Tanah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Turmadan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Turmadan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 18:
Nama ''Tara'', terserap menjadi kata ''Terra'' dalam bahasa Latin, Portugis, Catalan, dan beberapa bahasa Indo-Eropa lainnya. Jika di dalam tradisi India kuno ''Parvati'' atau ''Tara'' dikenal sebagai ibu bumi maka, dalam mitos Polinesia, ''Tara'' adalah dewi laut; dalam bahasa Latin, dia dikenal sebagai ''Terra'' "Ibu Pertiwi"; ibu dewi Druid adalah ''Tara''; di Finlandia, Wanita Bijaksana dikenal sebagai ''Tar''; di Amerika Selatan, suku asli di hutan memanggilnya ''Tarahumara''.<ref>[https://link.springer.com/referenceworkentry/10.1007/978-1-4614-6086-2_684#:~:text=In%20a%20Polynesian%20myth%2C%20Tara,of%20a%20Star%20Woman%20who Encyclopedia of Psychology and Religion] pp 1781–1783. ''Tara |'' ''SpringerLink''</ref>
 
Dengan merujuk pada pertimbangan pertukaran fonetis yang umum saling terjadi di antara fonetis kelompok artikulatoris dental (''n, d, t, r, l'') maka, dapat dilihat bahwa kata '''tana'' (sebagai bentuk awal dari kata ''tanah'') juga merupakan hasil morfologi fonetis dari nama ''Tara'' (fonetis ''r'' pada ‘''tara''’ berubah menjadi fonetis ''n'' untuk kata ‘''tana''’). Hasil morfologi lainnya yaitu '''rana'' (bentuk awal dari kata 'ranah').
 
Berikut ini tinjauan morfologi fonetis pada nama ''tara''' dengan mengacu pada morfologi fonetis kelompok artikulatoris dental: tara → tana → tada → tata → tala → nara → nana → nada → nata → nala → dara → dana → dada → data → dala → rara → rana → rada → rata → rala → lana → lada → lata → lara → lala. Dari bentuk nama yang dihasilkan ini, bentuk ''tana'' dan ''rana'' ada di dalamnya.
Baris 30:
Dalam kitab mitologi Bugis [[Sureq Galigo]], kata ''‘Ale Kawa’'' merujuk pada dunia tengah (bumi) tempat hidup manusia (dunia atas dan dunia bawah dianggap tempat para dewa). Yang menarik, secara harfiah, ''‘Ale Kawa’'' berarti ''"tubuh Hawa".'' Dalam Bahasa Bugis, ''ale''= tubuh, Kawa= Hawa. Pemaknaan ini senada dengan penulisan nama ''Hawa'' dalam Ibrani [[wiktionary:חוה|'''חַוָּה''' (khavá)]]. Jadi, jika dalam mitologi India dan mitologi bangsa-bangsa lainnya tanah ataupun bumi dipersonifikasikan sebagai analogi dari Hawa dengan menyamarkannya dalam bentuk nama seorang dewi maka, dalam mitologi Bugis, bumi dipersonifikasi sebagai analogi Hawa dengan secara spesifik menyebut namanya: "tubuh Hawa".
 
Demikianlah, sepintas, manusia yang hidup di zaman modern seperti korban dari limpahan kata-kata ambiguitas yang terlahir dari kegemaran orang-orang di zaman dahulu dalam bemain metafora untuk mempersonifikasi sosok yang mereka sucikan dan mereka anggap memiliki aspek ilahiah (''divine''), tetapi, ada satu kata — yang juga berarti 'tanah' — yang sulit untuk dibuktikan bahwa kata itu berasal dari nama dewa-dewi di zaman kuno, yaitu kata: ''watu'' / ''batu''. Pada hari ini, kata ''watu'' masih dapat dijumpai pada toponim ''uluwatu'' di Bali yang artinya "ujung tanah" (''ulu''= ujung, ''watu''= tanah). Makna ini setidaknya sesuai dengan letak geografis ''uluwatu'' yang memang berada di ujung paling selatan pulau Bali. Sementara itu, kata ''batu'' dengan bentuk ejaan kuno ''batoe'' digunakan dalam peta John Pinkerton (1818) ''Map of the East Indies and Southeast Asia,'' untuk toponim bernama ''batoe matoa''' artinya "tanah tua" (''batoe''= tanah, ''matoa''= tua) yang dalam peta tersebut tampaknya terletak di wilayah Luwu, Sulawesi Selatan.
 
== Pembentukan tanah (pedogenesis) ==
{{utama|Pedologi}}
Tanah berasal dari [[pelapukan]] [[batuan]] dengan bantuan [[organisme]], membentuk tubuh unik yang menutupi batuan.<ref>{{Cite book|last=Susanto|first=Heru|date=2013|url=https://www.google.co.id/books/edition/Bijak_Meminjam_dan_Menggunakan_Uang_Bank/t4ZKDwAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&pg=PA258&printsec=frontcover|title=Bijak Meminjam dan Menggunakan Uang Bank|publisher=Elex Media Komputindo|isbn=9786020220949|pages=259|url-status=live}}</ref> Proses pembentukan tanah dikenal sebagai <nowiki>''</nowiki>pedogenesis<nowiki>''</nowiki>. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses [[fisika]], [[kimia]], dan [[biologi]] yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
 
Tanah berasal dari [[pelapukan]] [[batuan]] dengan bantuan [[organisme]], membentuk tubuh unik yang menutupi batuan.<ref>{{Cite book|last=Susanto|first=Heru|date=2013|url=https://www.google.co.id/books/edition/Bijak_Meminjam_dan_Menggunakan_Uang_Bank/t4ZKDwAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&pg=PA258&printsec=frontcover|title=Bijak Meminjam dan Menggunakan Uang Bank|publisher=Elex Media Komputindo|isbn=9786020220949|pages=259|url-status=live}}</ref> Proses pembentukan tanah dikenal sebagai <nowiki>''</nowiki>pedogenesis<nowiki>''</nowiki>. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses [[fisika]], [[kimia]], dan [[biologi]] yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
 
[[Hans Jenny]] (1899-1992), seorang pakar tanah asal [[Swiss]] yang bekerja di [[Amerika Serikat]], menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor [[iklim]], [[organisme]] (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi ([[topografi]]) seiring dengan berjalannya [[waktu]]. Berdasarkan [[dinamika]] kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan [[Pedologi#Klasifikasi tanah|klasifikasi tanah]].<ref>{{Cite book|last=Olilingo|first=Fachrudin Zain|date=2017|url=https://www.google.co.id/books/edition/Potensi_Investasi_di_Provinsi_Gorontalo/f8hEDwAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=Berdasarkan+dinamika+kelima+faktor+tersebut+terbentuklah+berbagai+jenis+tanah+dan+dapat+dilakukan+klasifikasi+tanah.&pg=PA102&printsec=frontcover|title=Potensi Investasi di Provinsi Gorontalo|publisher=Deepublish|isbn=9786024535476|pages=102|url-status=live}}</ref>