Jawa Tengah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Herryz (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh 103.36.8.211 (bicara) ke revisi terakhir oleh 미솔파
Tag: Pengembalian
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 194:
Mayoritas penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah [[Suku Jawa]]. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota [[Kota Surakarta|Surakarta]] terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini. Suku minoritas yang cukup signifikan adalah [[Tionghoa]], terutama di kawasan perkotaan meskipun di daerah pedesaan juga ditemukan. Pada umumnya, mereka bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak di antara mereka yang menggunakan bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya. Pengaruh kental bisa kita rasakan saat berada di kota [[Semarang]] serta kota [[Lasem]] yang berada di ujung timur laut Jawa Tengah, bahkan [[Lasem]] dijuluki ''Le Petit Chinois'' atau Kota Tiongkok Kecil.
 
Di daerah perbatasan antara Jawa Tengah dengan [[Jawa Barat]] juga terdapat banyak orang beretnis [[suku Sunda|Sunda]]. Mereka mendiami wilayah [[Kabupaten Brebes|Brebes]] bagian selatan, [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]] bagian barat dan utara serta sebagian kecil wilayah [[Kabupaten Banyumas|Banyumas]] tepatnya di Dusun Cijurig, [[Dermaji, Lumbir, Banyumas|Desa Dermaji]], [[Kecamatan Lumbir]]. Jawa Tengah bagian barat seperti Cilacap bagian barat , Brebes bagian barat sungai pemali dan sebagian Banyumas dahulu dalam sejarahnya termasuk kedalam wilayah [[Kerajaan Sunda Galuh]] menyebabkan banyak unsur [[budaya Sunda]] yang tersisa didalamnya, termasuk dalam penamaan daerah, bahasa, dan adat istiadat lainnya.
 
Di pedalaman [[Blora]] (perbatasan dengan [[Jawa Timur|Provinsi Jawa Timur]]) terdapat komunitas [[Ajaran Samin|Samin]] yang terisolasi, masyarakat ini adalah keturunan para pengikut [[Samin Surosentiko]] yang mengajarkan sedulur sikep, di mana mereka mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk lain di luar kekerasan. Selain itu, di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula komunitas [[Arab-Indonesia]]. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa.