Kerajaan Badung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Dikembalikan |
Tag: Dikembalikan |
||
Baris 66:
{{utama|Intervensi Belanda di Bali (1906)}}
[[File:Raja Badung, I Gusti Ngurah Made Agung.jpg|jmpl|kiri|210px|[[I Gusti Ngurah Made Agung]], Raja Badung VI.]]
[[Berkas:1906 Puputan monument in Denpasar.jpg|jmpl|kiri|210px|Monumen Puputan Badung di kota [[Denpasar]].]]
Baris 73:
Pada tahun [[1904]], sebuah kapal dagang berbendera Belanda milik seorang [[Tionghoa]] dari [[Banjarmasin]] bernama "Sri Komala" kandas di [[Pantai Sanur]].<ref>{{cite web |url=http://www.koranrenon.com/gara-gara-sri-komala-terdampar-di-sanur.htm |title=Refleksi Puputan Badung (1): Gara-gara Sri Komala Terdampar di Sanur |access-date=2015-08-19 |archive-date=2016-03-04 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160304131015/http://www.koranrenon.com/gara-gara-sri-komala-terdampar-di-sanur.htm |dead-url=yes }}</ref> Pemilik kapal dan pemerintah Hindia Belanda menuduh masyarakat setempat melucuti, merusak, dan merampas isi kapal serta menuntut kepada raja-raja Badung atas segala kerusakan itu sebesar 3.000 dolar perak dan menghukum orang-orang yang merusak kapal. Penolakan raja atas tuduhan dan pembayaran kompensasi itu, menyebabkan pemerintah Hindia Belanda mempersiapkan [[Intervensi Belanda di Bali (1906)|ekspedisi militernya]] ke Bali pada tanggal [[20 September]] [[1906]]. Tiga batalyon infantri dan 2 batalyon pasukan artileri segera mendarat dan menyerang Kerajaan Badung.<ref>[http://www.badungkab.go.id/index.php/profil/2/Sejarah Sejarah Kabupaten Badung]</ref><ref>{{cite web |url=http://www.koranrenon.com/gara-gara-sri-komala-terdampar-di-sanur.htm | title=Refleksi Puputan Badung (1): Gara-gara Sri Komala Terdampar di Sanur }}</ref>
Setelah menyerang Badung, Belanda menyerbu kota [[Denpasar]]. Belanda mencapai pintu gerbang kota tanpa mendapatkan perlawanan berarti, namun tiba-tiba mereka disambut oleh sekelompok orang berpakaian serba putih, siap melakukan "''[[puputan|perang puputan]]''" (mati berperang sampai titik darah terakhir).<ref>{{cite web |url=http://www.koranrenon.com/gara-gara-sri-komala-terdampar-di-sanur.htm | title=Refleksi Puputan Badung (1): Gara-gara Sri Komala Terdampar di Sanur }}</ref> Dipimpin oleh [[I Gusti Ngurah Made Agung|Raja I Gusti Ngurah Made Agung]] dan para pendeta, pengawal, sanak saudara, laki-laki serta perempuan menghiasi diri dengan batu permata dan berpakaian perang keluar menuju tengah-tengah medan pertempuran. Hal itu dilakukan karena dalam ajaran [[Hindu]], bahwa tujuan kesatria adalah mati di medan perang sehingga arwah dapat masuk langsung ke surga. Menyerah dan mati dalam pengasingan adalah hal yang paling memalukan.<ref>[http://www.badungkab.go.id/index.php/profil/2/Sejarah Sejarah Kabupaten Badung]</ref>
Dikabarkan bahwa sebelum terjadi puputan, putra mahkota dari I Gusti Ngurah Made Agung bernama I Gusti Alit Ngurah yang usianya sudah menginjak 10 tahun, terlebih dahulu dilarikan oleh beberapa laskar khusus pengawal kerajaan didampingi ibunya serta beberapa keluarga dekat puri, pergi ke daerah barat tepatnya di [[Seminyak|Desa Seminyak]], [[Kuta]].<ref>[http://puriagungdenpasar.com/sejarah-2/sejarah/ Sejarah Singkat Puri Agung Denpasar]</ref> Pada tanggal [[17 Januari]] [[1907]], I Gusti Alit Ngurah pun ditangkap dan menjadi tawanan perang, serta diasingkan ke [[Mataram]], [[Lombok]], oleh pemerintah Hindia Belanda.
|