yang tengah berjalan di hutan. Keyakinan orang-orang desa di [[Kabupaten Dompu|Dompu]], [[Sumbawa]], ular ini menggigit sebab merasa terganggu. Ketika serombongan orang lalu di hutan, orang pertama yang lewat dan secara tak sengaja menyenggol dahan tempat tidur ular ''tarihu'' ini biasanya selamat, tak digigit. Ular itu hanya terbangun dan berwaspada. Orang kedua atau ketigalah yang biasanya tergigit.
 
Seperti umumnya ular bandotan (''viper''), ular bangkai laut ini memiliki [[bisa]] yang berbahaya. Bisa ini disuntikkan ke tubuh korbannya melalui sepasang taring besar melengkung yang beralur di tengahnya. Meski demikian, tidak semua gigitan ular disertai dengan pengeluaran bisa. Gigitan ‘kering’, yang bersifat refleks atau peringatan, biasanya tidak disertai bisa dan karenanya tidak membahayakan. Gigitan ‘kering’ ular ini tidak menimbulkan gejala-gejala keracunan seperti yang diuraikan di bawah.
 
[[Bisa ular]] ini, dan umumnya ular Crotalinae, bersifat hemotoksin, merusak sistem peredaran darah. Gigitan ular ini pada manusia menimbulkan rasa sakit yang hebat, dan kerusakan jaringan di sekitar luka gigitan. Dalam menit-menit pertama setelah gigitan, jaringan akan membengkak dan sebagian akan berwarna merah gelap, pertanda terjadi perdarahan di bawah kulit di sekitar luka. Menyusul terjadi pembengkakan, rasa kaku dan nyeri yang meluas perlahan-lahan ke seluruh bagian anggota yang tergigit. Rasa nyeri terasa terutama pada persendian antara luka dan jantung. Apabila tidak ditangani dengan baik, perdarahan internal dapat menyusul terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa hari kemudian, dan bahkan dapat membawa kematian.
 
== Bahan bacaan dan Rujukan ==