Setelah kemerdekaan hingga tahun 1975, Senen merupakan pusat perdagangan kota Jakarta. Pusat perdagangan Senen atau Proyekproyek Senen dibangun pada masa pemerintahan [[Ali Sadikin]] sekitar tahun 1960-1970.<ref>{{[http://www.arsitekturindis.com/?p=257}}]</ref> Pembangunan Proyekproyek Senen diikuti dengan Pasarpasar Inpresinpres dan terminanterminal Senen. Melengkapi proyek Senen, di tahun 1990 dibangun pula super blok modern, Atrium Senen. Atrium Senen diisi sejumlah ''tenant'' internasional, seperti Yaohan dan Mark & Spencer, yang pada akhirnya menarik diri karena krisis ekonomi.
Melengkapi Proyek Senen, di tahun 1990 dibangun super blok modern, Atrium Senen. Atrium Senen diisi sejumlah ''tenant'' internasional, seperti Yaohan dan Mark&Spencer, yang pada akhirnya menarik diri karena krisis ekonomi.
Selain Proyekproyek Senen dan Atrium Senen, Senen makin dipadati oleh pedagang informal atau biasa disebut dengan pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan disepanjang Jalanjalan Kramat dan Kwitang. Jika di sisi Jalanjalan Kramat dipenuhi oleh [[Pedagang Minangkabau|pedagang-pedagang Minangkabau]] yang menjual aneka penganan, maka Jalanjalan Kwitang merupakan bursa buku terbesar di Jakarta. Selain di kedua ruas jalan tersebut, disisi Stasiunstasiun Pasar Senen yakni kawasan Poncol Senen juga banyak PKL yang menjual barang-barang bekas atau barang-barang selundupan.