Badak jawa: Perbedaan antara revisi
[revisi terperiksa] | [revisi tidak terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan halaman dengan galat kutipan VisualEditor |
||
Baris 34:
}}
}}
Hingga pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20, badak Jawa menyebar hingga melampaui pulau [[Jawa]] dan [[Sumatra]] ke daratan Asia Tenggara dan [[Indochina]], barat laut hingga [[India Timur]], [[Bhutan]], dan selatan [[China Selatan|Tiongkok]]. Saat ini, badak Jawa adalah yang paling langka dari semua spesies badak, dan salah satu spesies hewan hidup yang paling langka, dengan hanya satu populasi liar yang diketahui saat ini, dan tidak ada individu yang berhasil dipelihara di penangkaran. Badak Jawa termasuk di antara mamalia besar paling langka di planet Bumi,<ref name="Dinerstein" />{{rp|21}} dengan populasi sekitar 74 badak di [[Taman Nasional Ujung Kulon]], di ujung paling barat [[Jawa]], Indonesia.<ref>{{cite web|title=Rhino population figures |url=https://www.savetherhino.org/rhino_info/rhino_population_figures|publisher=SaveTheRhino.org|access-date=2 February 2021}}</ref> Pada tahun 2023, otoritas Indonesia menangkap dua kelompok pemburu yang mengaku telah membunuh 26 badak dari 2019-2023.<ref>{{Cite web |date=2024-05-31 |title=Poachers claim to have killed one-third of all Javan rhinos, Indonesian police say |url=https://news.mongabay.com/2024/05/poachers-claim-to-have-killed-one-third-of-all-javan-rhinos-indonesian-police-say/ |access-date=2024-06-06 |website=Mongabay Environmental News |language=en-US}}</ref>. Tidak ada sensus yang dirilis sejak 2019. Populasi badak Jawa di [[Taman Nasional Cat Tien]] [[Vietnam]] dinyatakan [[punah secara lokal]]
Penurunan populasi badak Jawa terutama disebabkan oleh [[perburuan liar]], karena cula jantan yang—meskipun hanya terbuat dari [[keratin]]—sangat dihargai dalam [[pengobatan tradisional Tiongkok]], dengan harga mencapai US$30.000 per kg di [[pasar gelap]].<ref name="Dinerstein" />{{rp|31}} Seiring dengan meningkatnya kehadiran orang [[Hindia Belanda|Belanda kolonial]] dan Eropa lainnya di wilayahnya, terutama pada 1700-1800an, [[perburuan trofi]] juga menjadi ancaman serius. Hilangnya habitat dan pertumbuhan populasi manusia yang masif (terutama pasca perang, seperti [[Perang Vietnam]]) juga turut menyebabkan penurunan populasinya dan menghambat pemulihan spesies.<ref name="Santiapillai">{{cite journal |last=Santiapillai |first=C. |year=1992 |title=Javan rhinoceros in Vietnam |journal=Pachyderm |volume=15 |pages=25–27 |url=http://www.poachingfacts.com/docs/Pachyderm/pachy15.pdf#page=26}}</ref> Wilayah yang tersisa berada dalam satu [[wilayah yang dilindungi]] secara nasional, dan Ujung Kulon juga merupakan [[UNESCO]] [[Situs Warisan Dunia]]. Namun demikian, batas taman yang pedesaan dan berpotensi kasar berarti penegakan hukum tidak dapat hadir secara merata di semua tempat setiap saat; di beberapa area, kurangnya keamanan ini masih menempatkan spesies pada risiko dari pemburu liar, paparan penyakit, dan, pada akhirnya, hilangnya keragaman genetik—yang mengarah pada "penyempitan leher botol" genetik (yaitu, [[depresi inbreeding]]).<ref>{{Cite web |last=Centre |first=UNESCO World Heritage |title=Ujung Kulon National Park |url=https://whc.unesco.org/en/list/608/ |access-date=2023-09-07 |website=UNESCO World Heritage Centre |language=en}}</ref>
|