Insiden Bawean 2003: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
memindahkan sebagian isi dari Chappy Hakim
memindahkan sebagian isi dari Komando Operasi Udara Nasional
Baris 21:
 
== Kronologi ==
InsidenPada initanggal dimulai3 saatJuli sejumlah2003 kapalsekitar milikjam [[Armada Ketujuh Amerika Serikat]]11:38, salah''Military-Civil satunyaCoordination'' kapal(MCC) indukdi [[USSBandara CarlNgurah VinsonRai]], sedang berlayar dari arah barat ke timur pada tanggal 3 Juli 2003. Saat berada di [[Alur Laut Kepulauan IndonesiaBali]], duamendeteksi unitpergerakan [[F/A-18tanpa Hornet]] lepas landasizin dari USSsejumlah Carl Vinson danpesawat melakukan manuver yang cukup membahayakan penerbangan sipilterbang di rute penerbangan Green 63 dibarat dekatlaut [[Pulau Bawean]] atau {{convert|66|nmi|lk=in}} dari [[Surabaya]].<ref name=":1">{{cite news|date=27 March 2023|title=Insiden Bawean, Bukti Ketangguhan TNI AU dalam Menjaga Kedaulatan Udara Indonesia|url=https://indonesiadefense.com/insiden-bawean-bukti-ketangguhan-tni-au-dalam-menjaga-kedaulatan-udara-indonesia/|publisher=Indonesia Defense}}</ref> Dalam pemantauan melalui radar, jumlah dari pesawat terbang tersebut berubah-ubah antara empat hingga sembilan unit. Ketinggian dari pesawat terbang tersebut juga berubah-ubah antara 15.000 kaki hingga 30.500 kaki dengan kecepatan hingga 450 knot. Pesawat terbang tersebut terkadang juga menghilang di radar dan kemudian muncul kembali.
 
Pada jam 15:00, awak dari satu unit [[Boeing 737-200]] milik [[Bouraq Indonesia Airlines]], yang sedang dalam perjalanan menuju [[Surabaya]], pun melaporkan pergerakan membahayakandari pesawat terbang tersebut ke [[pemandu lalu lintas udara]] di [[Bali]] karena dirasa membahayakan. Laporan tersebut kemudian diteruskan ke Panglima [[Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia|Kohanudnas]], [[Wresniwiro]]. [[TNI Angkatan Udara]] sebenarnya telah mendeteksi pergerakan tersebut dan juga menganggapnya sebagai pergerakan dari pesawat terbang tidak dikenal, karena tidak tercatat dalam laporan penerbangan manapun.{{Sfn|Bachtiar|2018|p=xix - xx}}{{Sfn|Hakim|2018|p=305 - 311}}<ref>{{Cite news|last=Dudi|first=Sudibyo|date=04 Juli 2003|title=Lima Pesawat F-18 AS Bermanuver di Bawean|work=KOMPAS|access-date=09 April 2021}}</ref><ref>{{Cite news|last=Dudi|first=Sudibyo|date=07 Juli 2003|title=Perang Elektronika di Kawasan Bawean: Beberapa manuver dalam perang elektronika antara F-16 TNI AU dengan F-18 Hornet AL AS|work=KOMPAS|access-date=09 April 2021}}</ref><ref name=":82">{{Cite news|last=Marboen|first=Ade P|date=15 Maret 2017|editor-last=Suryanto|title=F-16 nomor registrasi TS-1603 berjasa pada insiden Pulau Bawean|url=https://www.antaranews.com/berita/618202/f-16-nomor-registrasi-ts-1603-berjasa-pada-insiden-pulau-bawean|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]|access-date=09 Juli 2020}}</ref>
 
