Majapahit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 32:
}}
{{Sejarah Indonesia}}
'''Majapahit''' adalah sebuah [[kerajaan]] kuno di [[Indonesia]] yang pernah berdiri dari sekitar tahun [[1293]] hingga [[1500]] [[Masehi|M]]. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan [[Hayam Wuruk]], yang berkuasa dari tahun [[1350]] hingga [[1389]]. Majapahit menguasai kerajaan-kerajaan lainnya di [[semenanjung Malaya]], [[Borneo]], [[Sumatra]], [[Bali]], dan [[Filipina]].
 
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan [[Hindu]]-[[Agama Buddha|Buddha]] terakhir yang menguasai [[Semenanjung Malaya]] dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam [[sejarah Indonesia]].<ref name="Ricklefs_19">Ricklefs (1991), halaman 19</ref> Kekuasaannya terbentang di [[Jawa]], [[Sumatra]], [[Semenanjung Malaya]], [[Borneo]], hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.<ref>Prapantja, Rakawi, trans. by Theodore Gauthier Pigeaud, ''Java in the 14th Century, A Study in Cultural History: The Negara-Kertagama by Pakawi Parakanca of Majapahit, 1365 AD'' (The Hague, Martinus Nijhoff, 1962), vol. 4, p. 29. 34; [[G.J. Resink]], ''Indonesia’s History Between the Myths: Essays in Legal History and Historical Theory'' (The Hague: W. van Hoeve, 1968), hal. 21.</ref>
 
== Historiografi ==
Baris 59:
| accessyear = 2008
| quote =
}}</ref> ke Singhasari yang menuntut [[upeti]]. [[Kertanagara]], penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir, menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.<ref name="bennysetiono"/><ref>David Bor - ''Khubilai khan and Beautiful princesses of Tumapela'' 2006</ref> Kublai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun [[1293]].
Ketika itu, [[Jayakatwang]], adipati [[Kerajaan Kediri|Kediri]], sudah membunuh Kertanagara. Atas saran [[Aria Wiraraja]], Jayakatwang memberikan pengampunan kepada [[Raden Wijaya]], menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. [[Raden Wijaya]] kemudian diberi hutan [[Tarik]]. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai ''Majapahit'', yang namanya diambil dari buah [[maja]], dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongolia[[Mongol]] tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan [[Mongolia]]Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di teritori asing.<ref>Groeneveldt, W.P. ''Historical Notes on Indonesia and Malaya: Compiled from Chinese Sources''. Djakarta: Bhratara, 1960.</ref><ref name="slametmuljana">Slamet Muljana. ''Menuju Puncak Kemegahan'' (LKIS, 2005)</ref> Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin [[muson]] agar dapat pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
 
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu pada tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi [[Kertarajasa|Kertarajasa Jayawardhana]]. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk [[Ranggalawe]], [[Lembu Sora|Sora]], dan [[Nambi]] memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih [[Mahapatih Halayudha|Halayudha]] lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang terpercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir ([[Kuti]]), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.<ref name="slametmuljana"/> Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
Baris 69:
=== Kejayaan Majapahit ===
[[Berkas:Gajah-Mada.jpg|right|thumb|200px|[[Terakota]] wajah yang dipercaya sebagai potret Gajah Mada.]]
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun [[1350]] hingga [[1389]]. Pada masanya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, [[Gajah Mada]]. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke [[Palembang]],<ref name="Ricklefs_19"/> menyebabkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan [[Sriwijaya]]. Jenderal terkenal Majapahit lainnya adalah [[Adityawarman]], yang terkenal karena penaklukannya di [[Minangkabau]].
 
Menurut ''[[Kakawin Nagarakretagama]]'' pupuh XIII-XV, [[Wilayah taklukan Majapahit|daerah kekuasaan Majapahit]] meliputi [[Sumatra]], [[semenanjung Malaya]], [[Borneo]], [[Sulawesi]], kepulauan [[Nusa Tenggara]], [[Maluku]], [[Papua]], dan sebagian kepulauan [[Filipina]]<ref name="SNI_436">Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). ''Sejarah Nasional Indonesia''. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal. 436.</ref>. Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja<ref name="Ricklefs_56">Ricklefs (1991), halaman 56</ref>. Majapahit juga memiliki hubungan dengan [[Campa]], [[Kamboja]], [[Siam]], [[Birma]] bagian selatan, dan [[Vietnam]], dan bahkan mengirim duta-dutanya ke [[Tiongkok]].<ref name="Ricklefs_56"/><ref name="Ricklefs_19"/>
Baris 76:
Sesudah mencapai puncaknya pada [[abad ke-14]], kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Tampaknya terjadi perang saudara ([[Perang Paregreg]]) pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Demikian pula telah terjadi pergantian raja yang dipertengkarkan pada tahun 1450-an, dan pemberontakan besar yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468<ref name="Ricklefs_55"/>.
 
