Wawan (aktivis): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 21:
Tiga hari setelah operasi polip di Rumah Sakit Sumber Waras, pada tanggal 9 November 1998 Wawan minta diantarkan kembali ke kampus untuk memimpin diskusi. Setelah itu ia tidak pernah pulang ke rumah, terus berada di kampus. Barulah pada tanggal 12 November 1998, Wawan mengabari ibunya.
 
Pada tanggal 13 November 1998, tersebar kabar bahwa demonstrasi akan diatasi dengan penembakan bebas menggunakan peluru tajam, dan Menhakam/Pangab Jenderal Wiranto meminta semua aktivitas ditutup. Sumarsih yang ingin menjemput Wawan di Universitas Atmajaya terhalangi karena Gedung DPR/MPR dijaga ketat oleh aparat keamanan. Wawan masih sempat mengabari lewat telepon kepada ayahnya bahwa kondisi di kampus juga memanas.<ref name=kumparan/>{https://kumparan.com/kumparannews/dibunuh-kisah-wawan-dan-sumarsih-di-lingkaran-buram-98/2 ''Dibunuh: Kisah Wawan dan Sumarsih di Lingkar Buram ‘98''.] dari situs berita kumparan</ref>
 
Sore harinya, Wawan tertembak bersama korban Tragedi Semanggi lainnya, saat sedang mengendong korban lain, setelah meminta izin kepada tentara untuk menolong mereka. Sebelunya ia dan aktivis lain mengangkat dan menyemprotkan air hidran untuk mengatasi gas air mata.<ref name=kompas/> Romo Ignatius Sandyawan Sumardi, Sekretaris Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRK), yang mengabarkan hal ini kepada orangtuanya melalui telepon. Mereka diminta datang ke Rumah Sakit Jakarta, namun kemudian dihalangi polisi yang berjaga. Setelah masuk ke Rumah Sakit Jakarta, Wawan ditemukan sudah meninggal di basemen. Ibunya kemudian menyetujui otopsi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo<ref name=kumparan/>
 
==Akhir hidup==