Walaupun sebenarnya Pangkohanudnas berada di bawah kendali [[Panglima TNI]], tetapi karena situasi saat itu membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat, [[KSAU]] [[Chappy Hakim]] akhirnya menyetujui terlebih dahulu usulan dari Pangkohanudnas untuk mencegat pesawat terbang tersebut dan kemudian melaporkannya kepada Panglima TNI. Panglima [[Koopsau II]], [[Teddy Sumarno]] lalu memerintahkan dua unit [[F-16 Fighting Falcon]] yang berada di [[Pangkalan Udara Iswahyudi]], yakni dengan nomor ekor TS-1602 yang diawaki oleh [[Mohamad Tony Harjono]] dan [[M. Satrio Utomo]] dan TS-1603 yang diawaki oleh [[Ian Fuady]] dan [[Fajar Adriyanto]], untuk mengidentifikasi pesawat terbang tersebut sambil menghindari konfrontasi dengan tidak melakukan [[Radar lock-on|penguncian radar]].{{Sfn|Hakim|2018|p=305 - 311}}<ref name=":82" />
 
Setelah berada dalam jarak yang cukup dekat, F-16 berhasil mengidentifikasi pesawat terbang tersebut sebagai [[F/A-18 Hornet]]. Kemudian terjadi [[peperangan elektronik]] antara F-16 dan F/A-18. Dua unit F-16 pun memisahkan diri, sehingga dua unit F/A-18 akhirnya hanya melakukan penguncian radar terhadap satu unit [[F-16]], yang kemudian melawannya dengan mengaktifkan [[penangkal elektronik]]. Dua unit F/A-18 tersebut sebenarnya dapat ditembak oleh satu unit F-16 yang lain, tetapi hal tersebuttembakan tidak dilakukan, sesuai dengan arahan sebelumnya dari Pangkoopsau II. Tiga unit F/A-18 lain lalu lepas landas dari USS Carl Vinson untuk membantu dua unit F/A-18 tersebut. Ketegangan akhirnya mereda setelah satu unit F-16 yang sempat dikunci radar menggoyangkan sayapnya untuk mengisyaratkan bahwa mereka tidak bermaksud mengancam F/A-18.{{Sfn|Hakim|2018|p=305 - 311}}
 
Setelah komunikasi radio berhasil dibuka, F/A-18 mengklaim bahwa mereka masih terbang di atas perairan internasional dan meminta agar F-16 untuk menjauh. F-16 kemudian menanggapi bahwa F/A-18 telah terbang di atas perairan Indonesia dan meminta agar F/A-18 segera menghubungi [[pemandu lalu lintas udara]] di Bali, yang hingga saat itu belum mengetahui keberadaan mereka. F/A-18 kemudian terbang menjauh dan melaporkan pergerakan mereka ke pemandu lalu lintas udara di Bali.{{Sfn|Hakim|2018|p=305 - 311}}<ref name=":82" />
 
== Investigasi dan dampak  ==
Setelah F-16 tiba kembali di Pangkalan Udara Iswahyudi sekitar jam 18.15, TNI Angkatan Udara mendapat informasi dari pemandu lalu lintas udara di Bali bahwa F/A-18 tersebut adalah bagian dari pasukan Angkatan Laut Amerika Serikat dan bahwa F/A-18 tersebut baru saja menghubungi pemandu lalu lintas udara di Bali untuk melaporkan pergerakan mereka.
 
Lima unit F/A-18 yang dicegat tersebut ternyata berasal dari kapal induk [[USS Carl Vinson]] yang sedang berlayar dari barat ke timur bersama dua unit [[fregat]] dan satu unit [[kapal perusak]]. Dari hasil pantauan TNI Angkatan Udara dengan menggunakan satu unit [[Boeing 737-200]], konvoi Angkatan Laut Amerika Serikat tersebut berlayar di dekat Pulau Bawean dengan kecepatan {{convert|20|kn|lk=in}} serta melintasi [[Pulau Madura]] dan [[Pulau Kangean]] 12 jam kemudian.
 
Karena tidak meratifikasi [[United Nations Convention on the Law of the Sea|UNCLOS 1982]], Amerika Serikat pun tidak mengakui Laut Jawa sebagai perairan Indonesia.{{citation needed|date=September 2023}}