Wali Sanga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Raden Salman (bicara | kontrib)
Penataan Bidang
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Raden Salman (bicara | kontrib)
Perbaikan Deskripsi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 1:
'''Wali Sanga''' (lebih dikenal sebagai '''Wali Songo''', {{lang-jv|ꦮꦭꦶꦱꦔ}}; ''Wali Songo'', "Sembilan [[Wali]]" (orang yang dipercaya)) adalah tokoh [[Islam]] yang dihormati di [[Indonesia]], khususnya di [[pulau Jawa]], karena peran historis mereka dalam penyebaran agama [[Islam]] di [[Indonesia]].
 
Ketika '''''[[Mehmed I|Sultan Mehmed I]]''''' memerintah [[Kesultanan Utsmaniyah]]. Beliau menanyakan perkembangan agama Islam kepada para pedagang dari Gujarat, India.
Pembentukan Majelis Dakwah Walisongo di perkirakan terjadi antara tahun 1250 -1404 oleh Sultan-Sultan yang berkuasa dalam penyebaran agama Islam di suatu negara ke negara lain, biasanya terdiri dari 9 Anggota Majelis Dakwah Walisongo segera bergerak ke wilayah India, asia tenggara seperti Vietnam, Malaysia & Indonesia.
Berita ini tertulis dalam '''kitab kanzul'Hum dari ibnu bathutah''', lalu dilanjutkan oleh [[Sunan Gresik]] & sekarang tersimpan dalam '''museum Istana [[Turki]]''' Istanbul
 
       Dari mereka Sultan mendapat kabar, bahwa di Pulau Jawa ada dua kerajaan Hindu yaitu Majapahit dan Pajajaran. Di antara rakyatnya ada yang beragama Islam.
Perjalanan Periode Selanjutnya untuk berdakwah di pulau Jawa pada tahun 1404 dipimpin oleh [[Sunan Gresik]] sebagai Misionaris utusan [[Kesultanan Utsmaniyah]] dari Istambul Turki tentu membawa misi dalam penyebaran agama islam
& mencari simpati juga dukungan atas peperangan saudara yang terjadi di negaranya dengan mendatangi wilayah Kerajaan [[Majapahit]] kala itu rajanya Baginda Prabu [[Wikramawardhana]] sebagai kekuatan terbesar di Asia tenggara pada jamannya.[referensi?]
 
       Namun, jumlahnya masih sedikit. Sehingga, Sultan memerintahkan pengiriman surat kepada para pembesar Islam di Afrika Utara dan Timur Tengah.
Setiap anggota Wali Sanga saling dikaitkan dengan gelar [[Sunan]] dalam bahasa Jawa, konteks ini berarti "terhormat".<ref>{{cite book | last =Ricklefs | first =M.C. | title =A History of Modern Indonesia since c.1300, 2nd Edition | publisher =MacMillan | year =1991 | location =London | pages =9–10. | isbn = 0-333-57689-6}}</ref>
 
       Isinya meminta para Ulama' yang mempunyai karomah untuk dikirim ke pulau Jawa. Maka, terkumpullah sembilan Ulama' berilmu tinggi serta mempunyai karomah.
Sebagian besar wali juga dijuluki [[Raden]] selama hidup mereka, karena mereka keturunan ningrat. (Lihat bagian "Gaya dan Gelar" Kesultanan Yogyakarta untuk penjelasan tentang istilah bangsawan Jawa.)
 
&  mencari  simpati  juga Pada tahun 808 Hijriah atau 1404 Masehi para Ulama' itu berangkat ke pulau Jawa. Di Pimpin oleh [[Sunan Gresik]] sebagai Mufti Walisongo sekaligus utusan [[Kesultanan Utsmaniyah]] untuk membawa misi penyebaran agama islam & mencari dukungan atas peperangan saudara yang terjadi di negaranya dengan mendatangi wilayah Kerajaan [[Majapahit]]. kalaWaktu itu rajanya adalah Baginda Prabu [[Wikramawardhana]] sebagai kekuatan terbesar di Asia tenggaraTenggara pada jamannya.[referensi?]
Makam (pundhen) para wali dihormati oleh masyarakat Jawa sebagai lokasi ziarah di Jawa sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih atas manfaat dan syafaat yang mereka amalkan pada masa hidupnya.<ref>Schoppert, P., Damais, S., ''Java Style'', 1997, Didier Millet, Paris, pp.&nbsp;50, {{ISBN|962-593-232-1}}</ref> Dalam tradisi Jawa makam memiliki istilah ''pundhen''.
 
       Menurut '''''Buku Haul Sunan Ampel Ke-555''''' yang ditulis oleh KH. Mohammad Dahlan, Majelis Dakwah yang secara umum dinamakan Walisongo, sebenarnya terdiri dari beberapa angkatan.
 
       Para Walisongo tidak hidup pada saat yang bersamaan. Namun, satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, baik dalam ikatan keluarga, pernikahan, maupun dalam hubungan guru dan murid.
 
       Bila ada seorang anggota majelis yang wafat, maka posisinya digantikan oleh tokoh lainnya.
 
       Seperti yang tersebut dalam '''''Kitab Kanzul Ulum Ibnul Bathuthah''''', yang penulisannya dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al-Maghrobi. Walisongo pernah melakukan sidang tiga kali, yaitu :
 
* Tahun 1404 M adalah sembilan wali.
 
* Tahun 1463 M masuk tiga waIi mengganti yang wafat.
 
* Tahun 1463 M masuk empat wali mengganti yang wafat dan pergi.
 
       Kemudian, menurut '''''KH. Dachlan Abd. Qohar'''''. Pada tahun 1466 M, Walisongo melakukan sidang lagi membahas meninggalnya dua orang wali yaitu :
 
* Maulana Muhammad Al-Maghrobi,
* Maulana Ahmad Jumadil Qubro.
 
== Arti Wali Sanga ==