Keyakinan dalam Buddhisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 71:
<!--[[Hajime Nakamura]] membedakan dua arus dalam agama Buddha, yang ia sebut sebagai pendekatan bakti dan pendekatan "pengetahuan batin".{{sfn|Nakamura|1997|p=392}} Sementara itu, antropolog [[Melford Spiro]] membedakan antara bakti dengan ''[[magga]]'' (jalan menuju pembebasan).{{sfn|Spiro|1982|p=34 n.6}} -->Dalam agama Buddha, perihal perkembangan pemahaman keyakinan, ada dua tahapan sejarah, yaitu tahapan agama Buddha awal dan tahapan Buddha aliran Mahāyāna yang berkembang pada periode berikutnya. Beberapa cendekiawan awal abad ke-20, seperti [[Louis de La Vallée-Poussin]], [[Arthur Berriedale Keith]], dan [[Caroline Rhys Davids]], dikritik oleh para cendekiawan dari Sri Lanka karena tak membedakan dengan jelas dua tahapan tersebut.{{sfn|Suvimalee|2005|p=601}}{{sfn|Jayatilleke|1963|pp=384–5}}
===
{{utama|Sejarah agama Buddha#Tahap awal agama Buddha|Mazhab-mazhab Buddhis awal}}
Dalam teks-teks agama Buddha awal, seperti teks-teks dalam [[bahasa Pāli]], ''saddhā'' biasanya diterjemahkan sebagai "keyakinan", tetapi dengan makna tambahan yang berbeda ketimbang istilah Inggris-nya.{{sfn|De Silva|2002|p=214}} Istilah tersebut terkadang juga diterjemahkan menjadi "kepercayaan", dalam hal kepercayaan akan doktrin.{{sfn|Findly|2003|p=203}}{{sfn|Gombrich|1995|pages=69–70}} Menurut cendekiawan John Bishop, keyakinan dalam agama Buddha awal pada dasarnya "religius tanpa nuansa teistik".{{sfn|Bishop|2016}} Keyakinan Buddha awal tidaklah menjadikan [[teosentrisme|Tuhan sebagai pusat dari agama]].{{sfn|Gombrich|1995|page=71}} Berlawanan dengan [[Brahmanisme Weda]], yang mendahului agama Buddha, gagasan keyakinan dalam agama Buddha lebih berkaitan dengan ajaran-ajaran yang dipelajari dan dipraktikkan, ketimbang berfokus pada dewa-dewi.{{sfn|Findly|1992|p=258}} Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan realitas menurut agama Buddha tak dipengaruhi oleh tradisi lain: pada saat agama Buddha berkembang, beberapa komunitas agama India sudah mengajarkan pendekatan kritis dalam memahami kebenaran.{{sfn|Jayatilleke|1963|page=277}}
|