Danau Tempe: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
+Peta; +kategori DAS; |
Fitur saranan suntingan: 2 pranala ditambahkan. |
||
Baris 41:
Danau Tempe tidak memiliki kawasan hutan yang cukup di sekelilingnya. Hutan hanya dapat ditemui pada daratan antara Danau Tempe dan Danau Sidenreng yang berupa hutan rawang.<ref name=":1" />
=== Permasalahan ekosistem ===
Danau Tempe setiap tahunnya mengalami masalah pendangkalan. Terjadi pendangkalan hingga 30 cm tiap tahun. Hal ini akan terasa ketika musim hujan, air akan melimpah membanjiri kawasan pemukiman. Pendangkalan ini disebabkan karena [[sedimentasi]] tanah dan lumpur yang terbawa dari sungai dan anak sungai yang mengairi danau, sedangkan aliran keluarnya hanya satu sungai.<ref name=":0" />
Permasalahan lainnya adalah pertumbuhan [[eceng gondok]] yang sangat pesat dan ekspansif yang dapat merusak pemukiman warga sekitar danau. Untuk menghalaunya, Pemerintah Daerah setempat membangun tiang panjang dari kayu, berjejer sepanjang 100 meter.<ref name=":0" />
Baris 62:
Upacara ''Maccerak Tappareng'' ini sebenarnya adalah festival tahunan untuk menyucikan Danau Tempe, sebagai wujud tolak bala serta rasa syukur atas hasil danau. Upacara ini diawali dengan penyembelihan kepala kerbau (ulu todong) dan makan bersama. Setelah itu, dilanjutkan dengan ''mappalari lopi'' (lomba dayung perahu), karnaval perahu, lomba permainan rakyat, pergelaran musik tradisional, dan tari [[bissu]].<ref name=":2" /><ref>{{Cite web |url=https://topikaktual.com/index.php/2017/03/06/danau-tempe-sulawesi/ |title="Danau Tempe, Sulawesi" |access-date=2018-08-17 |archive-date=2018-08-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180817194823/https://topikaktual.com/index.php/2017/03/06/danau-tempe-sulawesi/ |dead-url=yes }}</ref> Selain itu juga ada upacara lain yang dilaksanakan secara individu jika seorang penduduk memiliki mesin/perahu baru atau baru pertama kali turun ke danau.<ref name=":2" />
Upacara-upacara adat pada dasarnya dilakukan dengan menyerahkan sesaji pada area-area yang dianggap keramat. Area keramat tersebut ditandai dengan adanya bendera merah, kuning, atau putih. Hal ini dilakukan agar area keramat dapat terlihat dari kejauhan. Area ini menjadi penanda bagi para nelayan jika mereka telah berlayar sekitar satu kilometer menjauhi [[desa]]. Masyarakat setempat meyakini bahwa di tempat tersebut terdapat roh halus yang menjaga ekosistem danau, sehingga biasanya mereka mengucapkan bacaan tertentu, seperti "''assalamualaikum passalama'ka'lao sappai dalle' hallala'ku"'' (bahasa [[Bahasa Bugis|Bugis]]: ''wahai penunggu danau, selamatkan aku dalam mencari yang halal'').<ref name=":2" />
== Pemanfaatan ==
|