Tongkat pastoral: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 79:
 
[[File:Bastone pastorale di clonmacnoise, XI secolo 01.jpg|thumb|Gancu [[tongkat pastoral Clonmacnoise]] bergagrak Insuler Irlandia dari akhir abad ke-11, koleksi [[Museum Nasional Irlandia – Arkeologi]], Dublin]]
Tongkat-[[tongkat pastoral Insuler]], yang diproduksi di Inggris dan Irlandia pada [[Abad Pertengahan Awal]], memiliki bentuk yang lebih sederhana, mungkin lebih mendekati tongkat gembala yang sesungguhnya. Tongkat-tongkat ini dianggap sebagai [[relikui]]-relikui penting peninggalan para pemuka agama terdahulu, dan sintas dalam jumlah yang tidak biasa, antara lain [[tongkat pastoral Clonmacnoise]], [[tongkat pastoral Kells]], [[tongkat pastoral Lismore]], [[tongkat pastoral Prosperous]], [[tongkat pastoral Sungai Laune]], [[tongkat pastoral Santo Kolumba]], [[tongkat pastoral Santo Filanus]], dan [[tongkat pastoral Santo Melis]].<!--
 
Pada masa lampau, sehelai kain linen atau bahan sandang yang lebih mewah diikatkan pada tongkat pastoral sedemikian rupa sehingga dapat digenggam oleh uskup. Kain ini disebut ''[[sudarium]]'' (secara hafriah berarti "kain peluh"), dan mula-mula dimaksudkan sebagai pencegah keringat dari tangan uskup mengenai dan menodai (atau mencegah tangan uskup terkena noda) logam. Penemuan [[baja nirkarat]] pada akhir abad ke-19 dan pemanfaatannya sebagai bahan baku pembuatan tongkat pastoral membuat ''sudarium'' kehilangan fungsi aslinya, dan lambat laun fungsinya menjadi kian rumit dan bersifat seremonial. Di bidang [[heraldik|tata lambang kebesaran]], ''sudarium'' masih sering dijumpai gambarnya bilamana gambar tongkat pastoral muncul pada lambang kebesaran.
In previous times, a cloth of linen or richer material, called the ''[[sudarium]]'' (literally, "sweat cloth"), was suspended from the crozier at the place where the bishop would grasp it. This was originally a practical application which prevented the bishop's hand from sweating and discolouring (or being discoloured by) the metal. The invention of [[stainless steel]] in the late 19th century and its subsequent incorporation in material used for croziers rendered moot its original purpose and it became more elaborate and ceremonial in function over time.{{Citation needed|date=May 2016}} In [[heraldry]], the ''sudarium'' is often still depicted when croziers occur on coats of arms.
 
Di lingkungan Gereja Katolik Roma, tongkat pastoral senantiasa dipegang uskup dengan gancu mengarah ke depan, dengan kata lain terarah kepada orang atau benda di hadapan uskup, tanpa membedakan apakah si pemegang tongkat adalah [[ordinaris]] atau bukan ordinaris. Pada tanggal 26 November 1919, [[Kongregasi Suci bagi Ritus-ritus|Kongregasi Suci Ritus-Ritus]] memberikan tanggapannya terkait pertanyaan berikut ini,
In the Roman Catholic Church, the crozier is always carried by the bishop with the crook turned away from himself; that is to say, facing toward the persons or objects he is facing, regardless of whether he is the [[Ordinary (Catholic Church)|Ordinary]] or not. The [[Sacred Congregation of Rites]] on 26 November 1919, stated in a reply to the following question,
{{blockquote|Jika seorang uskup dari luar menggunakan tongkat uskup, baik karena diharuskan oleh fungsi atau atas seizin ordinaris, maka ke manakah hulu atau gancunya ia arahkan?
{{blockquote|In case an outside Bishop uses a Bishops' staff, this being either required by the function or permitted by the Ordinary, in what direction should he hold the upper part, or crook?
 
'''ReplyJawab.''' AlwaysSenantiasa withdengan thegancu crookmengarah turnedke away from himselfdepan, that is toward theyaitu personske orarah objectsorang whichatau hebenda isdi facinghadapannya. (AAS 12-177)}}
 
=== Gagrak Timur ===
Tongkat pastoral yang dibawa para uskup, [[arkimandrit]]es, abas, dan abdis Gereja Timur berbeda rancangannya dari tongkat pastoral Gereja Barat. Tongkat pastoral Gereja Timur dibuat lebih menyerupai tongkat pemapah ketimbang tongkat gembala.<!--
The croziers carried by Eastern bishops, [[archimandrite]]s, abbots and abbesses differ in design from the Western crozier. The Eastern crozier is shaped more like a crutch than a shepherd's staff.
 
The ''[[sudariumSudarium]]'' oratau croziermantel mantletongkat ispastoral stillmasih useddigunakan indi theGereja-Gereja Eastern churchesTimur, wherebiasanya itterbuat isdari usuallykain mademewah ofseperti abrokat richatau fabric such as brocade or velvetbeledu, anddan usuallybiasanya embroidereddihiasi withsulaman asalib crossatau orlambang-lambang otherkagamaan religious symbollainnya, trimmed with galoonberumbai aroundsepanjang thetepinya edgesdan and fringed at the bottom. The ''sudarium'' is normally a rectangular piece of fabric with a string sewn into the upper edge which is used to tie the ''sudarium'' to the crozier that can be drawn together to form pleats. As the sudarium has grown more elaborate, bishops no longer hold it between their hand and the crozier, but place their hand under it as they grasp the crozier, so that it is visible.{{Citation needed|date=February 2024}}
-->
 
== Catatan ==
{{Reflist}}