Dalam tradisi Jawa ada sebuah [[kronogram]] atau [[candrasengkala]] yang berbunyi <i>sirna ilang kretaning bumi</i>. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 [[Saka]], atau 1478 [[Masehi]]. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian, yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya [[Brawijaya V|Bre Kertabumi]], raja ke-11 Majapahit, oleh [[Girindrawardhana]]<ref name="SNI448">Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.</ref>.
 
Ketika Majapahit didirikan, pedagang [[Muslim]] dan para penyebar agama sudah mulai memasuki nusantara[[Nusantara]]. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh nusantaraNusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan agama [[Islam]], yaitu [[Kesultanan Malaka]], mulai muncul di bagian barat nusantaraNusantara<ref name="Ricklefs_57">Ricklefs (2005), hal. 57.</ref>.
 
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis ([[Tome Pires]]), dan Italia ([[Pigafetta]]) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan [[Adipati Unus]], penguasa dari [[Kesultanan Demak]], antara tahun 1518 dan 1521 M<ref name="SNI448"/>.
Baris 169:
Kesultanan-kesultanan Islam [[Kesultanan Demak|Demak]], [[Kesultanan Pajang|Pajang]], dan [[Kesultanan Mataram|Mataram]] berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya melalui [[Brawijaya|Kertabhumi]]; pendirinya, [[Raden Patah]], menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan seorang ''Putri Cina'', yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas [[Wirasaba]] tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh [[Sultan Agung]] sendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit — sering kali dalam bentuk makam leluhur, yang di Jawa merupakan ''bukti'' penting — dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.<ref name="Schoppert1997"/>
 
Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat [[Kebangkitan nasional|Gerakan Kebangkitan Nasional]] di awal abad ke-20, telah merujuk pada Majapahit, disamping [[Kerajaan Sriwijaya|Sriwijaya]], sebagai contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan batas politik negara Republik Indonesia saat ini.<ref name="Ricklefs_56"/> Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, [[Partai Komunis Indonesia]] menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan.<ref>Ricklefs, hal. 363</ref>Sukarno juga mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa, sedangkan [[Orde Baru]] menggunakannya untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara.<ref>{{cite book | last = Friend | first = Theodore | authorlink = | coauthors = | title = Indonesian Destinies | publisher = Belknap Press, Harvard University Press | date = | location = Cambridge, Massachusetts and London | pages = p.19 | url = | doi = | id = ISBN 0-674-01137-6 }}</ref> Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.
 
==== Arsitektur ====
Baris 198:
{{takakurat}}
{{tone}}
Diperkirakan sekitar tahun 1478 Masehi, berkembang kisah Kesultanan Islam Malaka (Malaysia) mengutus [[Hang Tuah|Laksamana Hang Tuah]] berkunjung ke pusat ibukota Majapahit. Selama di Majapahit, Laksamana Hang Tuah tidak mendapatkan peradaban yang tinggi, sebagaimana catatan Laksamana Cheng Ho (Dinasti Ming) saat mengunjungi Majapahit sekitar tahun 1437.
 
Bahkan penguasa Majapahit sudah bukan keturunan dari Raden Wijaya sendiri. Alasannya pendiri Kesultanan Malaka dari wilayah Sriwijaya (Sumatera), masih punya hubungan keluarga dengan Raden Wijaya.
 
Melemahnya pusat ibukota Majapahit, membuat banyak daerah taklukkannya melepaskan diri. Seperti raja pertama Kesultanan Brunei Darussalam yang bertempur dengan markas tentara Majapahit di Paloh (Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia), supaya lepas dari kekuasaan di Jawa. Dan mendirikan kerajaan sendiri, sekitar akhir abad 14.
 
Peta pemberontakan di tanah Melayu juga berkembang di semenanjung Malaysia. Parameswara, pejabatketurunan Mahapahitraja untuk kekuasaan di Sumatera tengah dan semenanjung MalaysiaSriwijaya, masuk agama Islam dan mendirikan Kesultanan Malaka tahun di awal abad ke-15.
 
Pun demikian Kesultanan Melaka masih menganggap Majapahit salah satu peradaban yang tidak bisa ditinggalkan, maka dikirimlah misi "muhibah" ke ibukota Majapahit di Trowulan (Provinsi Jawa Timur, Indonesia).