Perang Siak–Pelalawan (1806-1811): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dappitsberg (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Dappitsberg (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 23:
Pada masa pemerintahan Sultan Tengku Syarif Ali (Sultan Assaidis Assyarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi (1784-1810) ini lah dapat dikatakan bahwa kesultanan Siak telah berhasil menjadi sebuah pusat kekuasaan yang kuat. Dan pada masa ini pula kekuasaan kesultanan Siak tidak saja meliputi seluruh wilayah [[Riau]] daratan dan [[Pelalawan]] (termasuk daerah pedalaman wilayah orang Kubu) tetapi juga wilayah Asahan, Deli, Langkat, Temiang, Badagai, dan lainnya, maka dapat pula dikatakan kekuasaan [[kesultanan Siak Sri Indrapura]] juga meliputi wilayah Melayu di [[Sumatra Timur]] dan bagian Selatan [[Aceh]]. Tepat pada saat inilah masa kebesaran politik dialami oleh Kesultanan Siak Sri Indrapura<ref>D. M. Sari, "Citra Kabupaten Siak dalam Arsip," Jakarta Arsi Nas. Republik Indonesia 2019.</ref>
== Penyerangan ke Sambas ==
{{main|Perang Siak-Sambas}}
Di samping itu, [[Sultan Syarif Ali]] juga memimpin penyerangan ke [[Kesultanan Sambas]] di [[Kalimantan Barat]] dan berhasil menaklukkan ibukotanya tetapi tidak diduduki untuk waktu yang lama. Sebagai bukti penaklukan tersebut, di [[Sambas]] sekarang masih ditemukan sebuah perkampungan yang bernama Kampung Siak. Selain itu, di Siak terdapat barang-barang yang dibawa dari Sambas seperti piring-piring, senjata dan lain-lain. Ditemukan juga bahwa ada kesamaan antaran Tenunan Siak dengan Sambas. Semenjak itu, Sambas membayar upeti tahunan kepada Siak berupa bunga perak<ref>Muchtar Luthfi, Sejarah Riau, Percetakan Riau - Pekanbaru (1977), pp. 251-253.</ref>
== Referensi ==
|